4/15/2016

Berita monumen Merpati Perdamaian Kota Padang


Padang, (AntaraSumbar) - Presiden Joko Widodo meresmikan monumen Merpati Perdamaian (Peace Dove Monument) selaras dengan materi dari Komodo 2016 yaitu fokus pada kegiatan Maritime Peace Keeping Operation (MPKO), di Taman Muaro Lasak, Kota Padang, Selasa.
Peresmian monumen berlambang burung merpati yang terbuat dari Origami itu ditandai dengan penekanan tombol dan penandatanganan monumen oleh Presiden Joko Widodo didampingi Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Ade Supandi dan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno.
"Dengan nama Tuhan Yang Maha Kuasa, saya nyatakan monumen Merpati Perdamaian diresmikan," kata Presiden Jokowi.
Di tempat yang sama, Kasal Laksamana TNI Ade Supandi menambahkan, makna dari monumen Merpati Perdamaian yang di bawahnya menggambarkan bola dunia, bahwa perdamaian tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan di seluruh dunia.
"Semua negara menginginkan perdamaian. Oleh karena itu, kita galang dalam latihan bersama sesama angkatan laut," kata Ade Supandi.
Merpati dikenal tidak agresif dan tidak pernah membunuh untuk mendapatkan makanan.
Dalam mitologi Yunani merpati menjadi simbol cinta. Burung ini sering digambarkan bersama Aphrodite, sang dewi cinta, beterbangan di sekitarnya atau sedang beristirahat di tangannya.
Wujud bangunan setinggi delapan meter ini dirancang menyerupai lipatan kertas origami untuk melambangkan bahwa perdamaian itu sangat rentan. Jika terlalu banyak pihak berkepentingan untuk mengganggunya, maka perdamaian akan rapuh laksana sehelai kertas.
Dengan kata lain, keberlangsungan perdamaian berada pada para pemangkunya, yakni bangsa-bangsa di seluruh dunia. Semakin peduli antarsesama, semakin tumbuh dan berkembang perdamaian dalam jiwa setiap bangsa.
Peresmian itu merupakan rangkaian kegiatan latihan militer angkatan laut Internasional dalam penanganan bencana yang bertajuk Multilateral Naval Exercise Komodo (MNEK) ke-2 Tahun 2016 di Padang dan Kepulauan Mentawai, Sumbar. (*) Editor : Joko Nugroho
Inilah Komentar Para Tokoh Menilai Keberadaan Simbol Tugu Perdamaian Kota Padang
Inilah Komentar Para Tokoh Menilai Keberadaan Simbol Tugu Perdamaian Kota PadangSumbar1.com-…di atas tanah komunal garis bunda adakah lelaki yang mengaku muslim masih hidup di Minangkabau ? merpati hinggap di atas palang

muslimin berkubur di perantauan
rantai kampungnya terputus sudah mana bujang salamaik
Itulah sebait kata penuh makna dari Yudilfan Habib Dt Monti Tokoh Luhak Limo Puluah yang merasa gundah dan risau hatinya terhadap pembangunan Tugu Perdamaian di pantai Muaro Lasak Kota Padang Sumatra Barat.
Tokoh LSM Luhak Limo Puluah tersebut merasa gerah dan risau hatinya  dengan berdirinya sebuah tugu yang bernama prasasti perdamaian dengan simbol burung merpati hadir di ranah Minang yang bersendikan syara’ Syara Basandi Kitabullah.
“Tidak ada dalam ranji atau kajian historis di ranah Minang ini merpati adalah simbol dari adat serta budaya ranah Minang” tandasnya. Untuk itu dirinya sangat menyesalkan atas kejadian ini.
Apalagi menurutnya Kota Padang dipimpin oleh kader yang mengaku berdakwah, namun simbol yang bukan budaya dan peradaban Islam serta Minang terpampang sangat jelas pada hari ini tuturnya tegas.
Sementara hal yang sama juga di utarakan oleh ustad Ibnu Aqil D. Ghani, tokoh Paga Nagari itu didalam akun sosmednya mengatakan bahwa simbol burung Merpati bukanlah simbol dari budaya ranah Minang yang mayoritas berlafaskan Islam.
Akan tetapi menurutnya lagi burung Merpati itu adalah simbol atau lambang tertentu dari agama lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan ranah Minang seperti kicuanya di jejaring sosial.
Senada dengan para tokoh diatas, Arnovi salah satu pemerhati budaya sosial masyarakat juga menilai bahwa kurang pantas rasanya bila simbol Merpati di jadikan sebagai simbol perdamaian di Sumatra Barat yang mayoritas masyarakatnya adalah Islam.
Sebab dalam kaedah kearifan lokal hendaknya ciri serta budaya daerah setempat yang harus ditonjolkan seperti simbol patung Garuda Wisnu Kencana di pulau Bali atau gambar Salib Yesus di Manokwari Papua, begitu pula di Ranah Minang ini hendaknya haruslah sesuai dengan ciri kebudayaan serta simbol agama yang di anut masyarakat mayoritas katanya mengakhiri pembicaraan.

Monumen Merpati Perdamaian di Kota Padang, Minangkabau Takicuah di Nan Tarang, Ketahuilah, Merpati Simbol Program Kristenisasi
BANYAK masyarakat muslim memakai lambang merpati putih sebagai simbol perdamaian. Tidak jarang dalam acara deklarasi perdamaian, burung merpati putih sengaja diterbangkan sebagai bagian dari simbolisasi perdamaian. Padahal simbol merpati putih sangat terkait dengan konsep ajaran agama Kristen.
Dalam tulisannya, Penuntun Simbol-simbol Ibadah Kristen: Sebuah Ensiklopedi Dasar, Markus Hildebrandt menyatakan bahwa simbol Burung merpati dalam tradisi Kristen dipahami sebagai simbol kehadiran Roh Kudus yang mengingatkan kita pada peristiwa baptisan Yesus oleh Yohanis Pembaptis (Mat 3:16 bdk Mrk, Luk dan Yoh)
Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya. (Matius 3: 16)
Seekor burung merpati dengan sebuah ranting zaitun juga telah menjadi simbol universal untuk perdamaian dan mengingatkan pada kisah Nuh (Kej 8:11), di mana sehelai daun zaitun menjadi tanda bahwa air bah telah surut dan simbol untuk perjanjian Allah dengan umat manusia dan segala ciptaan-nya.
“Menjelang waktu senja pulanglah burung merpati itu mendapatkan Nuh, dan pada paruhnya dibawanya sehelai daun zaitun yang segar. Dari situlah diketahui Nuh, bahwa air itu telah berkurang dari atas bumi.” (Kejadian 8: 11)
Tidak hanya itu saja, orang Kristen dan Katolik saat menikah di gereja pun menggunakan simbol merpati putih. Hal itu dimaksudkan agar kebersamaan pasangan tersebut dapat terjalin langgeng dan awet selamanya seperti sepasang burung merpati. Mereka juga menggunakan simbol merpati putih karena burung merpati adalah burung yang selalu setia dan tidak pernah ingkar janji terhadap pasangannya.
Lagi-lagi opini ini berkembang ketika Tuhan Yesus diurapi oleh Roh Kudus di sungai Yordan, maka Roh Kudus datang seperti burung merpati. Roh Kudus kemudian mengurapi Yesus, ia datang sebagai burung merpati yang menandakan bahwa dalam diri Yesus tidak ada satupun yang perlu dibakar atau disucikan, sebab Yesus sebagai Anak Allah kudus tanpa cela.
Sifat-sifat merpati yang tulus, penuh kasih, lemah-lembut, tidak membalas, tidak menyakiti, selalu berdamai, inilah yang kemudian dinisbatkan pada Yesus Kristus. Karena itu, Roh Kudus dilambangkan sebagai burung merpati.’
Theolog protestan, Paul Tillich, misalnya yang menjadi peletak dasar kajian Simbol mengatakan bahwa simbol adalah konsep yang tersirat dalam sebuah perspektif keagamaan. Seperti dikutip F.W. Dillistone, dalam bukunya Daya Kekuatan Simbol (Yogyakarta: Kanisius 2002), Tillich mendefinisikan: “Simbol keagamaan dibedakan dari simbol-simbol yang lain oleh kenyataan bahwa simbol keagamaan merupakan representasi dari sesuatu yang sama sekali ada di luar bidang konseptual; simbol keagamaan menunjuk kepada realitas tertinggi yang tersirat dalam tindak keagamaan, kepada apa yang menyangkut diri kita pada akhirnya”.
Maka itu, kita sebagai umat muslim harus senantiasa menghindari sebuah sikap penyepelean terhadap masalah simbol-simbol kafir yang terkait dengan keimanan. Sebab kita diharamkan untuk mengikuti konsep dan millah mereka dalam mengambil sebuah sudut pandang.“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka.” (HR Abu Daud, dan At-Thabrani dalam Al-Awsath, dari Hudzaifah, berderajat hasan). Allahua’lam.
Monumen Merpati Perdamaian di Kota Padang, Minangkabau Takicuah di Nan Tarang, Ketahuilah, Merpati Simbol Program Kristenisasi
Berikut komentar netizen menanggapi dibangunnya Monumen Merpati Perdamaian tersebut :



Coba Kaitkan Dengan menonton Video Berikut



0 komentar: