8/07/2010

Diskusi Berpetaka



Di tengah kota, di dalam gedung yang setelah kejadian itu selalu menangis penduduk-penduduk yang melewatinya, sampai akhirnya gedung itu dinyatakan angker oleh walikota dan ketua Perkumpulan Dukun Nasional (PDN) dengan sebuah rumah sakit berlantai empat yang tidak berfungsi lagi di belakangnya.

Seorang gila yang lewat di sana bertanya pada angin yang bertiup sayu, “Apakah pula ‘kejadian itu’?

*
Dulu, dua bulan lalu, di dalam gedung itu diadakan diskusi besar yang diadakan oleh Klub Peduli Budaya Dikusi (KPBD). Dalam memulai acara moderator memberi pembukaan dengan suaranya yang merdu.

“ Saudara-Saudara, hari ini kita adakan diskusi dengan tema ‘Menciptakan Budaya Diskusi yang Sangat Tenang’. Sangat tenang saya katakan, karena sebenarnya diskusi-diskusi yang dilakukan sebenarnya sudah tenang, tapi bagaimana agar ketenangan dalam diskusi itu menjadi ketenangan abadi pada tiap acara diskusi itulah ilmu yang ingin kita dapat dari kesempatan ini. Nah, untuk itu saya perkenalkan dua pembicara dari UNLEN (Universitas Lengang Nasional), pertama Prof. Dr. Ir. Samin Hiroek , M.Sc., guru besar ilmu penenang dan Dr. Rarau Putra, spesialis tenar ilmu menenangkan tangis anak-anak dan balita. Baiklah, untuk menyunat waktu, kita persilahkan mereka untuk maju.”

Kedua pembicara pun maju dan membaca makalahnya sepuluh menit satu-satu. Setelah selesai, moderator membuka termin untuk menyilakan para peserta diskusi untuk menyampaikan pertanyaan, saran atau tanggapan yang berbagai-bagai.

Di barisan muka, dua orang tampak berebut mendapatkan mikrofon untuk bisa memberikan tanggapan. Mereka dorong-dorongan, tampar-tamparan sampai pukul-pukulan, sehingga suasana diskusi jadi ribut. Setelah usaha keras dengan mata lebam dan bibir berdarah, seorang tinggi kurus berhasil meraih mikrofon dan berkata,” Saudara penyaji, bagaimanakah caranya agar diskusi jadi tenang jika perusak suasana dan tukang hardik hadir pula dalam diskusi ini?”

Kawannya tadi langsung bersorak dengan suara menghardik,” Hai, akukah yang kauhina, kutunggu kau nanti di Simpang Tiga. Bawalah seluruh anak dan kemenakanmu, sedikit pun aku takkan ragu!” Katanya sambil menunjuk-nunjuk dan menuju kursi kembali duduk.

Penyaji menjawab, yang pertama Prof. Hiroek, ia berkata,” Suatu diskusi takkan pernah tenang, jika seorang peribut juga turut datang, apalagi jika peributnya itu sendiri jadi penyaji, dalam diskusi di hari ini. Adalah karena ulah-ulahnya, cucu saya sendiri jadi kehilangan suara.” Entah tentang siapa dia bicara.

Doktor Rarau pun langsung memotong,” Ha! Profesor menghina saya?! Tolonglah dijaga sedikit mulutnya.”

“ Iya, tentang siapa lagi aku bicara, karena engkau lah cucu ku hilang suara.”

“ Ha-ha-ha, itulah yang cucu Profesor amat pantas dapatkan. Sebagai pakar saya lebih tahu apa yang harus dilakukan. He-he.”

“ Gelak pula kau beruk, cuih…!” Profesor pun langsung meludah ke muka Dr. Rarau. Dr. Rarau membalas ludahannya tak kalah kerasnya, sehingga terjadi perang ludah antara mereka berdua. Peserta diskusi yang menanggapi tadi meludahi pula kawannya yang menghardiknya tadi karena kebetulan berhampiran kursi di barisan muka. Lama kelamaan, kawan-kawan yang simpati dengannya meludahi lawannya pula bersama-sama. Kawan-kawan lawannya itu pun maju pula, sehingga terjadilah perang ludah besar-besaran yang melibatkan seluruh peserta dan pembicara. Adapun moderator yang tak bisa berbuat apa-apa, karena tidak punya rekan untuk diludahi pula akhirnya ikut terbawa suasana dengan melakukan senam yang sering dilakukan anak durhaka, yakni senam geleng, tiap menggeleng meludah juga. Ludah meludah, dahak mendahak, terjadi 30 menit. Lalu, mereka berhenti dan meminum air yang disediakan di tempat diskusi. Kemudian perang ludah dilanjutkan lagi, kini 25 menit saja. Di sela-selanya, 5 anak gelandangan masuk menyuruk-nyuruk untuk “mandi gratis” sambil membawa handuk.

Setelah habis ludah mereka, dilanjutkan dengan tawuran, sepak terjang, tumbuk ganyang, banting hempas selama 2 jam. Akhirnya, semua mereka terkapar, dan dibawa ke rumah sakit di belakangnya yang bernama RS Dr. Abu Bakar. Semuanya pingsan satu hari, dan setelah sadar lagi berkelahi lagi bersama-sama hingga terjadi kebakaran amat besar. Tak sempat mereka lari, semuanya terbakar, kecuali satu orang yang selamat.

Begitulah ceritanya sesuai yang didapat dari berbagai sumber terpercaya.

*
Orang gila yang bertanya tadi lalu mengangguk dan berlalu. Orang gila itu tak lain tak bukan adalah seorang yang selamat dari kebakaran tadi, sekaligus mantan moderator diskusi bertragedi, yang jadi gila karena depresi dan juga salah urat akibat berjam-jam menggeleng tanpa henti.***

0 komentar: