11/23/2015
PERISTIWA PARIS DILIHAT DARI KACAMATA KRITIS
Editor : Firdaus Bin Musa
Sejumlah respon sinis dan skeptis muncul dari para netizen yang
kritis, terkait serangan yang terjadi di Paris pada Jumat (13/11) malam waktu
setempat, demikian lansir Salam-Online.
Eramuslim –
Media internasional, khususnya Barat, kembali menampakan wajahnya setelah tidak
mau memberitakan aksi penjaga stadion sepak bola Muslim yang berhasil
menyelamatkan lebih dari 80.000 orang saat pertandingan antara Perancis dan
Jerman pada hari Jum’at (13/11) kemarin. Adalah pemuda Muslim Perancis bernama
Zuhair yang berhasil mencegah seseorang yang membawa bom, berperilaku aneh saat
akan memasuki kawasan stadion yang turut dihadiri oleh Presiden Francois
Hollande. Melihat gelagat dan cara yang aneh, Zuhari segera mengejar pemuda
tersebut sebelum akhirnya terduga teroris meledakan sendiri bom rompi yang
dikenakan di badannya. Sebanyak 132 warga sipil tewas dalam sejumlah serangan
serentak yang terjadi di ibukota Paris pada Jum’at malam. (Rassd/Ram)
Itulah wajah
media Barat, sama seperti media mainstream di Indonesia yang setelah diguyur
fulus, mereka beramai-ramai kehilangan kritisnya kepada pemerintah dan tidak
memuat aksi demonstran ribuan mahasiswa yang menuntut Jokowi-JK mundur,
memutar-balikkan Tragedi Tolikara, Singkil, dan sebagainya. (zhd)
Akun
CHANTAL@OvindarChris menulis pada 14 November 2015 pukul 09:44 AM: “#Paris
I’m sorry for what happened in Paris, but this happens every day and every
moment in Palestine and Syria, and no one speaks.” (Paris, saya bersedih
atas apa yang terjadi di Paris. Tapi ini terjadi setiap hari dan setiap saat di
Palestina dan Suriah dan tak ada yang bicara).
Dari Palestina, relawan dan wartawan Indonesia
yang berada di Gaza, Abdillah Onim, mengirim pesan: “Tidak ada yang berani
menyalahkan saat Zionis ‘Israel’ membantai anak-anak dan wanita Palestina di
Gaza Palestina.”
Sementara akun Twitter Boediman Soemali
(@soemali) menulis: “Heran yah tiap ada serangan ‘terorisme’ selalu passportnya
utuh tahan banting, tahan api, tahan bom, dll.” “Aku berharap
imanku sekuat passport ini yg tahan dari kehancuran bom bunuh diri, panasnya
api yg melelehkan baja WTC,” tambah @soemali. Sedangkan akun @gatse8
mempertanyakan: “Kenapa pelaku teror bawa Identitas? Dan kenapa identitas berada dekat pelaku? Apa
teroris sebodoh itu atau sutradaranya kurang handal?” Lalu Dr. Craig Considine
dalam akun @CraigCons yang berbahasa Inggris menggugat ketidak-adilan media
terhadap kasus yang disebut sebagai “terorisme” itu. @CraigCons pun heran. “CNN
sebegitu cepatnya membingkai serangan Paris sebagai ‘teror’, istilah yang hanya
digunakan dalam konteks Islam. Media mereproduksi rasisme. Itu tipikal
khasnya,” protes @CraigCons. AntiLiberalNews
| Salam-Online
Pada Kamis
(12/11/2015) atau sehari sebelum kejadian di Paris, terjadi ledakan kembar di
Beirut, Lebanon, yang menewaskan 43 jiwa dan melukai lebih dari 500 orang
lainnya. Tidak ada selebriti maupun pemimpin dunia yang menyampaikan duka cita,
tidak ada media Barat yang meliputnya selama 24 jam penuh. Sepanjang
tahun 2015, ribuan peristiwa teror terjadi di negeri-negeri Muslim—Palestina,
Suriah, Irak, Pakistan, Nigeria, Mesir, Yaman, Kamerun, Somalia, Afghanistan,
Turki, Rohingya. Tapi, hanya
ketika Paris diserang Presiden Obama mengatakan dalam pernyataannya, "Ini
bukan hanya serangan terhadap Paris... Ini adalah serangan terhadap
kemanusiaan."
Pasca serangan terhadap Charlie Hebdo, lebih
dari 40 kepala negara dan, menurut klaim pejabat, sekitar 1,2 hingga 1,6 juta
orang ikut andil dalam aksi untuk menghormati ke-17 korban, yang notabene
merupakan penghina Nabi. Hal yang sama diperkirakan akan terjadi pasca serangan
pada Jumat lalu.
Muncul
pertanyaan, apakah nyawa seseorang itu lebih berharga dibanding nyawa orang
lain, atau lebih jelasnya, apakah nyawa orang Eropa lebih berharga dibanding
orang Suriah? Palestina? Lebanon? atau 43
mahasiswa yang hilang di Meksiko setahun lalu?
Perancis mengalami apa yang selama ini terjadi di
Suriah, Palestina, Irak dan Yaman setiap hari selama beberapa tahun terakhir.
Sudah lebih dari 700 ribu warga Timur Tengah dan Afrika menjadi pengungsi dan
memohon suaka kepada negara-negara Eropa. (Sumber: Rimanews).
ini dalam
rangka phobia terhadap ajaran islam dan ummat islam, shg ummat islam ditangkapi
sekalipun tidak terbukti, jika namanya berbau Islami dicurigai.
Track record
Perancis di dunia Islam sebagai penjajah. Perancis dalam Lembaran Sejarah,
Perancis mengumpulkan 400 ulama' muslim dan memenggal kepala mereka dalam
lembaran sejarah, di tengah penjajahan mereka atas Chad tahun 1917 M.
["Chad" tulisan Ahli Sejarah Mahmud Syakir hal.73] Ketika Perancis
memasuki kota Aghwat di Al Jazair tahun 1852 M, mereka membakar sepertiga
penduduk kota itu dengan api dalam satu malam.
Perancis telah
melakukan 17 uji coba nuklir di Al Jazair mulai dari tahun 1960 - 1966 M yang
mengakibatkan jatuhnya korban dengan jumlah yang tidak terhingga sekitar 27
ribu sampai 100 ribu orang. Ketika Perancis hengkang dari Al Jazair tahun 1962
M, mereka telah menanam sejumlah ranjau yang lebih banyak daripada jumlah semua
penduduk Al Jazair pada waktu itu, yakni sebanyak 11 juta ranjau. Perancis
menjajah Al Jazair selama 132 tahun, mereka telah melenyapkan 1 juta muslim
pada tujuh tahun pertama setelah kedatangan mereka dan telah melenyapkan 1,5
juta pada tujuh tahun terakhir sebelum mereka hengkang. Seorang Ahli Sejarah
yang berdarah Perancis Jack Jourkey memperkirakan bahwa total orang yang dibunuh
oleh Perancis di Al Jazair sejak kedatangannya tahun 1830 M sampai hengkangnya
tahun 1962 M adalah 10 juta muslim.
Perancis
menjajah Tunisia selama 75 tahun, Al Jazair selama 136 tahun, Maroko selama 44
tahun, Mauritania selama 60 tahun dan menjajah Senegal ( yang 95% penduduknya
adalah muslim ) selama 3 abad..! Issue Pemboman Perancis digoreng untuk
Membenci Muslim dan Islam, anehnya lagi MEDIA Nasional saat ini, dimana mereka
ikut menjadikan issue paris yang di bom sebagai issue bersama, padahal kalau
dilihat dari sisi ilmu jurnalistik dan komersial issue ini tidak terkait
langsung akan bahaya dan akibatnya terhadap indonesia, wajar dugaanpun muncul
bahwa pemberitaan ini sebuah pesanan dan bayaran, sebagaimana peledakan gedung
WTC di gedung putih.
Coba pikirkan
jika berita ini tidak disajikan kira2 apa ruginya bagi indonesia, kira2 apa
pentingnya bagi indonesia? jawabannya tentu tidak ada, kalaupun dijawab, itu yg
pantas jawab hanya untuk aparat bukan semua rakyat indonesia, issue ini
digoreng dalam rangka menjajakan kebencian terhadap islam dan pengikutnya,
sebab diparis sudah banyak pelecehan terhadap Nabi Muhammad sebagai orang yang
dimuliakan dalam islam sekaligus pembawa risalah islam, maka bagi siapa yg
menerima issue ini mentah2 seolah perancis dan konconya bersatu membenci teror
ini, maka secara tidak langsung kita diseret memusuhi muslim, padahal belum
tentu juga memang muslim yg membomnya, melainkan sebuah konspirasi untuk
menjatuhkan wibawa islam, namun sebagai muslim kita yakin, bahwa mereka membuat
tipu daya untuk menghancurkan islam, tipu daya Allah jauh lebih hebat, jadilah
muslim cerdas dan tak mudah dikendalikan media massa yang kebanyakan merupakan
kaki tangan musuh islam,
Inilah skenario panjang dari issue peledakan beberapa
sudut negeri perancis, yakni dalam rangka membumi hanguskan mesjid dan kaum
muslimin yang ada dinegeri perancis, sejak awal skenario ini sudah bisa dibaca,
dan bisa jadi penangkapan beberapa orang muslim yang sedang berlangsung adalah
penangkapan paksa tanpa bukti, hal ini akan terjadi dinegeri dimana kaum
muslimin minoritas, Media yang sengaja melanjutkan skenario ini jika sudah tahu
maksud perancis dan konco2nya, maka neraka pantas bagi mereka, karena menjadi
kaki tangan musuh islam untuk menyerangkan umat islam dan islam. wassalam.
Diposting oleh
FIRDAUS BIN MUSA
di
10.01
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar