Padang, (AntaraSumbar) -
Presiden Joko Widodo meresmikan monumen Merpati Perdamaian (Peace Dove
Monument) selaras dengan materi dari Komodo 2016 yaitu fokus pada kegiatan
Maritime Peace Keeping Operation (MPKO), di Taman Muaro Lasak, Kota Padang,
Selasa.
Peresmian monumen berlambang burung
merpati yang terbuat dari Origami itu ditandai dengan penekanan tombol dan
penandatanganan monumen oleh Presiden Joko Widodo didampingi Panglima TNI
Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal) Laksamana
TNI Ade Supandi dan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno.
"Dengan nama Tuhan Yang Maha
Kuasa, saya nyatakan monumen Merpati Perdamaian diresmikan," kata Presiden
Jokowi.
Di tempat yang sama, Kasal Laksamana
TNI Ade Supandi menambahkan, makna dari monumen Merpati Perdamaian yang di
bawahnya menggambarkan bola dunia, bahwa perdamaian tidak hanya terjadi di
Indonesia, melainkan di seluruh dunia.
"Semua negara menginginkan
perdamaian. Oleh karena itu, kita galang dalam latihan bersama sesama angkatan
laut," kata Ade Supandi.
Merpati dikenal tidak agresif dan
tidak pernah membunuh untuk mendapatkan makanan.
Dalam mitologi Yunani merpati
menjadi simbol cinta. Burung ini sering digambarkan bersama Aphrodite, sang
dewi cinta, beterbangan di sekitarnya atau sedang beristirahat di tangannya.
Wujud bangunan setinggi delapan
meter ini dirancang menyerupai lipatan kertas origami untuk melambangkan bahwa
perdamaian itu sangat rentan. Jika terlalu banyak pihak berkepentingan untuk
mengganggunya, maka perdamaian akan rapuh laksana sehelai kertas.
Dengan kata lain, keberlangsungan
perdamaian berada pada para pemangkunya, yakni bangsa-bangsa di seluruh dunia.
Semakin peduli antarsesama, semakin tumbuh dan berkembang perdamaian dalam jiwa
setiap bangsa.
Peresmian itu merupakan rangkaian
kegiatan latihan militer angkatan laut Internasional dalam penanganan bencana
yang bertajuk Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) ke-2 Tahun 2016 di
Padang dan Kepulauan Mentawai, Sumbar. (*) Editor :
Joko Nugroho
Inilah
Komentar Para Tokoh Menilai Keberadaan Simbol Tugu Perdamaian Kota Padang
Sumbar1.com-…di
atas tanah komunal garis bunda adakah
lelaki yang mengaku muslim masih hidup di Minangkabau ? merpati hinggap di atas palang
muslimin berkubur di perantauan
rantai kampungnya terputus sudah
mana bujang salamaik
Itulah sebait kata penuh makna dari Yudilfan Habib
Dt Monti Tokoh Luhak Limo Puluah yang merasa gundah dan risau hatinya terhadap
pembangunan Tugu Perdamaian di pantai Muaro Lasak Kota Padang Sumatra Barat.
Tokoh LSM Luhak Limo Puluah tersebut merasa gerah
dan risau hatinya dengan berdirinya sebuah tugu yang bernama prasasti
perdamaian dengan simbol burung merpati hadir di ranah Minang yang bersendikan
syara’ Syara Basandi Kitabullah.
“Tidak ada dalam ranji atau kajian historis di
ranah Minang ini merpati adalah simbol dari adat serta budaya ranah Minang”
tandasnya. Untuk itu dirinya sangat menyesalkan atas kejadian ini.
Apalagi menurutnya Kota Padang dipimpin oleh kader
yang mengaku berdakwah, namun simbol yang bukan budaya dan peradaban Islam
serta Minang terpampang sangat jelas pada hari ini tuturnya tegas.
Sementara hal yang sama juga di utarakan oleh ustad
Ibnu Aqil D. Ghani, tokoh Paga Nagari itu didalam akun sosmednya mengatakan
bahwa simbol burung Merpati bukanlah simbol dari budaya ranah Minang yang
mayoritas berlafaskan Islam.
Akan tetapi menurutnya lagi burung Merpati itu
adalah simbol atau lambang tertentu dari agama lain yang tidak ada sangkut
pautnya dengan ranah Minang seperti kicuanya di jejaring sosial.
Senada dengan para tokoh diatas, Arnovi salah satu
pemerhati budaya sosial masyarakat juga menilai bahwa kurang pantas rasanya
bila simbol Merpati di jadikan sebagai simbol perdamaian di Sumatra Barat yang
mayoritas masyarakatnya adalah Islam.
Sebab dalam kaedah kearifan lokal hendaknya ciri
serta budaya daerah setempat yang harus ditonjolkan seperti simbol patung
Garuda Wisnu Kencana di pulau Bali atau gambar Salib Yesus di Manokwari Papua,
begitu pula di Ranah Minang ini hendaknya haruslah sesuai dengan ciri
kebudayaan serta simbol agama yang di anut masyarakat mayoritas katanya
mengakhiri pembicaraan.
Monumen
Merpati Perdamaian di Kota Padang, Minangkabau Takicuah di Nan Tarang,
Ketahuilah, Merpati Simbol Program Kristenisasi
BANYAK masyarakat muslim memakai lambang merpati putih
sebagai simbol perdamaian. Tidak jarang dalam acara deklarasi perdamaian,
burung merpati putih sengaja diterbangkan sebagai bagian dari simbolisasi perdamaian.
Padahal simbol merpati putih sangat terkait dengan konsep ajaran agama Kristen.
Dalam
tulisannya, Penuntun Simbol-simbol Ibadah Kristen: Sebuah Ensiklopedi
Dasar, Markus Hildebrandt menyatakan bahwa simbol Burung merpati dalam
tradisi Kristen dipahami sebagai simbol kehadiran Roh Kudus yang mengingatkan
kita pada peristiwa baptisan Yesus oleh Yohanis Pembaptis (Mat 3:16 bdk Mrk,
Luk dan Yoh)
Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu
itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung
merpati turun ke atas-Nya. (Matius 3: 16)
Seekor burung merpati dengan sebuah ranting zaitun juga telah
menjadi simbol universal untuk perdamaian dan mengingatkan pada kisah Nuh (Kej
8:11), di mana sehelai daun zaitun menjadi tanda bahwa air bah telah surut dan
simbol untuk perjanjian Allah dengan umat manusia dan segala ciptaan-nya.
“Menjelang
waktu senja pulanglah burung merpati itu mendapatkan Nuh, dan pada
paruhnya dibawanya sehelai daun zaitun yang segar. Dari situlah diketahui Nuh,
bahwa air itu telah berkurang dari atas bumi.” (Kejadian
8: 11)
Tidak hanya
itu saja, orang Kristen dan Katolik saat menikah di gereja pun menggunakan
simbol merpati putih. Hal itu dimaksudkan agar kebersamaan pasangan tersebut
dapat terjalin langgeng dan awet selamanya seperti sepasang burung merpati.
Mereka juga menggunakan simbol merpati putih karena burung merpati adalah
burung yang selalu setia dan tidak pernah ingkar janji terhadap pasangannya.
Lagi-lagi opini ini berkembang ketika Tuhan Yesus diurapi
oleh Roh Kudus di sungai Yordan, maka Roh Kudus datang seperti burung merpati.
Roh Kudus kemudian mengurapi Yesus, ia datang sebagai burung merpati yang
menandakan bahwa dalam diri Yesus tidak ada satupun yang perlu dibakar atau
disucikan, sebab Yesus sebagai Anak Allah kudus tanpa cela.
Sifat-sifat
merpati yang tulus, penuh kasih, lemah-lembut, tidak membalas, tidak menyakiti,
selalu berdamai, inilah yang kemudian dinisbatkan pada Yesus Kristus. Karena
itu, Roh Kudus dilambangkan sebagai burung merpati.’
Theolog protestan, Paul Tillich, misalnya yang menjadi
peletak dasar kajian Simbol mengatakan bahwa simbol adalah konsep yang tersirat
dalam sebuah perspektif keagamaan. Seperti dikutip F.W. Dillistone, dalam
bukunya Daya Kekuatan Simbol (Yogyakarta: Kanisius 2002),
Tillich mendefinisikan: “Simbol keagamaan dibedakan dari simbol-simbol
yang lain oleh kenyataan bahwa simbol keagamaan merupakan representasi dari
sesuatu yang sama sekali ada di luar bidang konseptual; simbol keagamaan menunjuk
kepada realitas tertinggi yang tersirat dalam tindak keagamaan, kepada apa yang
menyangkut diri kita pada akhirnya”.
Maka itu, kita sebagai umat muslim harus senantiasa
menghindari sebuah sikap penyepelean terhadap masalah simbol-simbol kafir yang
terkait dengan keimanan. Sebab kita diharamkan untuk mengikuti konsep dan millah mereka
dalam mengambil sebuah sudut pandang.“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum
maka dia termasuk golongan mereka.” (HR Abu Daud, dan At-Thabrani
dalam Al-Awsath, dari Hudzaifah, berderajat hasan). Allahua’lam.
Monumen
Merpati Perdamaian di Kota Padang, Minangkabau Takicuah di Nan Tarang,
Ketahuilah, Merpati Simbol Program Kristenisasi
Berikut komentar netizen menanggapi dibangunnya Monumen
Merpati Perdamaian tersebut :
Coba Kaitkan Dengan menonton Video Berikut
0 komentar:
Posting Komentar