1/13/2015
“ BELAJAR PENGALAMAN DARI PAK MARDI “
Oleh
: Firdaus Bin Musa
Pak
Mardi, itulah sapaan akrab saat kami memanggil beliau, Kami menganggap beliau
sesepuh atau orang yg dituakan dalam pergerakan dakwah disumbar, saat kami
mengadakan pertemuan mingguan dalam rangka evaluasi dakwah, beliau senantiasa
menceritakan pengalaman dakwah lapangan beliau, ada kata2 yg membuat saya
terkesan dari sekian banyak nasihat beliau, catatan tersebut sengaja saya catat
di Hand Phone " Terkadang dakwah secara spontan lebih hebat dari pada
direncanakan " Sekilas memang tidak bisa dipahami, sebab ucapan beliau
tersebut sebelumnya di awali dengan pengalaman yg sudah menjadi kebiasaan
beliau, Bagi saya untuk mengukur ilmu / pemahaman (fikriyah ) tidak ada cara
lain kecuali senantiasa ngontak (diskusi), sebab dengan ngontak kita akan
tertantang untuk menambah ilmu, lantaran
terkadang kita MERASA belum maksimal dalam menjawab pertanyaan lawan diskusi,
IBARAT PISAU AGAR LEBIH TAJAM YA DENGAN DIASAH DIBATU ASAHAN, makanya saya
kadang2 ngontak spontan2 saja, karena itu menurut saya " Terkadang dakwah
secara spontan lebih hebat dari pada direncanakan” misal tatkala saya selesai sholat jamaah, saya
sering bertanya ke ustadz yg ngasih kuliah / ceramah / khutbah, saat itu saya
langsung menyodorkan pertanyaan yg tentunya terkait dengan fikriyah.
Bahkan
terkadang ustadz yg saya ajak diskusi tersebut mengangguk2 takjub akan
penjelasan saya, padahal saya seorang mantan luntang lantuang (bahasa penulis
saja, sebab beliau mengakui selama bujangan sudah banyak pengalaman bisnis jika
di ukur dengan standar kajian selama di hizb umumnya bertentangan 100 % ), hal
itulah kenapa beliau selalu mengarahkan / mengaitkan penjelasan (termasuk berbagi pengalaman kekami)
mungkin ke kontakan beliau juga dibawakan contohnya masalah bisnis, satu hal
lagi yg membuat saya tertarik dengan cerita pengalaman2 beliau dalam medan
dakwah adalah dengan menyodorkan majalah secara gratis ke orang yang beliau
anggap Vokal jika berhasil jadi pengemban dakwah.
Pak
Mardi yg telah berusia lebih dari 50 tahun ini senantiasa aktif dalam kegiatan
dakwah HT Sumbar, padahal kebanyakan dari kami masih berfisik muda, maka saya
secara berpribadi mengatakan beliau orang yang dituakan, setiap rapat beliau
hadir, dalam hal infak jangan dibilang, dalam kontak apalagi, Sedikit Kisah ini
mudah2an memberi semngat kepada yang membaca tulisan ini, terutama pengemban
dakwah sumbar? Harusnya kita ini bagai singa lapar. Tatkala melihat mangsa
tanpa menunggu kata nanti langsung saja memangsa makanan, kita sebagai
pengemban dakwah mangsa kita adalah umat yang tidak mendapat penjelasan tentang
pentingnya khilafah (adi kurniawan saat mengulang penjelasan zair dengan bahasa
penulis).
Evaluasi
pergerakan dakwah itu penting dilakukan setiap saat, sedangkan pebisnis saja
sekali seminggu selalu mengadakan pertemuan dengan karyawannya, diantaranya
membahas berapa untung minggu ini, apa kendala? Dll, apalagi pergerakan dakwah
kita (ustadz ulil bercerita tentang seminar bisnis )
Diposting oleh FIRDAUS BIN MUSA di 02.37
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar