3/06/2012

PEMUDA RELIGIUS ANTARA DAKWAH DAN REALITA



Oleh Firdaus bin Musa (Anggota Senada)

Pemuda yang berambul ikal tersebut sedang asiknya bergumul dengan pekerjaan yang sudah tiga tahun ia geluti, baginya pekerjaan musti dilakukan tanpa ada keluh kesah tersirat dihati, iayang punya motto yang tak berharap pada mimpi.
ihsan itulah panggilan akrab yang tidak ada masyarakat kampUng Kamboedja yang tidak tahu dengannya, meskipun ia kerja sebagai  pembuat sablon pergaulannya yang berkharisma mampu mempromosikan usahanya, dan ini juga didukung berkat didikan orang tua serta sekolah yang ia tempuh. Saat  ini ia telah mampu mempekerjakan temannya dua orang, diusianya yang telah dua puluh lima tahun belum juga ada niat untuk mempersunting gadis-gadis santri yang ada disekitar nya, padahal sudah banyak teman yang sebaya dengannya telah menikah, bahkan sudah memiliki anak.
Ihsan merupakan seorang alumni perguruan tinggi islam, keterampilan yang ia dapat berbekal dari sana, semasa ia kuliah pada fakultas DAKWAH jurusan KPI, baginya semangat dakwah yang ia dapat dibangku kuliah serta motivasi dari teman organisasi tidak akan hilang dari ingatannya, jika siang hari ia bekerja sebagai tukang sablon, sore dan malamnya ia sudah berada diberbagai tempat pengajian sebagai musyrif.
Pengajian yang ia ajarkan tidak hanya focus pada materi ibadah mahdah saja, melainkan ia juga menyampaikan islam sebagai pencerah masalah sosial bagi seluruh manusia, tidak terkecuali bagaimana pandangan terhadap non muslim. Awal-awal ia berada didesanya tersebut, banyak orang yang acuh tak acuh, bahkan ada juga diantara masyarakat pada saat itu yang menganggap ihsan sebagai pembawa ajaran baru, namun berkat kepandaiannya membahasakan pesan-pesan dakwah ia mampu menghilangkan pandangan buruk masyarakat tersebut, ditambah lagi dengan tingkah kesehariannya yang baik dimata masyarakat membuat permintaan masyakat untk mengisi pengajian bertambah meningkat, bagaimana tidak, masyarat yang tadinya disibukkan dengan bekerja mulai dari jam 07.00 pagi nanti pulang jam 04.00 telah berhasil ia didik dengan semangat beragama, meskipun bekerja sampai sore tetap seperti biasa, akan tetapi masyarakat yang dibimbing dalam pengajiannya bekerja lebih optimis dan religius dari biasa, sesame pekerja sudah mulai berbicara politik, halal-haram, berbicara bagaimana kita harusnya untuk kemajuan agama, bangsa dan Negara agar tidak terus dalam kemorosotan akhlak.
Ihsan merupakan figure yang telah lama dinanti-nantikan oleh masyarakatnya, meskipun ia masih muda belia, tetapi ia telah menjadi orang yang disegani oleh masyarakatnya, kesederhanaan, penyapa, murah senyum, dan suka menasihati dimana dan saat kapanpun menjadi ciri khasnya.
Dari segi fisik ihsan termasuk orang yang kurang dapat perhitungan harusnya, sebab badan yang pendek dan tidak bermodal wajah ganteng sudah barang tentu bukan idola gadis santri yang ada dikampungnya, akan tetapi dengan kesopanan, kemuliaan akhlak dan kepiawaiannya dalam menyampaikan pesan-pesan islam membuat bunga desa jadi sangat mendambakannya ia jadi pemimpin rumah tangga, namun lagi-lagi ihsan lelaki yang pandai menjaga diri dan teliti dalam menentukan pilihannya, amalan ibadahnya yang senantiasa terus ia praktekkan, banyak dicontoh oleh daris (murid) yang ia asuh, seperti puasa sunnah, shalat tahajut, baca qur’an sesudah magrib dan shubuh, membaca buku sesudah shubuh, menyisihkan uang untuk sedekah, bersih-bersih rumah dan lingkungan setiap jum’at pagi yang dalam istilah ihsan disebut  JUMPA BERLIAN (jum’at pagi bersihkan lingkungan) sudah membudaya dalam kesehariannya, tidak kalah pentingnya ia menjadikan mesjid bagai rumah aktivitasnya diluar kerja sablonnya, mulai dari sholat jamaah, diskusi, mengajar anak-anak, mengajarkan computer (laptop yang ia punya sebagai media satu2nya), membaca buku pustaka, mengumpulkan pemuda-pemudi yang punya bakat untuk seni kaligrafi, seni tarik suara, seni lukis, membordir, seni merangkai bunga, membuat perhiasan, dan lain-lain.
Sungguh akupun menghayal mendengar cerita kebaikan dan kharismatiknya, andaikan aku juga menjadi seperti dia, tentu tidak hanya aku yang akan senang, Allah dan orang tua kupun tentu akan jauh lebih senang, sebab ciri khas manusia terbaik adalah disisi Allah adalah yang beramar ma’ruf dan mencegah kemungkaran, itu telah ia dapatkan.

0 komentar: