2/16/2011

Penghargaanku pada emakku dan keluargaku.

oleh Firdaus bin musa

16/02/2011

Mak, ini adalah sederet isi hatiku buatmu yang selam ini telah berjuang mati-matian untuk menyekolahkan hingga aku sekarang sudah kuliah, dari awal aku sudah sedih melihat tubuhmu yang sudah kurus kering, tinggal daging pembalut tulang, namun aku belum bias sedikitpun membuat hatimu senang, bahkan dari hari kehari malah menambah susah emak. Pulang kekampung sekali-sekali hanya minta uang, padahal ananda tahu emak dapat uang itu dari menghutang dulu, sedang aku sendiri belum sedikitpun meringakna beban yang ada dipundak dan dihatimu, mak dengan perassan sedih yang mendalam ananda tuturkan isi hati ini dalam bentuk tulisan, menyesalkah emak punya anak seperti ananda ini, yang tidak pandai berbalas budi, terkadang ananda tidak sanggup lagi meneruskan perjuangan dalam menuntut ilmu jika telah pulang kampong melihat badan emak yang kurus dan tidak berdaging.
Hanya pada allah ananda memohon agar selalu diberikan kekuatan untuk terus berjuang dalam memperoleh yang emak idam-idamkan, jika anada menjadi orang yang punya harta benda lebih,  insya allah (tolong diingatkan bagi yang membaca tulisanku ini) akan menaikkan haji emak  ke Mekkah al-mukarramah, kalaupun tidak mampu akan membuat suatu sarana yang bias dimanfaatkan oleh orang banyak atas nama emak yang aku sayang, pun juga buat ayah tercinta yang telah tiada, aku masih ingat disaat ayah menangis ketika terkhir melihatku ke sekolah, dia memnitipkan pesan terakhir ke bapak yang punya kos “ pak anggap saja firdaus anak bapak, kalau salah nasihati dia, kalaupun pantas dimarahi, marahi saja”, hai ayah aku tidak tahu dimana engkau sekarang, entah engkau senang atau lagi bersedih diakhirat sana, hanya mohonku pada allah, agar ayah diampuni dosa dan ditempatkan sebagaimana yang di cita-citakan semua  manusia (muslim), kanda Marlis, da Buyuang (Hasan Basri), Uniang (Samsidar), da Ramadhan, dan adinda safar, mohon maaf dengan sangat karena telah merepotkan, baik seara langsung maupun tidak, sungguh ananda tidak ada niat untuk tidak bersosialisai dengan kakanda dan adinda tapi ananda tidak tahu apa yang terjadi pada ananda sehingga akhir2 ini ananda bagitu sulit bertemu ataupun hanya sekedar menelpon, sungguh ananda orang yang tidak tahu di untung, tidak punya hati dan tidak pandai berbalas budi, bisanya Cuma mengaaniaya dan menzalimi orang sekitar terutama orang tua, sekali lagi maafkan ananda, wassalamu’alaikum wb

0 komentar: