siapakah
yang berhak menyatakan diri kita sudah suci atau belum? hanya allah
saja, sedang diri kita bisanya cuma menyadari pantaskah disebut sudah
suci, sedang amalan menuju kesucian belum kita lakukan sebanyak mungkin
karena allah, idul fitri tidak layak kita dapatkan sebagai hari
kemenangan jika kita saja tidak sepenuh hati berjihad melawan hawa
nafsyu sebelum ini, namun ini belum terlambat, mari kita isi hari idul
fitri, sekedar untuk mempertahankan pahala kita yang masih tersisa,
jangan datangi tempat maksiat, apalgi berbuat maksiat
INGAT...!!!
shetan selama bulan telah diberi kesempatan untuk mengatur strategi
bagaimana menjerumuskan kita kembali, jendral2 shetan sedang
mempersiapkan pasukan yang tangguh untuk merusak kita, permainan dan
pergi hura2 adalah media ampuh untuk menyedot dosa, sekaligus menghapus
pahala kita, sekarang terserah kita mau atau tidak untuk tidak terjebak
pada godaan2 ini, kita tidak tahu saat dan sedang mengapa kita mati,
namun perlu di ingat alangkah ruginya kita, jika kita sedang berada
ditempat maksiat, melakukan maksiat, inilah yang disebut mati su'ul
khatimah, bukan berati kita tidak boleh mencari hiburan, namun ingat
allah dan malaikatnya mengawasi kita, jangan lupa sholat, dan hemat saat
jalan2, wassalam
APAKAH PUASA KITA PERALIHAN JADWAL MAKAN SAJA?
21 Agustus 2011 pukul 15:39
kesimpulan
yang tepat bila kita berhasil mengambil hikmah bahwa puasa mampu
memisahkan mana orang yang tamak dan hemat, orang rakus biasanya puasa
hanyalah perpindahan waktu makan saja, dari jam 08 pada jam setengah
lima pagi, dari jam 12 siang pada jam 06.30 sedang orang yang hemat
puasanya lebih berdampak pada pandainya mengatur keuangan didalam bulan
ramadhan dan diluar ramadhan, pertanyaannya jika umat islam lebih banyak
mengeluarkan uang dalam ramadhan untuk makanan saja apakah tergolong
orang yang rakus? jawab saja ya! wallahu'alam
Hati-hati dengan Sebuah istilah!!!
28 Agustus 2011 pukul 8:29
Terkadang
kita begitu mudah mencat sesama muslim dengan sebutan teroris, padahal
sebuah kata punya maksud dan tujuan, jika kata teroris di kempar
kesesama muslim, tepatkah? bisa ya? bisa tidak? namun kenapa kata
tersebut sering hanya ditujukan buat orang yang menginginkan perubahan
total dalam sistem aturan kehidupan bernegara? dan siapa semula pencetak
kata teroris? maka dia juga yang mengendalikannya sesuai dengan maksud
dan tujuannya, dan alangkah hinanya seorang muslim yang berani berkata
teroris, tanpa melihat alasan mereka berbuat, tanpa menanyakan apakah
benar ia pernah melakukan.
kita semua tentu tidak setuju dengan
teror menteror, tapi kenyataanya jangankan orang lain, diri sendiri kita
teror dengan memasukkan benda tak baikdalam tbuh (rokok), miras, dan
sebagainya, kita senangnya menghardik adik, anak sendiri, kita sakiti
orang sekitar dengan tindak kita, tanpa alasan yang benar ini adalah
sebuah teror perasaan yang sangat lama diobati, makanya wajar jika teror
menteror sering terjadi teror, karena sedari dini sudah diajarkan teror
menteror (baca: tekanan bathin)
0 komentar:
Posting Komentar