6/22/2009

TUNTUTAN GURU

TUNTUTAN GURU Guru yang dapat berperan sebagai pembimbing yang baik tidak akan menimbulkan pertentangan : 1. Mengajar mata pelajaran, yaitu guru yang : a. Dapat menimbulkan minat dan semangat belajar siswa-siswa melalui mata pelajaran yang di ajarkan. b. Memiliki kecakapan untuk memimpin c. Dapat menghubungkan materi pelajaran dengan pekerjaan-pekerjaan praktis. 2. Hubungan siswa dengan guru, yaitu guru yang : a. Dicari oleh siswa yang memperoleh nasihat dan bantuan b. Mencari kontak dengan dengan siswa diluar kelas c. Memimpin kegiatan kelompok d. Memilih minat dalam pelayanan sosial e. Membuat kontak dengan orang tua siswa 3. Hubungan guru dengan guru, yaitu guru yang : a. Menunjukkan kecakapan bekerja sama dengan guru lain b. Tidak menimbulkan pertentangan c. Menunjukkan kecakapan untuk diri sendiri d. Menunjukkan kepemimpinan yang baik dan tidak mementingkan diri sendiri 4. Pencatatan dan penelitian, yaitu guru yang : a. Mempunyai sikap ilmiah objektif b. Lebih suka mengukur dan tidak menebak c. Berminat dalam masalah-masalah penelitian d. Efesien dalam pekerjaan-pekerjaan tulis menulis e. Melihat kesempatan untuk penelitian dalam kegiatan-kegiatan tulis menulis 5. Sikap profesional, yaitu guru yang : a. Sukarela untuk melakukan pekerjaan ekstra b. Telah menunjukkan dapat menyesuaikan diri dan sabar c. Memiliki sifat yang konstruktif dan rasa tanggung jawab d. Berkemauan untuk melatih diri e. Memiliki semangat untuk memberikan layanan kepada siswa, sekolah dan masyarakat. Jadi, dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa guru yang mampu menghadapi tuntutan kualitas adalah guru yang tidak menimbulkan pertentangan. Baik dalam hal mengajar mata pelajaran, hubungan siswa dengan guru, hubungan guru dengan guru, pencatataatau penelitian maupun yang berhubungan dengan sikap profesional. Tetapi sebaliknya guru yang tidak mampu menghadapi tuntutan kualitas adalah guru yang selalu menimbulkan pertentangan atau yang tidak dapat menerapkan hal-hal yang berhubungan dengan tuntutan kualitas tersebut. Model-Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Model Pembelajaran Glaser Model Pembelajaran Glaser dikembangkan oleh Robert Glaser, ia mengembangkan suatu model pengajaran yang membagi PBM dalam 4 komponen atau tahapan, yaitu : a. Instruktional objektives ialah tujuan pengajaran semua kualifikasi yang diharapkan dimiliki peserta didik bila ia telah selesai mengikuti kegiatan belajar mengajar tertentu. Tujuan harus dirumuskan dalam rumusan yang spesifik dan operasional. b. Entering behavior, bagian ini harus mengambarkan tingkat kemampuan peserta didik sebelum pengajaran dimulai. Untuk ini perlu diadakan pretest. Bagian ini juga harus menjelaskan juga apa-apa yang telah dipelajari oleh peserta didik sebelumnya, kemampuan intelektualnya, kesediaan motivasinya, determinan sosial yang mempengaruhi situasi belajarnya. Dengan demikian kegiatan pretest tidaklah dimaksudkan sekedar mengetahui kemampuan peserta didik sebelum pengajaran dimuali, tetapi mencakup penyelidikan yang lebih luas dari pada pelajaran yang akan diajarkan. c. Intruktional procedure, bagian ini berkenan dengan perencanaan PBM. Bagian ini harus menjelaskan langkah-langakah interaksi dilakukan dalam rangka mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Sesungguhnya pada bagian inilah terletak puncak kerumitan pengajaran. d. Performance assesment, yaitu bagian atau tahapan evaluasi untuk mengetahui apakah proses belajar mengajar itu tercapai. Evaluasi dalam model glaser lebih ditekankan pada kegunaan sebagai upaya mencarai keterangan dalam memperbaiki rencana pengajaran, bukan sebagai upaya untuk mengetahui prestasi peserta didik. Hasil evaluasi harus mempunyai nilai yang efektif dan efesien. Model Pengajaran Glaser ini memang dapat dianggap basic (dasar), dengan pengertian dari model ini dapat dikembangkan model-model lain. 2. Model Pembelajaran Unit Unit merupakan suatu kesatuan yang bulat, yang terdiri dari rangkaian bagian-bagian yang bersatu padu dan serasi sebagai seatu metode, unit adalah suatu cara guru mengajukan bahan pelajaran dimana guru bersama peserta didik menentukan bahan pelajaran (dalam bentuk unit) guna dipelajari oleh peserta didik untuk mencapai tujuan pengajaran. Metode ini diciptakan oleh HC. Marison. Dalam metode ini keaktifan guru menyajikan bahan pelajaran dan keaktifan peserta didik dalam belajar dapat diseimbangkan. Metode ini merupakan jalan keluar dari metode yang diciptakan oleh J.F. Herbart dan metode yang diciptakan oleh W.H. Kilpatrick Klan metode Herbart berpusat pada guru yaitu guru yang aktif sedangkan peserta didik pasif. Metode yang diciptakan oleh W.H Kilpatrick yaitu peserta didik lebih aktif dari pada guru. Dengan unit ini guru bersama peserta didik sama-sama merencanakan suatu unit, sama-sama mencari alat-alat yang diperlukan untuk memecahkan masalah-masalah, memberikan penilaian terhadap hasil yang dicapai dan sebagainya (sama-sama aktif). 3. Model Pembelajaran Berprograma Metode Pembelajaran Programa adalah suatu bentuk pembelajaran dengan mempergunakan alat-alat yang bekerja serba otomatis atau kunci-kunci jawaban tertulis yang dibuat sedemikian rupa, sehingga peserta didik dapat mempelajari sendiri bahan-bahan yang telah tersusun secara sistematis yang menyebabkan peserta didik dapat berdialog dengan bahan-bahan tersebut atas tanggung jawab sendiri. Metode ini sebagai cara untuk menngujikan bahan pelajaran sudah mulai dikembangkan pada zaman Socrates. Socrates banyak membimbing peserta didiknya dengan cara berdialog yang mulai dengan fakta yang sederhana, akhirnya dilanjutkan dengan fakta yang agak sulit kemudian sampai kepada satu masalah atau pengetahuan dengan cara sistematis pula. Kemudian dikenal pula di beberapa universitas di Inggris, dimana cara mengajar dengan sistem tutor. 4. Model Pembelajaran Modul Modul adalah satu unit program belajar mengajar yang terkecil. Sifat-sifat khas yang terdapat dalam pembelajaran modul yaitu : a. Modul merupakan unit (paket) pengajaran terkecil dan lengkap b. Modul itu memuat rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan dan sistematik. c. Modul memuat tujuan belajar (pengajaran) yang dirumuskan secara eksplisit dan spesifik. d. Modul memungkinkan peserta didik belajar sendiri secara bebas. e. Modul merupakan realisasi pengakuan perbedaan individual, merupakan salah satu perwujudan pengajaran individual. 5. Model Pembelajaran PPSI Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI) merupakan salah satu pola dasar mengajar yang telah dipergunakan pemerintah sebagai pola dasar terpilih. Suatu sistem yang dijadikan pola untuk suatu interaksi belajar mengajar untuk suatu waktu tertentu. PPSI dengan sendirinya tidak dapat dipisahkan dari kurikulum yang berlaku, tujuan pendidikan dalam lembaga tertentu dan situasi dimana PBM itu berjalan. Sistem instruksional yaitu suatu kesatuan yang terorganisir, yang terdiri dari sejumlah komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Sistem ini terdiri atas beberapa komponen yaitu tujuan pengajaran materi, pengajaran, alal pengajaran, metode pengajaran, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi pengajaran. Semua komponen ini harus bisa saling bekerja sama utnuk menciptakan situasi pengajaran yang mengisi perjumpaan guru dan peserta didik atau peserta didik dan guru dalam usaha mencaapi tujuan pengajaran. 6. Model Pembelajaran CBSA Cara belajar siswa aktif adalah cara mengajar dengan melibatkan aktifitas siswa secara maksimal dalam proses belajar baik kegiatan mental intelektual, kegiatan emosional maupun kegiatan fisik secara terpadu. CBSA juga dapat diartikan sebagai aktifitas pelajar sendiri, dimana pola atau sistem pembinaan iklim kegiatan belajar peserta didik tinggi dan aktif serta berhasil dengan baik secara tuntas. Kadar kegiatan yang tinggi dan peserta didik ini tidaklah berarti bahwa kegiatan mengajar guru akan menurun atau berkurang. Sudah barang tentu bahan pengajarannya adalah terprogram sedemikian rupa sehingga bahan tersebut sesuai dan bermanfaat bagi para peserta didik dalam kehidupannya baik sekarang maupun pada masa yang kan datang, sebagai individu dan juga sebagai anggota masyarakat. CBSA ini berdasarkan pola pengajaran yaitu dicari keseimbangan antara kepentingan peserta didik dan kepentingan masyarakat dalam proses belajar mengajar. Cara belajar yang menuntut keaktifan peserta didik dalam belajar serta yang diimbangi oleh kegiatan guru dalam PBM tersebut, maka konsep inilah yang dinamakan cara belajar siswa aktif atau student active learning. Karakteristik dari CBSA sebenarnya keterlibatan individu para peserta didik (pikir dan rasa) dalam kegiatan belajar mengajar yang berkaiatan dengan asimilasi kognitif dalam mencapai pengetahuan (knowledge), pembentukan sikap (attitude) dan ketermpilan (skill) melalui kebiasaan (habit) dan latihan (training). 7. Model Pembelajaran Tuntas Belajar tuntas merupakan model pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam kelas, dengan asumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik akan mampu belajar dengan baik dan memperoleh hasil belajar secara maksimal terhadap seluruh bahan yang dipelajari. Oleh karena itu, maka model belajar tuntas akan terlaksana apabila siswa menguasai semua bahan pelajajran yang disajikan secara penuh dan bahan pengajaran dibetulkan secara sistematis. Dalam proses pembalajaran dimungkinkan bagi guru untuk menetapkan tingkat penguasaan yang diharapkan dari setiap peserta didik dengan menyediakan berbagai kemungkinan belajar dan meningkatkan mutu pembelajaran. Guru harus mampu meyakinkan bahwa setiap peserta didik dapat mencapai penguasaan penuh dalam belajar. 8. Model Pembelajaran Inquiry Inquiry pada dasarnya adalah cara menyadari apa yang dialami. Strategi inquiry memberi peluang kepada peserta didik untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Ia lebih banyak ditantang untuk mencari, melakukan dan menentukan sendiri. Ia lebih produktif, bukan reproduktif. Ia bukan mengulang apa yang pernah disampaikan, kalau perlu ia mencoba mencari sendiri. Fokus pembelajaran adalah pola peserta didik dengan gaya belajarnya. Ia akan mempu meyerap sesuatu, ia akan mau dan mampu mencari sesuatu, ia akan bersemangat mencari sesuatu yang baru kalau semuanya itu sesuai dengan dirinya sesuai dengan gaya belajarnya. Tugas guru dalam konteks ini adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya kegiatan pembelajaran. 9. Model Pembelajaran Konstruktivisme Model pembelajaran konstruktivisme memperlihatkan bahwa pembelajaran merupakan proses aktif dalam membuat sebuah pengalaman menjadi masuk akal, dan proses ini sangat di pengaruhi oleh apa yang sudah diketahui orang sebelumnya. Karena itu, dalam setiap kegiatan pembelajaran guru harus memperoleh atau sampai pada persamaan pemahaman dengan peserta didik. Orang selalu belajar dengan cara membuat apa yang dialaminya masuk akal. Kita baru dikatakan telah belajar tentang sesuatu ketika sesuatu itu adalah masuk akal bagi kita. Pembelajaran adalah proses aktif menkonstruksi (membangun sesuatu dalam fijkiran) atau merangkum satu kerangka konsep. Dengan model pembelajaran konstruksi maka peristiwa-peristiwa yang dialami manusia menjadi masuk akal bagi dirinya masing-masing. 10. Model Pembelajaran Problem Solving Problem atau masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Problem solving (pemecahan masalah) merupakan model pembelajaran dimana peserta didik dihadapkan pada suatu kondisi bermasalah. Untuk itu ia harus menemukan sejumlah strategi untuk dapat memecahkan masalah tersebut. Dalam hal ini siswa harus memiliki kemampuan mengaplikasikan hukum-hukum dan mengaitkannya dengan lingkungan kemudian memanipulasinya. Aktivitas memecahkan masalah membutuhkan operasi-operasi kognitif yang kompleks dan abstrak meliputi semua kemampuan belajar sebelumnya. Begitu seseorang belajar problem-problem solving maka ia akan lebih kreatif memecahkan permasalahan hidup yang dimilikinya. Dengan demikian jelaslah bahwa dalam pemecahan masalah (problem solving) terdapat dua pola atau kerangka berfikir kreatif dan berpikir logis.

0 komentar: