3/06/2016

MENCELA DEMOKRASI " TAPI " HIDUP DLM SYSTEM DEMOKRASI..

Oleh : Abu Hazim At-Tahriri

Assalamualaikum, Lagi-lagi saya di cemooh di WassApp saya bahwa saya AdiRevolter munafik. Ah hebat sekali mulutmu itu. Saya katakan padamu, saya memberikan sedikit ultimatum padamu. Bahwa anda tidak punya hak melarang saya di lahirkan dimana saja, termaksud di indonesia itu urusan Tuhanku. Anda berani menantang ketentuan Allah swt? Anda berani mengatakan Tuhanku Allah munafik!?
Ketika saya di lahirkan dinegri ini " Yang kebetulan ketika saya lahir dalam system demokrasi sudah ada di negri ini " lalu kenapa anda menjustice saya munafik..? Inikan ngawur..
Ketika Rasulullah saw dan sahabat nabi terlahir di zaman Jahiliyah, hidup, makan, berdagang, menikah, berdakwah dan meruntuhkan kesesatan berhala-berhala
. Apakah anda berani mengatakan Rasulullah saw dan sahabatnya adalah sosok munafik..?
Mencela demokrasi, dan hidup dalam negri demokrasi dan mengubahnya menjadi Negara ber system islam, kenapa anda menyebutnya munafik? Apa ngak kebalik?
Anda tau apa itu " M.U.N.A.F.I.K ? "

Begini, anda boleh bertanya atau berguru sama Ustadz Wikipedia.
Munifiq atau Munafik kata benda, dari bahasa Arab " munafiqun"
" Terminologi dalam Islam untuk merujuk pada mereka yang berpura-pura mengikuti ajaran agama Islam, namun sebenarnya hati mereka memungkirinya..
"
Jika anda kurang yakin anda boleh baca kembali Al-Quranmu, kalau ngak bisa ngaji, Silahkan baca saja artinya ini :
"Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah, dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. Mereka itu menjadikan sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalangi manusia dari jalan Allah. Sesungguhnya amat buruklah apa yang telah mereka kerjakan. Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati, karena itu mereka tidak dapat mengerti. (Surah Al-Munafiqun 63:1-3)
Pertanyaan saya, siapa yang munafik disini? Saya yang menolak demokrasi dan menginginkan syariah islam? Atau Anda yang menyembah dan menikmati demokrasi dan menolak dan menghalangi tegaknya syaria islam?
" Mikir... !"

O ya, anda juga mengatakan pada saya, saya maklumi jika anda gagal paham dalam hal ini. Anda berkata:
" Ngak perlu anda koar-koar saja, kerja nyata di DPR sana, Merubah system dari dalam.."
Begitukah..? Sekarang saya tanya, sudah berapa puluh tahun partai anda duduk di DPR sana? Apakah Khilafah dan syariah tegak? Apakah anda betul-betul meneriakan syariah islam di DPR sana? Anda jangan dusta sama saya. Itu munafik namanya..
Kita tengok rintihan Rasulullah saw kepada keluarga yasir 1400 Tahun silam yang teriakannya masih terdengar sampai saat ini.
Rasulullah Saw berkata pada keluarga yasir..
“Ishbir yaa aala Yassir.... Bersabarlah wahai keluarga Yassir, sesungguhnya istana kembali kalian di surga yang di bawahnya sungai mengalir.."
Hanya rintihan itu yang bisa Rasulullah berikan pada keluarga Yassir walau mereka disiksa, terpanggang di atas pasir. Tapi, mari kita merenung sejenak dan bertanya…
Keluarga Yassir-lah yang paling pantas berkata dari pada perkataan anda itu..
“ Yaa Rasulullah, mengapa kamu hanya koar-koar dan berdoa, masuklah ke dalam Darun Nadwah ( DPR ) lalu ubahlah peraturan di sana!”
“Yaa Rasulullah, mengapa kamu menolak kekuasaan dari mereka? Tidak malu kah engkau kita dipimpin oleh mereka?”
Pernahkah mereka berkata seperti itu, Seperti yang anda komat-kamit seperti dukun baca mantra yang ngak mutuis itu...?
Ah, lisan mereka terlalu mulia utk itu. Tapi diamkah Rasulullah pada saat itu?
Anda juga dengan sangat arogan berkata " cari dukungan Ahlu nusroh kok sama partai-partai demokrasi, penguasa demokrasi, pejabat demokrasi, tentara demokrasi, polisi demokrasi. Dasar pejuang khilafah Taqi.."
Oh, sebentar dulu. Rasulullah melobi sana-sini ( Meminta Dukungan Ahlu Nusrah ) tapi jarang orang tahu, salah satunya ke Thaif yang musyrik yang akhirnya disambit batu.
Tapi syukurlah ada Muth'im bin Adiy memberikan perlindungan kepada Rasulullah. Padahal Muth'im bin Adiy adalah Musyrik Penyembah berhala.
Apakah anda berani berkata kepada Rasulullah saw di akherat nanti " kalau ketemu ya " berkata :
Wahai Rasulullah, mengapa kau mencari dukungan orang-orang mysrik dan kafir, dasar munafik loh..!! Anda berani berkata demikian? " Laknat namanya.."
Rasulullah saw mencari dukungan kepada mereka bukan sembarang nafsu jabatan dan kekuasaan, Rasulullah meyakinkan kepada mereka untuk men Tauhidkan Allah dan mengimani dirinya sebagai utusan Allah. Dengan harapan islamnya mereka itu bisa menjaga dan melindungi dakwah Rasulullah saw.
Anda berani berkata demikian " mencela kekafiran tapi menikmati kekafiran” Padahal Rasulullah pernah lakukan cara dakwah demikian...

Ini baru soal perlindungan, anda belum membahas alih kekuasaan. “Thalabun Nushrah” Rasulullah contohkan. Namun anda mencela saya dengan sebutan “Mengemis Kekuasaan”
Yang mengemis kekuasaan itu sebenar siapa? Anda yang menipu umat islam saat kampanye Pemilu, setelah itu anda koalisu dengan partai-partai non muslim, partai nasionalis, partai sekuler untuk mendukung posisi anda di pemerintahan sampai rela mengeluarkan uang ratusan juta, bahkan miliaran?
Kalau anda mengatakan saya atau sahabat-sahabat
saya gila kekuasaan, tentu kami sudah ikut pemilu dan terjebak ucapan racun anda itu.
Saya atau kami mengunakan methode thalabun nusrah itu semata-mata dakwah yang di contohkan Rasulullah saw. Dan kami punya dalil dan pendapat imam ahli tafsir tentang ini. Dan fungsi thalabun nusrah yang kami lakukan untuk mengajak penguasa-pengua
sa itu mendukung dakwah islam, melindungi dakwah islam, mengkampanyekan syariah islam dan mau memperjuangkan dan menerapkan syariah islam dalam negara. Kami bukan gila jabatan seperti anda yang makan gaji buta dari pajak rakyat dan menikmati exploitasi SDA hasilnya masuk dalam saku partai-partai anda itu, tapi kami mengajak seluruh elemen termaksud penguasa menegakkan khilafah dan menerapkan syariah islam.
Rasulullah pun bersabda:
“Sesungguhnya agama Allah ini tidak akan pernah Dia tolong, kecuali melalui orang yang menguasainya dari seluruh aspek..”
Seolah antithesa dari :
“ Syariah Islam hanya bisa tegak dengan Kekuasaan yang saya sebut Khilafah "
Dan ini sejalan perkataan Hujatul Islam Imam Al-Ghozali :
" Mengibaratkan agama dan sultan sebagai dua anak kembar, agama adalah pondasi, sultan adalah penjaganya, sesuatu yang tanpa pondasi akan mudah runtuh, dan sesuatu tanpa penjaga akan hilang. Keberadaan sultan merupakan keharusan bagi ketertiban dunia, ketertiban dunia merupakan keharusan bagi ketertiban agama, dan ketertiban agama merupakan keharusan bagi tercapainya kesejahteraan akhirat. Dengan demikian terdapat ikatan erat antara dunia dan agama bagi tegaknya wibawa dan kedaulatan negara melalui kepala negara yang ditaati dan yang mampu melindungi kepentingan rakyat, baik duniawi maupun ukhrawi..

Bahwa mengangkat seorang pemimpin negara (khalifah) tidak berdasarkan rasio, melainkan wajib syar’i karena tugas utama khalifah adalah dalam rangka memelihara syariat. Bertolak dari dasar pemikirannya ia mengatakan bahwa dunia adalah ladang untuk mengumpulkan perbekalan bagi kehidupan di akhirat, dunia merupakan wahana untuk mencari ridha Tuhan, sedangkan pemanfaatan dunia untuk tujuan ukhrawi hanya mungkin kalau terdapat ketertiban, keamanan dan kesejahteraan yang merata di dunia...
Tujuan manusia dalam bermasyarakat dan bernegara tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan material dan duniawi yang tidak mungkin ia penuhi sendirian, tetapi lebih dari itu untuk mempersiapkan diri bagi kehidupan yang sejahtera di akhirat. Dan hal itu baru mungkin dalam suasana dunia yang tertib, aman dan tentram, dan untuk menciptakan dunia yang demikian yang diperlukan adalah kepala negara yang ditaati..."
Beliaupun berkata :
" Para ulama yang bersikap masa bodoh terhadap keadaan sehingga menimbulkan kedzaliman para penguasa. Lisan mereka telah terikat oleh ambisi-ambisi duniawi, sehingga mereka membisu dan jika mereka berkata, perkataan mereka tidak didukung oleh tingkah laku, sehingga dakwahnya tidak berhasil.." ( Busthami Muhammad Said, Mafhũm Tajdid al-Din, terjemahan Mahsun Ali Mundzir, Trimurti, Gontor, Ponorogo, 1992, hlm. 54,55 ) Pertanyaan saya, siapakah yang pantas di beri gelar Munafik? Anda orang Islam tapi nolak syariah islam?
Atau.. Orang Islam tapi nolak system demokrasi?
Edisi Mikir Mbloo...

0 komentar: