5/23/2009

filsafat dakwah

KATA PENGANTAR

بسم لله الر حمن الرحيم

Segala Puji bagi Allah Yang Telah Memberi Rahmat Dan Karunianya Yang Tiada terhingga terhapad kita semua, sehinga kami dapat menyelesaikan makalah ini walaupun masih banyak kekurangan didalamnya, shalawat dan salam kita mohonkan kepada allah agar tercurah kepada Nabi Muhammad saw semoga allah selalu merahmatinya.

Dengan pertololangan dan hidayah allah swt, makalah filsafat dakwah alhamdulilah dapat kami selesaikan, sebagai bahan kuliah dan tugas pengganti ujian mid semester. Sebagai bahan referensi bagi kami dan teman-teman semua, adapun makalah ini tentu tidak akan membelenggu kita untuk mencari referensi yang lebih banyak lagi dalam mempertajam perkulihan kita amin.

Kami sebagai penyusun berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang positif untuk kesempurnaan makalah ini. Merupakan harapan pula, semoga makalah ini tercatat sebagai amal saleh bagi penulis dan pembuatan makalah ini mudah-mudahan bermamfaat amin.

Padang, 03 april 2008

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ............................................................................................ 1

  1. Tujuan ………………………………………………………………….... 1

BAB II PEMBAHAN

A. Sejarah menajemen humas/public relation…………………....................... 2

  1. Pengertian dan fungsi menajemen…………............................................... 3
  2. Public relation, alat menajemen modern.................................................... 4
  3. Menajemen strategi humas………………….............................................. 5
  4. Program kerja dan aktivitas humas.............................................................. 6

1. proses perencanaan humas..................................................................... 6

2. perencanaan program public relation..................................................... 6

BAB PENUTUP

  1. Kesimpulan …………………………………………………………….. 8
  2. Saran……………………………………………………………………. 8

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN FILSAFAT DAKWAH

Akar kata filsafat berasal dari bahasa yunani, yaitu philosofhia. Philo, artinya cinta, shopia berate bijaksana atau kebenaran, sehingga phioshopia mengandung arti cinta kebenaran. Orang yang mencintai kebenaran ia akan berupaya memperoleh dan memilikinya.

Dakwah dalam kontek ini adalah dalam artian luas, bukan dalam artian sempit. Dalam arti luas meliputi semua potensiyang ada pada manusia dan terkait dengan kehidupan kesehariannya seoanjang zaman, sedang dakwah dalam artian sempit adalah pembicaraan seputar ibadah mahdhoh (rutinitas) dengan sitem penyampayan yang sederhana. kalau di gabung kata filsafat dengan kata dakwah, maka menjadi kata majamuk "filsafat dakwah" bias disebut hikmah dakwah, kebenaran dakwah[1].

B. GUNA DAN TUJUAN FILSAFAT DAKWAH

Tujuan filsafat dakwah adalah dapat meberikan pemahaman yang bersifat universal tentang suatu unit ajaran islam secara mendalam, mendasar dan fradikal sampai keakar-akrnya, sehingga akhirnya dapat membawa kepada kebenaran yang hakiki, kebenaran hakiki tersebut terimplementasikan dalam sikap kesehariannya sebagai seorang islam.

Lebih jauh bertujuan memberikan kepuasan kepada sebahagian jiwa yang amat berharga juga mengantarkan seorang sampai kepada keprcayaan keagamaan yang benar, yang kalausebelumnya hanya diterima secara domatis dan absolute.maka pada akhirnya bukan hanya mitologis semata, tetapi juga diterima malaui kerangka fikirin yang rasional juaga akan memberi artinya penting dalam menyadari otoritas dirinya sebagai makhluk yang berdimensi dalam memahami diri dan miliunya[2].

C. PERIODISASI FILSAFAT DAKWAH

Pada periode modern kwalitas dakwah megaliman kemunduran SDM yang pernah berjaya pada periode klasik menjadi langka di priode modern ini. Filsafat dakwah merupakan suatu bidang ilmu yang baru karena berkembang baru pada wal-awal abad sembilan belas yangbaru drintis oleh para ahli dakwah dalam mengkombinasikan antara dakwah dan filsafat, yang tujuannya mencari hakikat daridakwah itu sendiri.

BAB II

FAKTOR-FAKTOR DAKWAH

A. HAKIKAT DAKWAH

Da'i merupakan orang yang mengajak kepada kebaikan, banyak pendapat-pendapat para-para ahli tentang da'I ini. Adapun para ahli berbagi pendapat tentang hakekat hadist ini, diatara para ahli berpendapat antara lain:

1. Dar el-mushreq

Menurut beliyau da'I adalah orang yang bertugas mengajak manusia kepada agama islam atau mazhabnya[3] pendapat ini ini sejalan dengan al-bayanuni, yaitu penyampai islam mengajarnya dan membawanya seorang untuk mengikutinya.

2. Drs. K.H.A. Syamsuri

Dalam bukunya beliyau menjelaskan bahwa da'i ialah suatu badan yang berusaha untuk melakukan kegiatan yang disengaja dan berencana, bertujuan untuk mengajak, meningkatkan dan mengemban kesadaran orang perorang dan masayarakat supaya tertarik kepada ajaran islam dan bersedia melaksanakannya

3. A. Hasyimi

Menurut A.Hasyimi, dalam bukunya dustur dakwah menurut Al-Qur'an, bahwa imam Al-Ghazali mengemukakan pendapatnya bahwa da'i itu adalah para penasehat, para pemimpin dan para pemberi ingat, yang memberikan nasehat dengan baik, yang mengarang dan berkhutbah, yang memusatkan jiwa raganya dalam wa'ad dan wa'id (berita pahala dan siksa) dan dalam memberikan kampong akhirat untuk melepaskan orang-orang yang karam dalam gelombang dunia[4]

Dapat dipahami bahwa da'I adalah orang perorangan dan atau lembaga/badan yang bertugas membawa orang lain kepada jalan kebenaran di lakukan melalui hikmah, baik oleh pemimpin, pengarang/penulis ataupun oleh siapapun sesuai dengan profesinya berusaha meningkatkan, kalbu dan mengembangkan kesadaran orang perorangan dan mesyarakat pada agama islam dan bersedia mengamalkannya. Apa yang di yang diuraikan di atas memberi isyarat bahwa setiap orang yang mengajak manusia kepada yang baik, dan mencegah dari perbuatan yang keji atau perbuatan mungkar adalah da'i. jadi hakekat da'I itu adalah setiap kegiatan perbuatan yang menjcegah orang per orang ataupun badan dari perbuatan mungkar dan mengajak kepada yang makruf.

A. HAKIKAT MAD'U

Unsur dakwah yang kedua adalah mad'u, yaitu manusiayang menjadi sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah, baik sebagai indifidu maupun sebagai kelompok, baik manusia yyang beragam islam maupuntidak : atau secara keseluruhan manusia, sesui dengan firman allah QS. Saba' 28:

"Dan kami tidak mengujtus kamu, ,alaikan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringantan, tetaoi kebanyakan manusia tiada mengetahui"

Kepada manusia yang belum beragama islam, dak wah bwrtujuan untuk mengajak mereka mengikuti agama islam, sedangkan kepada orang-orang yang sudah beragama islam dakwah bertujuan meningkatkan kwalitas iman,islam,ihsan.

Mad'u (mitra dakwah) tertidiri dari berbagai macam golongan manusia. Oleh karena itu, golongan mad'u sama dengan menggolongkan manusia itu tediri, profesi, ekonomi dan seterusnya.

Muhammad abduh membagi mad'u menjadi tiga golongan yaitu:

1. golongan cerdik cendikiawan yang cinta kebenaran, dapat berpikir secara kritis, cepat menangankap persoalan.

2. golongan awam, yaitu, kebanyakan orang yang belum dapat berpikir kritis dan mendalam, belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tinggi

3. golongan yang berbeda dengan golongan diatas mereka senang membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu, tidak sanggup mendalam benar

mad'u juga dapat dilihat dari derajad pemikirannya sebagai berikut:

1. umat yang berfikir kritis, yaitu orang-orang yang berpendidikan, yang selalu berfikir mendalam sebelum menerima sesuatu yang dikemukakan padanya

2. umat yang mudah di pengaruhi, yaitu masyarakat yang mudah dipengaruhi oleh paham baru tanpa menimbang-nimbang secara manta papa yang dikemukakan kepadanya.

3. umat bertaklid, yaitu golongan fanatic, buta berpegang pada tradisi, dan kebiasaan turun-menurun tempat menyelidiki salah satu benar.

Jadi yang dikatakan mad'u adalah orang yang menjadi sasaran dakwah dimana mad'u terdiri dari berbagai macam keadaan yang harus disiasati oleh para pendakwah untuk sesaui memberikan dakwah sesaui dengan kemampuan mad'unya, maka seorang da'I harus tepat membaca mad'unya.

C. HAKIKAT MATERI

Al-Qur'an sewaktu mengambarkan materi apa atau pesan apa yang disampaikan dalam berdakwah, digambarkan dengan banyak surat di dalam al-qur'an salah satunya surat Ali imran

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (104)

Artinya

"dan hendaklah ada segolongan di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang ma'ruf, dan menjegahdari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung" (Ali-Imran 104)

Banyak lagi ayat-ayat al-qur'an yang yang menyangkut tentang dakwah QS,30:104 disebut dengan khair, dan ma'ruf, QS: 12;108 dan QS: 16: 108 disebut dengan sabili rabbika dan memang seharusnya menjadi materidakwah islam, paling kurang ada empat trem yang menunjukan pesan dakwah : sabili rabbika, kedua khair, ketiga, ma'ruf, dan keempat Al-islam, ini merupakan dasar dari materi dakwah islam.

Sebagai pesan dakwah diungkap dengan kata al-islam. Islam berasal dari aslama, dalam bahasa Indonesia berarti tunduk, patuh , menyerah, artinya "menyatakan kepatuhan dan menerima apa-apa yang di bawa nabi Muhammad saw, itu terhimpun dalam al-qur'an dan sunnah. Maka al-qur'an dan sunnah nabi saw harus menjadilandasan materi dakwah.

Berdasarkan apa yang di bahas di atas materi dakwah dari al-qur'an di atas , yang agak sedikit tematis, dapat di pahami bahwa bahwa yang dapat dijadikan materi dakwah bukan suatu yang dating dari allah swt saja lewat wahyunya atau yang disabdakan oleh nabi Muhammad Saw, tetapi juga adat istiadat kebudayaan atau hasil pemikiran manusia yang baik dan tidak bertentangan dengan akal sehat dan ajaran islam-dapat dijadikan sebagai materi dakwah. Justru itu tidak salah kalau al-qur'an sangat mendukung peamakayan akal/pemikiran secara maksimal karna dengan mempergunakan akal secara baik danmaksimal akan membawa manusia pada kemudahan dalam hidupnya. Seperti yang terlihat sekarang ilmu dan teknologi telah membawa manusia kapada kemudahan-kemudahan,

Dapat kita sepakati bahawa materi yang di sampaikan dalam dakwah harus berlandaskan pada al-qur'an dan sunnah

D. HAKIKAT METODE DAKWAH kata metode berasal dari bahas yunani methodos yang berati cara atau jalan, dalam bahasa indnesia kata tersebut mengandung arti cara yang teratur dalam berfikir baik untuk mencapai maksud atau memperoleh tujuan tersebut.

Metode dakwah dalam perspektif Al-Qur'an, telah dilakukan oleh nabi Muhammad secara teratur dan telah tersusun dengan baik untuk mencapai tentang pemahaman yang benar tentang apa yang di maksudkan allah dalam ayat-ayatnya.

Kenyataan ini memgambaran gambaran bahwa metode dakwah yang dilakukan rasulullah dalam membawa manusia dalam islam beriskan langkah atau cara-cara yang harus ditempuh dalam melakukan dakwah islam pada manusia.

Bila dikaitkan antara methode dengan dakwah dalm suatu pengertian dapat dikatakan sebagai jalan atau cara yang dipakai juru dakwah dalam menyampaikan ajaran islam.

1. metode hikmah

kata hikmah berasal dari bahasa arab ح ك م jama'nya hikam yaitu ungkapan yang mengandung kebenaran yang mendalam, dalam bahasa Indonesia diartikan kebijaksanaan. Al-maghazawi pada pendapatnya yang sama mengemukakan hikmah mengandung semua maknayang terkanndung dalam Al-qur'an

varian pada metode hikmah dalam pandangan ilmuan, bila dikaitkan dengan tafsiran surat An-NAHL:125 sebagai kerangka dasar metode dakwah, A, hasjmi mepertegas bahwa hikmah adalah ilmu pengetahuan[5] , sewdangkan Natsir mamahami bahwa hikmah itu dipergunakan untuk semua golongan, yaitu golongan cerdik pandai, golongan awam dan golongan yang ada diatara keduanya.

2. metode maw'izhah al-hasanah

kata maw'izhah adalah perubahan kata dari akar kata dasar (w, 'a zh) artinya memberi nasehat, memberi peringatan kepada seorang yang bias membawa taubat kepada allah swt.

Dakwah maw'izah al-hasanah tidak tertuju kepada satu keelompok orang akan tetapi juga berlaku untuk semua golongan masayarakat.kenyataan inimenunjukan bahwa pengajaran yang baik bukan hanya ditandai pemilihan materi dakwah yang menarik sesui dengan tingkat kecerdasan audiens, tetapi juga diikuti tindakan tindakan atau langkah-langkah yang dapat menjadikan tuntunan sebagai tempat berpijak bagi mayarakat.

3. metode mujadalah al-alti hiya ahsan

secara etimologi kata mujadalah berasala dari bahasa arab (jadala) artinya berbantah-bantah, berdebat, bermusuh-musuhan, sedangkan menurut istilah terdapat beberapa pendapat di kalangan ulama antara lain: ibnu sina beliyau berpendapat bertukar pikiran dengan cara bersaing dan berlomba untuk mengalahkan lawan bicara.

Memperhatikan kondisi social masarakat sejalan dengan tingkat perkembangan dan kemajuan manusia bahwa ada dua bentuk mujadalah, yaitu mujadalah Al-su'I dan mujadalah ahsan. Mujadalah ahsan agaknya dapat dikatakan berdiskusi dengan baik untuk menemukan kebenaran. [6]

E. HAKIKAT MEDIA

Media dakwah ialah alat objektif yang menjadi saluran, yang menghubungkan ide dengan umat suatu elemen yang vital dan merupakan urat dalam totaliteit dakwah.

Kalau dilihat secara ikesplisit tidak ada penjelasan al-qur'an tentang media atau alat apa saja yang digunakan untuk menyampaikan dakwah, tetapi secara implicit banyak isyarat Al-qur'an tentang masalah media ini. Antara lain hamzah ya'cub, mengelompkan media dakwah tersebut.

1. Lisan

Bahasa adalah media pokok dalam menyampaikan dakwah islam kepada orang lain, nabi menyampaikan dakwahnya pertama kali dengan media lisan secara langsung termasuk dalam kelompok media ini adalah antara lain khutbah, pidato, ceramah, kuliah, diskusi,

2. tulisan

yakni dakwah yang dilakukan dengan perantara tulisan, umpanya buku-buku, majalah, surat-surat kabar,kuliah-kuliah tertulis, rasul pun telah mencontohkan dengan memerintahkan menulis surat yang ditujukan kepada kepala Negara yang bukan islam untuk menyeru mereka agar masuk islam, seperti surat beliyau ke kisra di Persia,heraklius di bizantium, mauqaqis di mesir, negus di ethopia, antara lain berbunyi, saya mengajak tuan memperkenankan panggilan allah peluklah islam agar tuan selamat[7].

Sebagai isyarat terpenting tentang peran huruf, pena tulisan dalam pelaksanaan dakwah islamiah, hal ini dapat kita pahami dalam surat al-alaq 1-5

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ(1)خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ(2)اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ(3)الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ(4)عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ(5)

Artinya adalah

"bacalah dengan menyebut nama tuhanmuyang meciptakan, dia telah meciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah, dan tuhanmulah yang maha pemurah, yang mengajarkan dengan perantara qalam, mengajarkan apa yang tidak diketahuinya

3. lukisan

yakni gambar-gambar hasil seni lukis, foto, film, media ini memang banyak menarikperhatian orang dan banyak dipakai untuk mengambarkan suatu maksud ajaran yang ingin disampaikan kepada orang lain. Namun sulit di temukan isyaratnya dalam hadist

4. audio-visual

yakni suatu cara penyampayan yang sekaligus merangsangpenglihatan dan pendengaran. Bentuk ini dilaksanakan dalam televise dan media jenis lainnya, juga tidak begitu jelas isyaratnya dalam Al-Qur'an

pada khirnya kita sanpai pada suatu hakekat atau kebenaran bahwa dalam menyampaikan dakwah perlu metode dalampenyampayan pesan dakwah, penyampayan atau penmpatan metode yang tepat sasaran dapat menimbulkan suatu keberhasilan dalam dakwa, sebalaiknya jika penempatan metode kurang tepat akan menyebabkan kurang diterimanya pesan oleh audian yang menybabkan gagalnya dakwah[8].

BAB III

ANALISI

A. MEWUJUDKAN DA'I ISLAM

Dalam mewujudkan da'I islamyang bebobot sangat banyak hal yang harus diperhatikan, dalam perkembangan dakwak akhir-akhir ini kita dapat melihat banyak bermunculan da'I karbitan kana tidak memiliki kwalitas yang baik sebagai seorang juru dakwah, akibatnya apa? Pesan yang disampaikan kepada mad'unya tidak sampai sehingga sering terjadi salah memahai.

Untuk mengatasi hal yang seperti ini yang harus di perhatikan adalah kwalitas yang benar-benar mapan dengan ilmu pengetahuan sebelum turun kemasyarakat, paling tidak ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mewujudkan da'I islam yang berkwalitas ini diantara:

1. meneladani allah dan rasul

persyaratan utama yang harus dipenuhi oleh seorang juru dakwah harus meneladani allah dan rasulnya artinya berakhlak dengan akhlak allah: mengaktualisasikan asma allah yang seluruhnya bermakna mulia, serata memperlihatkan wajah allah dimuka bumi. Sebagaimana akhlak rasul itu adalah Al-qur'an da'I harus berusaha mengamalkan Al-qur'an dengan seutuhnya.

2. mencintai allah dan rasul lebih dari yang lain

para pendakwah harus memahami bahwa yang ia sampaikanadalah pesan-pesan sacral yang tidak dapat ditawar dengan apapun, segala betuk bujukan dan rayuan yang dating dari pihak-pihak yang ingin menghancurkan dunia islam agama allah harus ditolak metah-mentah sebagai menifestasi sikap cintanya kepada agama , a

3. anti maksiat dan mungkarat

bentuk berhala yang sangat dekat dengan manusia dan sebenarnya sangat dirasakan adalah maksiat. Seorang da'I harus peka terhadap mesalah ini dengan menasehati penguasa agar melaksanakan amarma'ruf nahi mungkar.

Singkatnya menurut penulis dalam mewujudkan islam yang berkualitas minimal dia haril memiliki dua buah hal yang utama yaitu pengendaliandiri dan keteladanan, dengan pengendalian diri ia akan terhidardari yang memalingkanya dari misi islam, sedangkan dengan keteladanan misi yang dia embank akan lebih mudah di terima oleh masyarakat[9]


[1] Salmadanis, filsafat dakwah, hal 18

[2] Salmadanis, filsafat dakwah, hal 21

[3] Dar el-musreq, munjidul at-thulub,Beirut, Al-maktub as-syarqiyah, 1974

[4] Muhammad abu al-fatah Al-bayanuni, Al-madkhl ila ilm al-dakwah, beirut, 1995, h 40

[5] Muhammad abduh,tafsir al-qur'an al-hakim

[6] Salmadanis, filsafat dakwah hal 171

[7] Salmadanis, filsafat dakwah hal 186

[8] Salmadanis, filsafat dakwah hal 186

[9] Pimpinan pusat muhammadiah, dakwah I, hal 219

0 komentar: