Sekularisme atau sekulerisme
adalah sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi atau harus
berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan
Adalah pergerakan
menuju pemisahan antara agama dan pemerintahan. Hal ini dapat berupa hal
seperti mengurangi keterikatan antara pemerintahan dan agama
negara
Umat Islam dewasa ini tengah dihadapkan
pada “perang non-fisik” yang disebut ghazwul fikr (perang pemikiran).
1.
Sekularisme adalah pemikiran yang
memisahkan agama dari kehidupan. Agama itu hanya urusan ibadah saja, terkait
dengan bagaimana beribadah kepada sang Pencipta. Sementara untuk urusan
kehidupan, maka agama tidak boleh ikut campur. Sekularisme secara sederhana
juga dapat didefinisikan sebagai doktrin yang menolak campur tangan
nilai-nilai keagamaan dalam urusan manusia, singkatnya urusan manusia harus
bebas dari agama atau dengan kata lain agama tidak boleh meng intervensi urusan
manusia. Segala tata-cara kehidupan antar manusia adalah menjadi
hak manusia untuk mengaturnya, Tuhan tidak boleh mengintervensinya.
Padahal Agama Islam mengatur segala sesuatunya ya. Oleh
karenanya ada yang namanya Hukum Islam. Dan yang musti kita ingat dan terus
tanamkan di pikiran kita. Hukum Islam itu untuk membantu kita menuju
Kemenangan. Mereka bilang Iman tidak tergantung Agama. Tentu lah
Salah, Bagaimanapun Agama merupakan pokok penting dari sebuah Ke Imanan.Bagaimana
kita bisa beriman kalau tidak didahului oleh agama atau pemahaman terhadap
petunjukNya (Al-Qur’an dan Hadits) ?.
Kadang kala, sikap orang-orang Sekularis ini terlihat
seakan-akan lebih mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk bagi urusan
manusia melebihi Allah SWT yang telah menciptakannya. Memang patut diakui,
orang-orang Sekularis adalah kebanyakan dari orang-orang yang di kategori cerdas
bahkan dengan gelar pendidikan profesor-doktor yang menyilaukan mata, tetapi
sangat tidak pantas bila mereka lantas merasa lebih tahu urusan manusia dari
pada Allah SWT yang menciptakannya.
Negara Sekuler berarti negara yang
mengatur kehidupan warganya tanpa mengikutkan campur tangan nilai-nilai agama,
dengan kata lain negara dengan nol agama.. Allah SWT telah memperingatkan terhadap
tipu daya orang-orang Sekularis yang artinya : “Dan bila
dikatakan kepada mereka:“Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka
menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”. “Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah
orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar” (QS. 2:11-12)
Gini deh,Sekularisme adalah memisahkan
urusan dunia dari agama hanya digunakan untuk mengatur hubungan pribadi dengan
Tuhan, sedangkan hubungan sesama manusia diatur hanya dengan berdasarkan
kesepakatan sosial. Bagaimana mungkin, sedangkan kita diciptakan oleh Allah Swt.
Dan kita ingin menuju ke Jalan yang di Ridhoi, jalan yang lurus dengan jalan
sendirian? Gak pake Allah? Impossible ya. Ok..Lanjut ya.
2.
Lalu apa itu Pluralisme. Pluralisme adalah
sebuah paham yang mendoktrinkan bahwa kebenaran itu bersifat banyak atau tidak
tunggal. Ada Pluralisme dalam agama, hukum, moral, filsafat dan lain
sebagainya, dalam kajian ini akan kita ambil defenisi
“Hakekat dan keselamatan bukanlah
monopoli satu agama tertentu, semua agama menyimpan hakikat yang mutlak dan
sangat agung, menjalankan masing-masing progam agama bisa menjadi sumber
keselamatan” Dari statement
diatas bisa Berarti semua pemeluk agama itu masuk Surga. Dan berikut adalah statement dari orang
yang sangat paham tentang Pluralisme tersebut dengan
ungkapannya : “Kalau anda menanyakan apa agama saya,
saya tidak perlu menjawabnya, yang penting saya percaya sama Tuhan. Apakah saya
menyebutnya Allah seperti orang Islam atau menyebut Yesus
seperti orang Kristen menyebut, atau Sidharta Budha Gautama seperti orang Budha
menyebutnya. Itu adalah hubungan pribadi saya dengan Tuhan.”
Dari ungkapan itu, tersirat makna bahwa
semua agama pada hakekatnya menyembah kepada Tuhan yang sama hanya beda dalam
penyebutan, semuanya benar, tidak boleh mengklaim salah satu agama saja yang
benar.
Kalau diambil dari tulisan kami sebelumnya yang berjudul ‘Apa
semua agama itu sama?’. Maka jawaban kami adalah Ya Jelas Beda lah. Masing-masing agama tentu saja
berbeda-beda. Dari tata cara ibadahnya beda, berbeda juga kitab sucinya, dan
berbeda hal-hal lainnya meskipun ada sisi kesamaan tertentu diantaranya.”
Coba cermati “Sapi, kerbau, gajah, kambing, domba,
rusa, babi, dan anjing adalah binatang yang memiliki empat kaki. Apakah kita
bisa mengatakan bahwa sapi sama dengan kerbau, kerbau sama dengan gajah,
kambing sama dengan domba, dan seterusnya sehingga semua binatang yang berkaki
4 itu sama?” Ya enggak kan.
Kalau memang jelas berbeda, kenapa
mesti disama-samakan? Kalau memang semestinya berbeda kenapa harus
diseragamkan? Kalau memang realitanya seluruh agama itu berbeda, kenapa harus disatukan?
Sebagai orang Islam seharusnya kita
mengerti bahwa sesuai dgn firman Allah SWT yang artinya : Sesungguhnya telah
kafirlah orang-orang yang berkata “Sesungguhnya Allah itu adalah Al-Masih
putera Maryam"“… (QS. 5:17) Atau, mau menyalahkan Firman ini? Sesungguhnya agama
(yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. (QS. 3:19)
Gak kan. Yang harus diingat di dalam
benak dan pikiran kita adalah Allah “memberitahukan” kepada manusia melalui
nabi dan rasul secara bergantian tidak bersamaan ! Maksudnya apa? Maksudnya adalah
Nabi yang kemudian bertugas “memperbaiki” kemudian tiap tiap yang memperbaiki,
pasti kitab kitabnya “dirusak”, “diubah”, atau ”dilempar” oleh manusia. Maka terjadilah distorsi pemikiran. Sampai Allah telah menetapkan yang “terakhir”
dan akan menjaganya sampai akhir zaman. Gak ada yang terdistorsi dan rusak.
Apalagi diubah.
Jadi urgensi diutusnya Nabi Muhammad
dengan Islam adalah karena umat manusia sebelumnya telah merusak atau mengubah
atau melempar ajaran/kitab dari nabi sebelum Nabi Muhammad.
Kalo sekedar toleransi beragama, kita tidak perlu menerima
paham pluralisme cukup dengan berpegangan pada
kode etik dengan non muslim. Tenang aja, Toleransi yang ada pada Qur’an
jauh lebih keren kok. Ingat ! Pluralisme agama yang saya tulis
disini bukan dimaknai dengan adanya toleransi kemajemukan agama, tetapi
menyamakan semua agama.
3.
Sekarang Liberalisme. Sebenarnya ada
banyak macam Liberalisme, ada ekonomi Liberal, politik Liberal, demokrasi
Liberal, Kristen Liberal, Islam Liberal dan lain sebagainya, yang akan kita
coba tarik defenisinya adalah Islam Liberal. Karena ada kata kata Islam nya maka
kita patut ketahui. Karena Islam adalah agama kita.
Islam artinya tunduk patuh atau pasrah
dan Liberal artinya bebas, jadi Islam liberal adalah tunduk patuh tapi bebas. Sesungguhnya
istilah Islam liberal adalah istilah yang kontradiktif, make sense gak ya, masa tunduk
patuh bisa bebas. Jadi kalau ada orang mengatakan “saya adalah penganut Islam
Liberal” adalah pengakuan yang keliru lagi keblinger walaupun dia seorang
profesor-doktor, mungkin saja pengakuannya supaya terkesan keren, atau mungkin
untuk menipu umat Islam dengan istilah-istilah yang keren, Allah SWT berfirman
yang artinya :
“sebagian mereka membisikkan kepada
sebagian lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (QS. 6:112)
“Mereka hendak menipu Allah dan
orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang
mereka tidak sadar”. (QS. 2:9)
Namun yang dimaksud Islam Liberal dalam
praktek adalah kebebasan dalam menafsirkan ajaran-ajaran Islam agar Islam
compatible dengan modernitas, compatible dengan perkembangan zaman. Untuk
mencapai tujuan tersebut harus dilakukan penafsiran ulang atas al-Qur”an, tidak
boleh mengikuti metode tafsir ulama-ulama terdahulu, menafsirkan al-Qur”an
harus dengan cara kontemporer atau modern, bahkan harus membuang jauh-jauh
sunnah Rasulullah saw dan menghujat ulama-ulama besar seperti Imam Syafi”i.
Banyak sekali yang akan dirombak ulang
oleh Islam Liberal antara lain menghalalkan khamr dan masih banyak lagi
hukum-hukum yang akan dirombak semuanya agar Islam dapat mengikuti dan sesuai
dengan perkembangan zaman. Secara umum liberalisme menganggap agama adalah
pengekangan terhadap potensi akal manusia. Padahal gak usah dirombak rombak
Islam juga sudah Keren. Jadi gak perlu di rombak rombak dengan penyesuaian
Zaman. Sebenarnya Isme isme ini saling
terkait. Nih ya…
Pluralisme tidak akan berkembang tanpa
adanya Liberalisme dalam agama, karena banyak sekali paham-paham Pluralisme
yang me-nyimpang dari nash agama, untuk itu agama perlu ditafsir ulang secara
bebas tidak terikat oleh pemahaman ulama-ulama terdahulu.
Liberalisme tidak akan tumbuh bebas dan
subur bila sebuah negara tidak Sekular, karena sifat destruktif atau penghancur
dari Liberalisme terhadap ajaran agama akan terlindungi oleh pemerintahan yang
Sekular.
Sementara itu, negara Sekular sangat
memerlukan warga negara yang Pluralis, karena negara akan benar-benar steril
dari campur ta-ngan ajaran agama, pasalnya warga negara yang Pluralis tidak
akan lagi berdakwah untuk mengembangkan agamnya, karena dipikirnya untuk apa
berdakwah bila seseorang beragama apapun sudah terjamin masuk surga.
Begitu juga negara Sekular akan sangat
diuntungkan oleh warganya yang Liberalis dalam bergama, karena banyak sekali
nash-nash agama yang menyatakan Sekularisme adalah penghancur agama. Dengan
adanya Liberalisme agama, nash-nash tersebut akan berubah makna dengan
sendirinya sehingga seakan-akan Sekularisme adalah ajaran agama.
Itulah hubungan keterkaitan antara
ketiga isme tersebut, bahkan penganut Sekularisme akan dengan mudah masuk
menjadi penganut Pluralisme atau Liberalisme, bahkan satu orang bisa
mendapatkan gelar sebagai pejuang Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme.
Bahkan para penganjur prularisme,
liberalisme dan sekularisme dalam agama juga telah bertindak terlalu jauh
dengan menganggap bahwa banyak ayat-ayat al-Qur’an (Kitab Suci Umat Islam yang
dijamin keotentikannya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala) sudah tidak relevan
lagi, seperti contohnya yaitu larangan menikah beda agama, dalam hal ini antara
perempuan Islam dengan laki-laki non-Islam sudah tidak relevan lagi (Kompas,
18/11/2002).
Kaum ini juga menganggap bahwa al- Qur’an itu bukanlah
firman Allah tetapi hanya merupakan teks biasa seperti halnya teks-teks
lainnya, bahkan dianggap sebagai angan-angan teologis (al-khayal al-dini).
Misalnya, seperti yang dikemukakan oleh aktifis Islam liberal dalam website
mereka yang berbunyi: ”Sebagian besar kaum muslimin meyakini bahwa al- Qur’an
dari halaman pertama hingga terakhir merupakan kata-kata Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad secara verbatim, baik kata-katanya (lafzhan) maupun
maknanya (ma’nan). Keyakinan semacam itu sesungguhnya lebih merupakan formulasi
dan angan-angan teologis (al-khayal al-dini) yang dibuat oleh para ulama
sebagai bagian dari formalisasi doktrin-doktrin Islam.” (Website Islam Liberal dan Kami
mendapatkan info ini dari Surat
keluaran MUI yang mengharamkan paham sekuler, Liberal dan Pluralisme yang telah
disebarluaskan dan sangat otentik).
Lalu kita musti gimana nih? Nah, Islam memerintahkan setiap
muslim untuk berpegang teguh kepada hukum syara. Al Qur'an memerintahkan
agar manusia berpegang teguh kepada hukum-hukum Allah SWT dan hukum-hukum
Allah SWT di akhir jaman adalah risalah yang dibawa Rasulullah Saw, yaitu Al
Qur'an dan Sunnah (Al Maidah: 48-49).
Dengan demikian sikap kita seharusnya
terhadap ketiga paham itu adalah sebagai berikut:
1. Pahami dulu kalo
ternyata Pluralisme, Sekularisme dan Liberalisme agama sebagaimana
dimaksud pada bagian pertama adalah paham yang bertentangan dengan ajaran agama
Islam.
2. Dalam masalah aqidah dan
ibadah, umat islam wajib bersikap eksklusif, dalam arti haram mencampur
adukan aqidah dan ibadah umat islam dengan aqidah dan ibadah pemeluk agama
lain.
3. Bagi masyarakat muslim
yang tinggal bersama pemeluk agama lain (pluralitas agama), dalam masalah
sosial yang tidak berkaitan dengan aqidah dan ibadah, umat Islam bersikap
inklusif, dalam arti tetap melakukan pergaulan sosial dengan pemeluk agama lain
sepanjang tidak saling merugikan
4. Biasanya mereka menggunakan bahasa
yang terasa “maka sense” di akal kita. Bukankah ada Hadits nya kalau kita
harus ber hati hati. Jika 'Make sense’ dengan akal sehat belum tentu benar
dimata Allah. Oleh karenanya kita diharuskan bertanya kepada yang lebih ahli.
Dan Gak usah keren keren an dgn di modernisasi segala. Islam itu dasarnya
sudah KEREN, gak perlu kayak gini gini lagi.
5. Hukum Islam itu untuk membantu kita
menuju Kemenangan.
6. Sudah gak usah dipikir lagi, Balik
aja deh ke Allah Swt. Kembali ke pedoman hidup kita Al Qur’an dan Hadits.
7. Terus, kita kan tinggal di negara
sekuler? Ya sudah jalanin saja. Yang pasti kita mengerti dan mengambil sikap
saja. Sikap pada diri sendiri, tidak perlu dengan kekerasan atau apapun itu.
Ini ghazwul fikr (perang pemikiran).
Oh iya hampir terlupa, Munas VII
Majelis Ulama Indonesia merasa perlu merespon usul para ulama dari berbagai
daerah agar MUI mengeluarkan fatwa tentang Pluralisme, Liberalisme dan
Sekulraisme agama sebagai tuntunan dan bimbingan kepada umat untuk tidak
mengikuti paham-paham tersebut. Dan telah dikeluarkan atau diterbitkannya fatwa
ini. Sebagai pelengkap kami juga akan menulis mengenai toleransi dalam hukum
Islam nantinya.
Nah, begitulah teman teman. Kembali
harus kami ulangi ya. Jika ada yang masih memiliki pemikiran sendiri. Silahkan.
Maksud dari tulisan ini adalah Agar kita lebih paham atau mengerti dan menyadari
sepenuhnya. IslamDiaries bukanlah dari paham yang disebutkan atau
yang dipaparkan ini dan apalagi IslamDiaries juga bukan dari kalangan
ekstrimis. Karena kami menentang keras aksi Terorisme atau juga menculik atau
menghipnotis untuk memaksakan kehendaknya. Karena ini adalah ghazwul fikr
(perang pemikiran) yang notabene 'Non Fisik’. Insya Allah kita
diberikan ilmu yang cukup dan baik agar tidak tergelincir. Amien. Syukron dan
Salam
Pustaka buku:
1. Zionisme – Gerakan
Menaklukan dunia, Alm Z A Maulani (mantan kabakin era Habibi)
2. Ancaman Global freemasonry, Harun Yahya
3. Dajjal dan simbol setan , Toto Tasmara
4. Freemansory di asia tenggara , Abdullah Pattani
5. Mimpi Buruk Kemanusiaan: Sisi-sisi Gelap Zionisme / Ralph Schoenman
6. Doktrin Zionisme dan Ideologi Pancasila : Menguak tabir pemikiran politik
founding father, Drs Muhammad Thalib & Irfan S. Awwas
7. Suka Duka Gerakan Islam Dunia Arab, Maryam Jameelah
0 komentar:
Posting Komentar