Oleh : Firdaus Bin Musa S. Sos.I
Sesuai Program pemerintah pusat dalam hal ini tentu atas kebijakan
presiden Jokowi serta menteri kabinet Indonesia Hebat, Jokowi akan
melaksanakan berbagai bentuk program, Baik Jangka Pendek maupun Jangka
Panjang, Diantaranya program pembangunan Infrastruktur, baik darat
maupun laut, Jika belum diwujudkan saja berita ini seakan membawa sikap
optimis yang luar biasa bagi banyak kalangan, apalagi kalau sudah
terwujud dalam bentuk bangunan, namun cobalah kita hukumi secara
proporsional berdasarkan Politik Islam, sehingga layak kita mengatakan
bahwa Rezim Jokowi, Mentri dan Pembantunya (Gubernur dan Bupati )
memang individu yang baik, Sebagaimana Padang ekspres (Jum’at /
01/05/2015) memberitakan dihalaman utama, Jalan Tol Trans Padang
Sumatera dibangun, ada beberapa yang harus kita pertanyakan dari
pembangunan ini, Pertama-tama terkait terkait sumber dana pembangunan,
berdasarkan informasi media massa (kompas.com
25/04/2015) presiden jokowi mampu meyakinkan Tiongkok dan jepang agar
bisa ikut andil dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia dalam
bentuk investasi, kita musti memahami tidak mungkin sebuah investasi
asing bisa masuk kecuali juga ada keuntungan bagi mereka sebagai pihak
investor, artinya jika dana itu dalam bentuk investasi langsung, maka
infrastruktur yang dibangun diharapkan memberikan keuntungan bagi
investor, artinya setiap penikmat jalan tol mereka musti bayar, maka
dalam hal ini negara menjadikan fasilitas umum sebagai ajang untuk
mencari keuntungan, padahal islam tidak boleh fasilitas umum dijadikan
lahan untuk menambah masukan bagi negara, karena itu akan memberatkan
bagi rakyat, sebab semua yang terkait hajat orang banyak musti dia
bayar, mobil / motor melewati jalan bayar, parkir bayar, dll.
Kedua
jika dana itu langsung hanya dalam bentuk hutang, maka akan dipastikan
berhubungan dengan bunga, padahal jelas dalam islam bunga itu Haram
dalam islam, ini jugalah Barangkali kenapa Beberapa bangunan yang
dibangun tidak ada yang tahan lama, sebab dananya diambil dengan cara
Riba, walaupun di sisi lain kita tidak pungkiri ada pihak yang menyunat
dana dan memakan bahan bangunan tersebut, bahan yang seharusnya dalam
kaca arsitek pilihannya ukuran besinya 25 cm, tapi fakta dilapangan agar
dapat untung besar diganti dengan bahan yang KW 2, Secara Imani Sumber
dana itu rapuh dari Sudut Pandang Islam, Secara Prosesnya Pembangunan
tersebut sering kali menjadi ladang korupsi bagi kontraktor, Hal inilah
yang musti jadi catatan khusus bagi kita selaku muslim.
Berbeda
dengan islam penghasilan pembangunan infrastruktur dari sumber daya alam
yang dikelola negara, kalau tidak dari harta Fa’i, Zakat, dll. Sumber
dana dipastikan bebas dari Riba, namun ini tidak mungkin diterapkan
dalam sistem kapitalisme, sebab sumber daya alam telah dikuasai oleh
sekelompok orang, notabennya mereka juga bangsa asing, maka apapun
penghasilan yang diperoleh dari perut bumi Indonesia, sudah pasti akan
diangkut keluar negeri.
0 komentar:
Posting Komentar