12/07/2011

BERITA MENAKUTKAN DAN MENGKHAWATIRKAN…!!!


 Laporan Wartawan Tribunnews.com Jepang, Dahlan Dahi

PARA wanita Jepang semula punya siklus lahir, besar, lulus perguruan tinggi, menikah, berhenti kerja dan mengurus anak. Ini bukannya wanita tidak ingin berkarier. Masalahnya adalah setelah melahirkan, gaji mereka--bahkan yang bekerja di bank--tidak cukup untuk membayar baby sitter. Boleh dititip ke tempat penitipan bayi tapi setelah usianya di atas dua tahun.
Maka, wanita Jepang memilih mengurus anak, membesarkan mereka hingga sukses. Soal berikutnya muncul, anak-anak yang dibesarkan dengan susah payah itu semakin sukses semakin jauh dari orang tua. Usia harapan hidup di Jepang sangat tinggi, termasuk salah satu yang tertinggi di dunia. Usia harapan hidup bahkan di atas 80 tahun. Artinya, setelah pensiun sebagai karyawan pada usia 65 tahun, orang tua Jepang masih harus menjalani hidup sekitar 15 tahun dengan menikmati hidup sebagai pensiunan atas biaya pemerintah.
Lama-lama, jumlah pensiunan membengkak, jumlah anggaran pemerintah kian terbatas. Walhasil, jumlah tunjangan pensiunan makin turun. Lalu, orang-orang tua itu hidup di panti jompo, sementara anak-anak mereka menikmati kesuksesan. Para wanita bertanya: lalu untuk apa punya anak? Pertanyaan berikut sudah bisa ditebak. Untuk apa menikah?
Pertanyaan tersebut menemukan jawaban berikut: para wanita ogah menikah, enggan punya anak. Mereka memilih karier. Itulah yang terjadi di Jepang saat ini. Para wanita lebih senang menghabiskan waktu di kantor, membangun karier, dan hidup mandiri. Lama-lama, jumlah wanita lajang makin meningkat. Dampak ikutannya, jumlah bayi yang lahir semakin berkurang.Datanglah ke Tokyo. Sangat jarang kita menemukan wanita hamil atau bayi di tempat-tempat keramaian. Sebagian besar pemandangan adalah para wanita mandiri, yang modis, dan tidak takut ke McD atau resto tengah malam, seorang diri.
Gejala itu mendorong struktur usia penduduk Jepang makin tua. Anak-anak masa depan Jepang makin berkurang jumlahnya. Seperti piramida terbalik. Setiap tahun, ada saja taman kanak-kanak yang tutup karena kekurangan siswa. Sebaliknya, panti jompo--yang banyak mempekerjakan warga Indonesia dan Filipina--semakin bertambah jumlahnya. Pemerintah yang risau mendorong para wanita untuk menikah dan punya anak. Stasiun TV didorong untuk menayangkan berita-berita tentang nikmatnya membangun keluarga. Satu keluarga beranak 10 merupakan berita besar bagi TV Jepang.
Sambil imbauan itu belum memperlihatkan hasil, toko-toko anjing, toko pakaian anjing, dan tempat penyewaan anjing seperti Dogy Park di jalan menuju Gunung Fuji tumbuh subur. Bahkan banyak sekolah khusus untuk anjing. Kenapa begitu? Ya, karena anjing merupakan kawan favorit para wanita lajang Jepang. Alangkah beruntungnya anjing-anjing di Jepang.

Analisis ideologis dan islamis
Oleh : Firdaus bin Musa
Dalam islam menikah adalah sunnah, yang  jika kita tinggalkan maka rasulullah mengatakan bahwa mereka yang tidak mau mengikuti sunnah beliau, tidak termasuk golongan-ku. Bahkan menikah hukumnya wajib, jika dengan tidak menikah terjadi perzinaan, alasan demi gaji agar tetap diperoleh, biar tidak menikah itu tidak dibenarkan oleh islam, seolah dari gaji itu sumber rezki kita akan mengalir.
Kebijakan mahalnya biaya pemeliharaan anak dan minimnya gaji yang diperoleh setelah beranak, sebenarnya kesalahan dari  kebijakan yang tidak bersandarkan pada syari’at islam. Seorang anak yang tidak memikirkan orang tuanya setelah mereka dewasa apalagi sudah sukses kemudian mereka lebih  miemilih mengantarkan orang tuanya kepanti  jompo (tempat pemeliharaan yang tua2) disisi allah diancam termasuk anak durhaka, alasannya mereka dengan sengaja menelantarkan dan menyia-nyiakan orang tuanya, bagi mereka pantas mendapat murka allah swt
Dalam islam, sebaik-baik manusia adalah manusia yang panjang umurnya dan banyak amal baiknya, dengan ketakutan menikah tentu akan berimbas bahwa generasi berikutnya tidak akan ada lagi, lalu siapa yang akan melanjutkan pengelolaan bumi ini. Sebenarnya berita diatas, lebih strategi untuk mengurangi kelahiran, sebab dengan mengurangi kelahiran otomatis kepadatan penduduk dan pensiun yang tidak produktif dapat dihindari dengan bahasa lain, tidak banyak warga yang merepotkan pemerintah dan menyedot anggaran pendapatan negara, ini adalah prinsip Negara sosialis (PKI) dan Kapitalisme, mereka menganggap, manusia yang perlu diperhatikan Negara hanyalah yang masih menghasilkan dan menguntungkan bagi Negara, tapi akhirnya mereka kewalahan untuk mempercepat tumbuhnya generasi berikut, dengan menayangkan iklan, agar perempuan cepat-cepat menikah.
Dengan lajang atau tidak menikahnya wanita, lalu melampiaskan pertemanan kebinatang yang haram (anjing), tentu islam lebih mencela cara-cara ini, apalagi jika diperlakukan binatang tersebut layaknya seperti manusia (dimasukkan kedalam rumah, dalam hadits dikatakan, binatang haram jika berada didalam rumah, maka malaikat tidak akan masuk kedalam rumahnya)

0 komentar: