4/22/2010

hati-hati syabab dan syabah

hati-hati para syabab dan syabah

oleh firdaus bin musa

berikut korban
ta'aruf lewat facebook BELAKANGAN ini ta’aruf mengalami
penyempitan makna. Bahkan dalam praktiknya, banyak yang
mengidentikkan ta’aruf dengan pacaran. Salah satu penyebabnya adalah
maraknya ta’aruf yang dilakukan oleh para ikhwan maupun akhwat di
dunia maya. Padahal, sejatinya...... yang mereka lakukan itu adalah pacaran
berkedok ta’aruf, karena dalam aksinya, tiada lagi hijab dalam
interaksi bagi akhwat dan ikhwan bukan mahram, seakan bebas landas,
curhat di jejaring sosial facebook, hujat-hujatan. Itulah pacaran
terselubung dengan membawa topeng ta’aruf.Ikhwan-ikhwan yang
menggunakan profil islami tak pernah kehabisan ide dalam melegalkan
pacaran. Jika orang-orang yang tidak membawa agama berani terang-terangan
mengatakan pacaran, tapi tidak dengan pemuda pemudi yang berciri
khas agama, mereka berpacaran dengan embel-embel ta’aruf.Entah
apa yang ada di benak mereka, apakah ta’aruf dipahami sesuai syariat atau
sengaja menyelewengkan dari makna yang sebenarnya, banyak ikhwan dengan
mudahnya mengatakan ingin ta’aruf dengan akhwat yang diincarnya melalui
dunia maya tanpa perantara pihak ketiga.Komentar-komentar
di jejaring sosial sudah sulit lagi dipilah, mana yang untuk umum mana yang
harusnya dijadikan rahasia dirinya dengan Allah, facebook menjadi keranjang
sampah juga menjadi diary bagi sebagian orang. Akhwat dan ikhwan
berpacaran pun sudah mulai berani membuat status in relationship dengan
pasangan yang disebutnya sedang ta’aruf. ... Komentar-komentar
di jejaring sosial sudah sulit lagi dipilah, mana yang pacaran dan
mana yang ta’aruf. Belum ada ikatan apapun mereka sudah berani
memanggil umi-abi...Tak sedikit juga ikhwan genit dan akhwat
ganjen saling memberi perhatian di tempat umum. “Sudah shalatkah ukhti?
Jangan telat makan ya..” tulis sang ikhwan. Sang akhwat pun tak mau
kalah, membalasnya dengan kata-kata senada, “Syukron ya akhi atas perhatiannya,
semangat belajar ya.”Ada pula komentar yang lebih liar, “Eh
iya ukhti kelihatan anggun dengan jilbab itu, hehehehe.” Maka si
akhwat balik menjawab, “Ah, akhi nih bisa aja, ntar ana GR nih, heeeeee…”
Masya Allah, itukah yang disebut ta’aruf?Dulu penulis banyak
menemukan pencerahan di dunia maya dengan banyak berteman, namun jadi
ilfil (ilang feeling) setelah mengetahui sepak terjang beberapa ikhwan
akhwat, teriaknya agama, tapi murah terhadap lawan jenis, menebar
simpati dan basa-basi.Mereka memakai kedok ta’aruf untuk melegalkan
pacaran. Belum ada ikatan apapun sudah berani memanggil “umi-abi”
atau “abang-adik.” Tak sedikit pula ditemui akhwat berjilbab lebar
yang masih membudidayakan pacaran. Tanpa malu-malu lagi. Apakah semua
itu dilakukan karena ketidaktahuan akhwat tentang bagaimana Islam mengatur
pergaulan dengan lawan jenis? Wallahu a’lam. Yang pasti ada juga
yang biasa berkomentar pacaran haram, tapi dirinya masih juga berpacaran,
namun memakai kedok ta’aruf. Padahal praktiknya sami mawon.
...akhwat jangan mudah terpedaya pada ikhwan di dunia maya yang belum
diketahui secara jelas identitasnya...Hendaknya benar-benar
lurus memahami kata ta’aruf seperti yang diajarkan oleh Nabi kita,
jangan sampai menjadikan ta’aruf untuk menghancurkan keagungan Islam.
Telah jelas dalam Islam, bagaimana hendaknya kita menjaga diri kita
agar tidak terjatuh pada perkara-perkara yang membuat Allah murka. Jangan
memakai istilah ta’aruf jika hanya sebatas ingin menjadi uji coba
bermain hati.Hati akhwat biasanya lembut dan mudah tersentuh, korban
yang pertama akan merasakan terluka oleh ta’aruf coba-coba tadi tentunya
para akhwat. Begitu juga para akhwat, jangan mudah terpedaya pada
ikhwan dunia maya yang belum diketahui secara jelas identitasnya. Apa
yang ditampilkan dalam dunia maya, profil, kata-kata, tidak dapat dijadikan
tolak ukur untuk menilai karakter yang sesungguhnya, juga tidak
dapat cukup untuk menggambarkan pribadinya secara utuh, tetap waspada.
[Yuli Anna Pendamba Surga/voa-islam.com]

0 komentar: