3/19/2016
BERHARGANYA NILAI SEBUAH SYMBOL
Oleh FIRDAUS BIN MUSA
Dulu aku aku tidak begitu
ambil pusing sebuah nama yang namanya symbol, sebab symbol hanyalah sebuah
lambang yang tidak menjadi bahan pertanyaan diakhirat terhadap muslim, itu
anggapanku sebelumnya, namun ternyata symbol itulah yang menjadi titik tolak
perjuanganku sekarang. Tak tahu kenapa tiba-tiba saja aku ingin menegakkan
sebuah symbol yang namanya bendera
al-liwa’ dan ar-royaa’, sebelum saya jelaskan apa itu alliwa’ dan apa itu
ar-raya’ terlebih dahulu saya mengangkat wacana tentang sebuah symbol yang sekarang
sudah tidak lagi dipahami oleh seorang muslim sebagai identitas terpenting.
Jilbab dan pakaian menutup
aurat, kata-kata jilbab dan pakaian menutup aurat sengaja saya penggal lantaran
masyarakat Indonesia masih memahami
bahwa jilbab itu sesuatu yang ganya penutup kepala saja, bukan penutup aurat
secara keseluruhan. Ya itulah pembahasan pertama yang akan saya angkat, sebagai
seorang muslim dan muslimah, kita harus memahami jilbab sebagai identitas
muslimah, dengan memakai jilbab terlihatlah bahwa mereka pantas disebut
muslimah, tahu kenapa sebab yang berani memakai jilbab hanya muslimah yang
punya ketundukan luar biasa yang mampu, ada pertanyaan bahwa orang munafik dan
kafirpun banyak kok yang memakai jilbab, kenapa mereka tidak punya ketundukan
kepada allah buktinya mereka masih tetap dalam agama dan kemunafikan mereka,
tunggu dulu !
Tahukah anda, nahwa muslimah
yang memakai jibab dengan penuh ketundukan sangat jauh berbeda dengan orang
yang tidak didasari ketundukan, pertama orang yang tidak punya ketundukan ia
hanya memakai jilbab jika takut dilihat orang sebagai perempuan yang punya
cacat dikepalanya, kedua ia memakai jilbab untuk menghindari celaan dari
manusia saja, ketiga ia hanya memakai jilbab hanya sekedar trend, ke empat ia akan memakai jilbab dengan gaya dan harga
yang sangat mahal karena dalam pikirannya, bagaimana ia dianggap sempurna
dimata orang lain (mengharap sanjungan ahar dianggap sudah cantik sholehah
lagi), keenam ia memakai jilbab hanya dalam waktu2 tertentu saja (ketika akan
masuk mesjid, hari raya, atau ketika banyak kutu dikepalanya ) dan masih banyak
lagi kekeliruan wanita muslim yang tujuan mereka memakai jilbab, berbeda dengan
muslimah atau wanita sholehah ia memakai jilbab pertama, didasari karena ini
perintah allah swt, bukan karena perintah atasan, atau institusi, dia akan
memelihara identitas jilbabnya dengan prilaku kesehariannya, sebab dalam
pandangan saya secara pribadi wanita sholehah jilbabnya itu menjadi pengontrol buat dia untuk
berprilaku, meskipun tidak bisa dihubung-hubungkan, Karena akhlak baik
dipengaruhi oleh keyakinan, dan pemikirannya bila pemikiran dan keyakinan itu
islami maka otomatis akhlakpun islami, tapi sebaliknya keyakinan sudah islami
namun pemikiran dipengaruhi oleh pemikiran tidak islami (komunis, dan
sekuleris) niscaya akhlaknyapun tidak akan islamis.
Contoh lain, seorang mahasiswa
akan merasa bangga memakai lambang sekolah tertentu (unand, unp, itb, iu, dan
lain-lain), akan tetapi mereka merasa minder dengan lambang IAIN, STAIN, Madrasah
Aliyyah, tsanawiyah, dan MIN, hal ini kalau saya ambil analisa berdasarkan
analisa jilbab tadi juga bisa dikaitkan, dimana rasa minder terhadap symbol ini
akibat kesekuleren mahasiswa, yang tidak lagi percaya bahwa allah telah
menentukan dimana kita akan bekerja dan jadi apa setelah ini, sebab ia merasa
dengan sekolah atau kuliah diperguruan ahama hanya akan menambah angka
pengangguran, padahal buktinya malah yang sekolah non agamalah yang telah
mendominasi dalam hal pengangguran,
karena imeg masyarakat sudah menganggap sekolah agama banyak yang
menganggur akhirnya ya itulah cat yang
didapat disekolah agama sampai sekarang, dan tugas mahasiswalah untuk
mengembalikan imeg tersebut balik sebagai mana idealnya dan muali sekarang coba mulai beranjal
berfikir bahwa saya sekolah dan kuliah di sekolah atau perguruan tinggi agama tidak
lagi sekedar pelarian setelah tidak diterima disekolah umum (sebenarnya memisahkan sebutan sekolah umum dan sekolah
agama itu juga ungkapan sekuler)
Saya mengajak mahasiswa
islam (kuliah dan mendalami ilmu
keislaman di perguruan tinggi islam) seperti imeg masyarakat minangkabau
terhadap sebutan Honda pada setiap motor, padahal kata Honda itu adalah produk
sebuah perusahaan sepeda motor, caranya adalah istiqamah kita dengan identitas
kita disaat kapanpun, dan dimanapun? Berjilbab dimanapun dan kapanpun, mencari
nafkah dengan penuh kejujuran yang halalan thoyiibah, tidak menjual agama demi
sebuah tahta dan harta, tidak pacaran (karena islam ada aturan system
pergaulan), tdak korupsi, kolusi, dan nepotisme, tidak ikut dalam kegiatan
riba, tidak menghalalkan cara unyuk memperoleh sesuatu, tidak membicarakan aib
orang lain, tidak mendukung demokrasi, tidak meniombongkan diri pada sesame manusia lebih-lebih
pada allah swt, sholatnya tidak pernah tinggal, dakwah penyuaraan syari’ah dan
khilafahnya selalu aktif, infaknya bukan karena ada yang berlebih dari sisa
belanja atau memberikan pakaian yang kita anggap hanya layak dipakai buat orang
miskin, dan lain-lain.
Berbicara symbol ar-roya dan
al-liwa’ adalah sebuah symbol bendera islam disaat peperangan dan damai
Diposting oleh FIRDAUS BIN MUSA di 04.09
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar