7/13/2011

ANAK HARAM

 

Wajah tak berdosa begitu berseri, saat ia meluncur dari pertapaan Sembilan bulan dari dalam goa belaian, kehadiran yang seharusnya didambakan dan diimpikan malah disambut dengan rasa kesal oleh keluarga ibunya yang hadir pada saat peluncuran itu.
Meskipun kehadirannya tidak diharapkan, sebagai bayi yang normal tangispun masih keluar dari mulutnya, tak tahu tangis kesedihankah, atau tangis syukur, karena allah masih memberikan pembelajaran calon-calon ibu lain agar tidak membuat kesalahan seperti ibunya.
Aku tak mengerti dengan sikap kakek dan neneknya yang pada saat itu juga menyaksikan kelahiran cucunya yang tidak diharapkan, kekesalan ditimpakan pada cucunya padahal yang berbuat dosa adalah ayah ibunya yang belum terikat tali pernikahan.
Ketika ia masih belum mengenal dunia luar lingkungannya, caci cerca belum ia dapati seperti kakek dan neneknya, namun kini ia telah berusia empat tahun, rasa ingin tahu dunia luarpun muncul, diantaranya mengenal teman pergaulan, baru saja ia mengenal dunia luar orang sudah pada mengenal dia, namun anehnya yang ia dengar kalimat hinaan, yakni “anak haram”.
Sambutan kalimat anak haram menyeruak dari anak telinganya, karena ia baru mengenal kalimat tersebut, iapun menganggap kalimat tersebut hanya sebuah istilah yang tak bermakna apa-apa, maka gelar itupun ia biarkan tetap melekat padanya.
Dihari lain, tanpa sengaja teman sepergaulannyapun melontarkan kalimat anak haram, yang kebetulan ibunya saat itu mendengar, sambil sembunyi dari balik tirai jendela iapun meneteskan air mata penyesalan, sebab karena perbuatannya anaknyapun dapat gelar yang menyakitkan.
Si ibupun tak banyak berbicara, saat ditanya anaknya kenapa ia dipanggil anak haram,

0 komentar: