11/26/2016

" Fokus pada Penista Al-Qur'an dan sistem yg menaunginya"

Oleh : Firdaus Bin Musa
Jokowi dan beberapa komponen sibuk dg adanya issue aksi 2 dan 25 Desember 2016, karna skenario aksi dibuat agar lebih seram yg dikenal dg istilah " MAKAR" apakah ini sebuah kesengajaan untuk mnghilangkan kasus awal, kita umat islam jangan gampang dibodohi, fokus pada penistaan Al-Qur'an, sbb ia simbol pelecehan terhadap Al-Qur'an dimasa yg akan datang, jika tdak di adili, akan banyak yg menjadikan pelecehan Ajaran Islam hal biasa, sbg muslim kita tidak menginginkan itu terjadi lagi. Ini smua karena undang2 tidak memberi jalan tegas dan mengakomodir ajaran islam (penghina al-qur'an di hukum mati)

Sebenarnya yang lebih ketakutan menjelang aksi 2 Desember 2016, adalah KAPOLRI, Jangan2 adanya istilah " MAKAR" sebuah istilah yg sengaja diciptakannya untuk menghentikan aksi tsb, karna aksi besok kalau terjadi menjadi taruhan jabatannya, artinya jika tetap berlangsung ia akan diberhentikan, itu jugalah kenapa ia musti menyebar surat ancaman melalui helikopter untuk menakut2i siapa yg berkeinginan ikut aksi

Adanya kasus pembantaian kaum muslimin oleh Budha Myanmar dan fakta membuktikan tidak satupun pembelaan oleh pemimpin muslim, sebab terbelenggu oleh paham nasionalisme, maka alasan apalagi yang menyebabkan kita ragu akan pentingnya DAULAH KHILAFAH Negara Adi daya / super power yang akan menendang paham nasionalisme ke tong sampah

Kita hidup dinegeri, dimana berusaha jadi orang baik dihadapan Allah, tapi bertahan dalam ajaran yg tidak diterapkan kebaikan didalamnya, kebaikan seperti apa yG kita dapatkan jika demikian? Jawabannya" KEBAIKAN SEMU"

Lupa, manusia dibekali potensi lupa, dibalik lupanya manusia ada banyak hikmah yg bisa kita dapatkan, bayangkan dengan adanya sifat lupa, Allah tidak membebani dosa terhadap hambanya tersalah, begitupun saat kita lupa menaruh uang, setelah masa berlalu, kita butuh uang, tahu uang yg lupa kita taruh tiba2 nyangkut dijemari kita, betapa senangnya kita, lagi butuh2nya tiba2 ketemu, sebaliknÝa dg adanya sifat lupa terkadang kita kesal, namun adanya penekanan yg musti sama2 Kita pegang teguh, sepintar apapun kita berlupa-lupa, tidak akan bisa lepas dari pengawasan Allah, cepat atàu lambat Allah akan membuka rahasia kita yg berusaha ditutup-tutupi, maka jangan sekali-kali kita termasuk orang yg pura-pura lupa.

Kita mngkin pernah diminta buat baju, namun syaratnya warna dasarnya musti warna hijau, sehebat dan sekreatif apapun kita sudah ada ketetapa baku yg tak bisa diganggu gugat, yakni warna hijau. Demokrasi sistem yg mngharuskan agama terpisah dg pengaturan politik, adanya pemahaman yg melahirkan kejijikan terhadap agama oleh muslim apalagi non muslim, hal yg bisa dipahami, walau mereka memakai bahasa munafiknya dg mengatakan "Agama itu urusan private" jangan dibawa keranah publik, kerancuan berfikir kayak beginilah yg banyak di adopsi oleh umat islam, klo non muslim wajar, sbb agama mereka memang ajaran "spritual" yg tidak mencakup ranah publik, karena itu, klo ada yg berfikirnya "pemisahan agama dengan ranah publik", maka pantaslah ia disebut "Sekuler", sya lebih suka mnyebutnya manusia syirik

0 komentar: