8/07/2010

Ada Hantu di Jembatan

Parman tinggal di sebuah desa tapi kerja di sebuah kota. Pulang balik dari desa ke kota adalah kerjanya empat hari seminggu. Di kota, kerjanya beragam , mulai dari tukang sampah, tukang angkat atau kuli panggul, sampai tukang becak dan tukang pacul. Sesekali juga tukang cukur rambut. Dia merasa hidupnya itu sebenarnya lebih kepada enak daripada tidak, condong ke bahagia dari menderita, makanya dia suka beli surat kabar. Di surat kabar banyak berita tentang kotanya dan kota-kota lain di daerahnya, berita nasional sampai berita internasional. Kebiasaannya ini ditekuni semenjak dia dikasih selembar kertas koran oleh seorang berpakaian compang camping yang misterius. Pesannya,” Bawalah lembar koran ini pulang, rebus sampai hancur dan campur dengan garam, lalu minum airnya!” Parman waktu itu tertawa. Dia hampir yakin bahwa orang yang ditemuinya itu sudah gila, tapi sewaktu dalam perjalanan pulang sore ke desa dia menyempatkan juga merebus dan meminum air koran itu di tempat kosnya. “Siapa tahu enak,” pikirnya. Pas setelah meminumnya, dia merasa energinya bertambah, semangat hidupnya jadi meningkat, dan pemandangannya mendadak cerah. Tapi, mulanya dia tidak mengalamatkan akibat-akibat positif itu sebagai efek substansi minuman, tapi sebagai efek dari perasaan enaknya minuman tersebut. Namun, sejak itu, dia punya kebiasaan baru, yakni suka membeli koran.
Penjual Koran langganannya sebenarnya agak heran mengapa langganannya itu sejak tiga tahun ini membeli Koran-korannya. Dia dari awal tahu bahwa Parman tidak bisa membaca dan bahkan tak pernah terlihat membuka-buka halaman-halaman koran dengan rasa tertarik. Koran dibeli, dilipat lalu dimasukkan ke dalam tas begitu saja. Suatu hari dia pernah bertanya pada Parman untuk menghindari prasangka buruk. Parman menjawab” Koran ini enak”. Penjual koran tertawa, tapi entah apa yang ditertawakannya Parman tak bertanya.

Di desa Parman ada sebuah jembatan. Jembatan beton. Dikasih nama oleh orang-orang desa: Jembatan Rakyat. Di jembatan itu ada seseorang rutin hampir tiap hari duduk-duduk di atasnya. Orangnya sudah tua. Dia juga dianggap sudah “kena“ oleh banyak orang. Saban sore dia sudah di sana, tak peduli hujan ataupun panas. Selama lebih kurang satu jam dia duduk-duduk sambil menyapa-nyapa orang-orang lewat, tertawa-tawa sendiri, melihat-lihat ke kali atau sekedar tidur-tiduran. Parman sering bicara dengannya. Artinya, Parman juga sering duduk-duduk di sana. Mereka bercakap-cakap tentang berbagai hal, mulai dari cuaca yang tidak bersahabat, tentang sawah, ladang, ayam, harimau, and so on and so forth. Sering juga Parman membawa minuman untuk mereka berdua, tidak lain dan tidak bukan minuman spesial air koran ramuan Parman. Orang tua itu paling senang dengan minuman Parman. Katanya sehari tidak minum minuman Parman membuat hati jadi

0 komentar: