3/19/2016

SEKILAS BIOGRAFI FIRDAUS BIN MUSA


AWAL SEKOLAHKU

Masa yang paling indah ialah masa kanak-kanak, dan remaja ( sekolahan )ditengah masyarakat begitulah ucapan yang sering kita dengar dari mulut kemulut ditengah masyarakat kebanyakan, yaa meskipun itu tidak semua terbukti kebenarannya.apalagi kalau masa kanak-kanak kita berada dilingkungan orang tua yang serba ada, harta banyak, dan orang tua kerja sebagai pegawai,gaji dan penghasilan perbulan diatas lima jutaan, mungkin kanak-kanak yang seperti inilah yang mendapati masa kanak-kanak masa yang menyenangkan dan membahagiakan, namun lain halnya dengan seorang anak yang lahir ditengah keluarga yang mata pencahariannya hanyalah sebagai petani, yang makan sehari-hari dicari satu hari habis satu hari, ibarat seekor burung yang mendapatkan hari ini makanan lalu dia berikan untuk anaknya, tapi ia tidak terpikir apa yang akan dimakan besoknya.

Begitulah perjalanan hidup seorang anak petani pada umumnya diantara sekian banyak anak petani tersebut adalah firdaus bin musa, yang dilahirkan dari keluarga yang latar belakang pendidikan orang tuanya adalah SD tepatnya di dusun batuang bajawek, sungai kalu II kecamatan koto parik gadang diateh yang kabupatennya kini sudah memisahkan diri dari kabupaten solok menjadi kabupaten solok selatan, kalau dulu sekolah orang tuanya itu bukan SD namanya akan tetapi SR (sekolah rakyat) sekarang sederajat SD. Dalam kehidupan sehariannya ia dipanggil Daus ,anak dari Munir Malin Sati (Al-Marhum, 2004 M ) kalau dipendek cukup Musa, karena itu dibelakang namanya Firdaus dipakai Musa.sedangkan ibunya bernama Asni, masa kanak-kanak Firdaus belum ada yang namanya TK, maklum kampung Firdaus bisa dikatakan kampung yang terisolir pada saat itu, masa kanak-kanaknya dihabiskan bermain dengan teman sebayanya sekalipun itu hanya dua orang saja pada saat itu yang sebaya namanya Andi yang nama lengkapnya Mardison dan Eri, ya seperti kebiasaan dikampung firdaus kalau ada nama orang yang andi maka sering di awal namanya dipakai kata si termasuk panggilan buat andi menjadi si Andi dan si Eri.

Masa anak-anak daus dikampungnya baru mempunyai tiga Tv, itupun orang yang punya warung guna untuk menarik pembeli agar banyak orang yang mengunjunginya, dan tidak jarang daus juga menghabiskan waktu bermainnya di warung tersebut. Setelah usia 7 tahun dauspun disekolahkan oleh orang tuanya ke sekolah dasar negeri 42 sungai manau, sekarang sudah berganti nama sekolah dasar negeri 12 sungai manau, dari 12 orang teman-teman firdaus yang sama-sama mendaftar sebagai murid sekolah dasar dialah yang paling kecil dan pendek badannya( 125 cm), mula-mula orang tua laki-laki daus ragu mengantarkannya kesekolah dasar selain badan dan ukuran tubuh daus yang kecil daus masih di anggap anak yang belum bisa dibiarkan ditempat keramaian, namun atas dorongan kakak daus iapun dibolehkan oleh ibunya sekolah dan pada saat dia mendaftar dia berikan pertanyaan oleh guru yang pertanyaannya” berapa kakai ayam? Berapa jumlah kaki meja?berapa jumlah jari tangan dan kaki semua? Terakhir disuruh melingkarkan tangan kanan ketelinga sebelah kiri sesuai dengan persyaratan itu apa yang ditanya oleh guru semua mampu dijawab oleh daus, ya sekalipun dia berfikir lama baru bisa menjawabnya. Ini tepatnya ia lakukan pada hari jum’at sekitar bulan maret 1995, sepulang dari mendaftar diapun ditanya oleh emaknya “daus apa yang ditanya guru disekolah tadi? Dijawabnya tadi ibu tanya berapa jumlah kaki ayam?, berapa jumlah kaki meja? Dan berapa jumlah jari kaki dan tangan semua? terkahir disuruh begini. Sambil memperlihatkan gerakan tangan kanan melingkar ketelinga kiri.terus bagaimana bisa nggak dijawab (lai dapek jawabannyo)” dijawab daus dapatlah (lai lah ) kan sudah diajarkan sama uda (kakak laki-laki ), kalau begitu gantilah pakaian dan jangan lupa makan.Ya mak jawab daus iapun langsung masuk rumah.

Setelah tiga minggu dari hari pendaftaran diapun mulai sekolah sambil menyandang tas baru, pakai sepatu baru, baju baru pokoknya hampir serba baru, Cuma satu yang tidak baru yaitu tampangnya, tampangnya masih tampang lama, diawal dia sekolah diajarkan oleh gurunya cara menulis angka, mula-mula angka satu saja lima baris dan terus angka lima baris sampai angka lima. Dia menyimak apa yang disampaikan oleh guru tapi sekali-kali ia melirik kepintu untuk lihat ayahnya apa masih ada beridiri atau tidak, maklum karena masih baru ia canggung kalau tidak ditemani oleh ayahnya, tapi itu hanya beberapa hari saja besoknya dia tidak lagi seperti awal sekolah yang patuh dan sering melihat kepintu, tapi sekarang dia pula yang berlari-lari pada saat guru sedang menerangkan ya sekalipun banyak teman-temannya juga berbuat hal yang sama karena sebelumnya ia tidak tahu bagaimana belajar itu ?


BELAJAR MANDIRI

Banyak sedikit daus sudah bisa berhitung dan mengenal huruf latin ini semua berkat ketekunan gurunya mengajarkan dan membimbing dengan sabar. Sekaligus juga berkat perubahan dari perangai daus yang semula banyak mainnya ketimbang memperhatikan guru mengajar sekarang sudah mulai berkurang dan ia termasuk anak yang rajin datang kesekolah, tapi sayang pemalas mandi menjelang pergi kesekolah. hari demi hari peningkatan pun mulai dirasakan oleh daus, tanpa terasa ujian naik kekelas duapun akan dilaksanakan sekalipun nilai pada semester satunya dua yang merah, tidak menyulutkan semangatnya untuk belajar kendatipun demikian ia masih terbawa arus huru-hara bersama temannya dirumah sepulang dari sekolah, baik bermain layang-layang, memancing belut dan menonton.

Daus ini merupakan anak kelima dari enam bersaudara dibawahnya masih ada seorang adik laki-laki namanya safar, kakak yang lain bernama marlis, ramadhan, samsidar dan yang paling tua hasan basri, namun anehnya panggilannya buyuang, barang karena anak kesayangan maka panggilannya buyuang, biasanya panggilan buyuang untuk anak laki-laki yang disayang pada masa itu,  kebiasaan daus pulang sekolah adalah sering tidak ingat PR untuk besoknya, padahal gurunya hampir tiap hari memberikan PR dan wajarlah hampir tiap hari ia berdiri didepan kelas sambil mengangkat kaki sebelah seperti itik tidur sambil berdiri, tapi anehnya ia tidak pernah jera, karena teman yang lain juga banyak yang tidak buat PR, waktu memang singkat kini diapun telah kelas empat SD, kelas empat SD dia sudah mulai tahu diri, setidaknya itu dibuktikan ketika orang tuanya sakit-sakitan, kakaknya tidak ada yang dirumah uang jajan jarang dikasih, padahal sebelumnya tiap hari dia selalu dikasih uang jajan seratus rupiah perhari, kalaupun lebih Cuma pada hari jum’at kira-kira lima ratus rupiah, tidak jarang juga sering dikasih temannya jajan ya maklum anak petani miskin yang kini orang tuanya sakit-sakitan.
pada saat itu badannya belum jauh berubah sejak awalnya dia masuk sekolah (pendek dan kecil ) padahal usianya sudah 10 tahun, karena itu ia kini berniat menawarkan diri untuk menjual jagung yang direndang tetangganya kemudian dijual kesekolah, dengan perhitungan kalau habis lima puluh buah maka buat daus 500 uangnya, pada saat itu harga satu bungkus jagung tersebut masih 50 rupiah, itu tidak jadi masalah baginya malahan ia lebih senang karena biasanya Cuma pada hari jum’at saja yang jajannya 500 rupiah, namun apa yang dipikirkan tidak seperti kenyataan, mungkin karena badannya yang kecil ada-ada saja kakak kelasnya yang mengganggu , katanya membeli jagung dagangan firdaus setelah dia makan, tidak dia bayar untuk menutupi kekurangan jagung tersebut agar tidak diketahui tetangganya yang punya jagung ia bilang saja kalau jagung tersebut di makan sendiri padahal dia berusaha untuk tidak memakannya.besoknya dia coba menghindar-hindar dari kakak kelasnya agar tidak lagi diperlakukan seperti kemaren-kemaren, itu berlangsung sampai akan naik kelas lima, karena ketika akan naik kelas ia berhenti berdagang dengan alasan fokus belajar untuk ujian naik kelas selain itu dia sudah malu menjinjing barang dagangan kemana-mana , maka atas dorongan tersebut iapun menghentikan aktivitas jual jagung rendang .

Apa yang yang selama ini tidak terbayangkan hadir didepan matanya “kakak kelas yang dulu pernah mengambil jagungnya bertemu dengannya dikelas lima, rupanya kakak kelas tersebut tinggal kelas , ia dihantui rasa takut, karena semua teman-temannya tahu dialah anak yang suka berbuat semena-mena terhadap teman yang lain, rupanya apa yang ia takutkan terjadi juga selama dengan kakak kelasnya tersebut ia selalu dibawah tekanan , disuruh sana, disuruh kesini salah satu perintahnya adalah mengambil duri bunga Ros, lalu langsung diletakkan di kursi perempuan, kalau tidak diikuti diancam apa boleh buat iapun melakukannya, tidak beberapa lama setelah teman-teman masuk kelas ada diantara mereka tidak melihat ketempat duduknya termasuk perempuan akhirnnya apa yang terjadi , tadinya masuk kelas hati gembira bertukar menjadi tangis .
 

Kenapa tidak? karena duri yang diletakkan daus diatas kursi tadi menusuk pinggul bahasa kasarnya pantat teman perempuan tersebut, itu berlangsung beberapa hari. Kalau ini dilakukan kakak kelasnya akan berlaku jahat sama daus, Pernah suatu saat daus tidak mengikuti perintah kakak kelasnya sepulang dari sekolah daus ditunggu ditempat yang sepi (kebun karet ) , setelah itu diperintahkan teman-teman yang lain menghajar daus, sampai akhirnya dauspun membawa air mata yang beruraian pulang, daus selalu dibawah tekanan sampai lulus ujian, dan betapa senangnya daus lulus dari tekanan setelah lulusnya dari sekolah dasar. Dan kini orang tua daus mulai berfikir jauh kemana anaknya akan disambung sekolah, padahal untuk melanjutkan sekolah butuh uang yang tidak sedikit, ketika sang ayah berbicara dengan ibunya bagaimana solusi untuk menyambung sekolah daus, dauspun mendengar  pembicaraan kedua orang tuanya. Hati dauspun bertanya-tanya apakah dia akan menyambung atau tidak melihat penghasilan orang tuanya yang jelas-jelas dibawah standar, apakah allah masih memberi kesempatan untuk melanjutkan sekolahnya ketingkat yang lebih tinggi lagi, rupanya tidak lama dari pembicaraan kedua orang tua daus terdengar kesimpulan bahwa daus akan melanjutkan sekolah lagi tetapi sekolahnya kemana itu belum ada kejelasan yang lebih rinci, namun hati daus tetap gembira yang tiada tara ini terbukti dari pancaa raut wajahnya yang merah merona lagi berseri-seri seiring dengan senyum dan tawa dibibirnya, dibalik keceriannya ia kemudian terhenti dari tawa bersampul senyum, ia kemudian berfikir lagi bahwa dari kesimpulan dari musyawarah orang tua daus akan dilanjutkan sekolahnya akan tetapi belum ada tempat yang akan dijadikan tempat menimba ilmu kelak setelah ijazah  telah ditangan, beberapa menit kemudian dia dipaggil ayahnya, daus saya telah bicara tadi dengan ibumu, kami sepakat bahwa kamu musti dilanjtkan sekolahnya sekalipun kami harus banting tulang lebih dari biasanya, dauspun senang tiada terkira karena langsung dari mulut ayahnya keluar bahwa dia akan dilanjutkan sekolah lagi, bagaimana kalau kamu sekolahnya disurian saja tempat anak mak aciak ang( kamu) sekolah (mak aciak yang dimaksud saudara kandung ibu), seperti dibilang mak aciak ang waktu pergi ke Sapan Batu[1] sekolah disana lumayan bagus meskipun statusnya swasta, barang kali sekolah itu tepat buat kamu dan cocok dengan keinginanamu selain jaraknya tidak jauh dari rumah ada beberapa tempat yang mungkin kamu bisa menimba ilmu juga disana yaitu di Surau gadang[2] tempat angku paqiah[3] belajar kitab kuniang[4]  dan banyak lagi yang lain, setelah beberapa hari setelah pembicaraan itu dauspun diantar oleh ayahnya kesekolah yang dimaksud untuk melamar jadi siswa baru tersebut tidak disangka dauspun diterima setelah melalui beberapa macam tes dan persyaratan, sekarang kegembiraan dauspun telah muncul kembali dengan diterimanya dia sebagai salah satu siswa yang diterima disekolah yang menurut kepala sekolah[5] tersebut, sekolah ini terletak dijantung ibukota surian, dalam meniti bangku pendidikan tsanawiyyah  banyak tantangan yang dihadapi oleh daus, bahkan tantangan itu tidak jauh berbeda di masa sekolah dasar yakni ejekan dari teman-teman, di ajak berantam kontan saja daus tidak mau karena teman tersebut jauh lebih besar dari firdaus, daus lebih memilih tidak mengikuti ajakannya untuk berantam, namun ejeken itu terus menerus di lakukan oleh teman tersebut, kesabaran dauspun tidak dapat dibendung lagi akhirnya terjadi perkelahian, rupanya lawan daus punya kebiasaan dalam berkelahi yakni menggigit, termasuk pada perkelahian itu daus digigitnya hingga berdarah, kebetulan yang digigit pada saat itu ialah dada daus sehingga tidak tampak oleh guru kelas pada saat itu bekas gigitannya didada bagian kiri, namun darah dari gigitan itu menembus baju, padahal gigitan itu masih berbekas sampai buku biografi ini di tulis[6] dan tidak selepas dari gigitan itu buru-buru teman yang lain melerai, rupanya perkelahian itu tidak cukup sampai disitu, musuh daus itu merasa tidak puas, maka ejekannya terus berlanjut untuk memancing permusuhan dan ujung-ujungnya perkelahian lagi, kali ini daus benar-benar berusaha mengendalikan emosinya agar tidak terjadi lagi perkelahian, selain tidak ingin dianggap sebagai anak yang nakal oleh guru dauspun merasa trauma digigit olehnya, lama kelamaan ejekan teman daus itu hilang dengan sendirinya mungkin dia menganggap daus sudah takut sama dia, atau mungkin sudah bosan kali.

Dalam mencicipi bangku pendidikan daus tinggal dikos, pernah suatu malam kebetulan pada malam itu didekat kos daus ada pohon asam yang berbuah, maka yang namanya teman tidak semua yang kerjanya baik, timbul pikiran dari salah seorang teman daus, bagaimana kalau malam ini kita mengambil buah asam tetangga, dari pada kumpul tidak ada yang dimakan nich bilangnya, itu ide bagus teman yang lain menambahkan, ya…ya…ya saya setuju, kakak senior kos saya yang mengetuai, satu diantara kita memanjat dan yang lain melihat orang yang lewat, rupanya teman yang sama-sama baru masuk sekolah yang tukang manjat asam itu, karena dia terbilang pandai memanjat, lalu aksipun dilakukan setibanya teman daus itu diatas pohon asam, dia memasukkan asam yang sudah dipetiknya kedalam baju, karena kalau dijatuhkan akan kedengaran bunyinya, setelah penuh sekeliling bajunya baru dia turun dan masuk dalam kamar kos, baru saja tiba dipintu kamar kos teman-teman sudah pada berebutan mengambil asam yang masih di dalam bajunya, kontan saja baju itu robek yang lucunya lagi ia yang memanjat tidak dapat satupun, akhirnya kakak senior yang mengetuai aksi ini memberikan padanya satu buah, begitulah kerjaan teman-teman daus pada malam itu.

Semasa daus sekolah di tsanawiyyah setiap minggunya dia pulang kampung, dan terkadang tidak, karena kalau pulang kampung terus-terusan ia merasa orang kampung akan berpandangan lain, setiap minggunya pulang lagi-lgi jemput uang, pasti ngutang lagi, begitulah pikiran daus pada masa itu, lalu bagaimana dengan perbekalan daus?  Kebetulan ada dunsanak daus yang aktivitasnya tiap hari berdagang, maka uang belanja dan perbekalan daus dititipkan saja padanya, pulang sekolah daus menjemputnya kepasar, kebetulan jarak pasar dari sekolah lebih kurang lima ratus meter, bahkan jamaah sholat zhuhurpun banyak yang sholat di mesjid raya dekat sekolah daus, kadang dunsanak daus itu juga memberikan perbekalan mingguan itu, daus terkadang merasa malu terus-terusan dikasihnya, daus paling tidak suka dianggap peminta, bahkan dia rela menahan lapar atau mengutang ketimbang meminta  kecuali meminta sama orang tua, begitulah cara daus memperoleh perbekalan bahan sembako selama tiga tahun di sekolah tsanawiyyah.

Masih berada disekolah itu daus pernah mengikuti hakyng (jalan-jalan kebukit sebutan bukit itu aia malanca tepatnya di ladang padi nama daerahnya)[7] disitu daus dan teman-teman berekreasi menghabiskan hari minggunya,pulang dari tempat tu ada teman daus yang sakit mungkin karena terlalu letih, besok harinya seusai dari hakyng daus dan teman-teman kembali sekolah, sebelum guru masuk teman-teman saling cerita tentang pengalaman dalam pendakian bukit aia malanca, yang terkadang ceritanya itu membuat yang tidak ikut jadi penasaran.

Tidak lama kemudian gurupun datang pelajaran pagi itu sejarah, setelah pelajaran pertama usai daus dan teman-teman keluar istirahat, sebenarnya belum waktunya istirahat akan tetapi karena guru yang mengajar pada jam kedua belum datang maka daus dan teman-temanya keluar untuk menghilangkan rasa jenuh dalam lokal, setelah hilang rasa jenuh kemudian dauspun masuk kembali dan juga sebagan teman-teman yang kekedais membeli makanan ringan, rupanya sudah jam 09.20 guru yang mengajar belum juga datang, lalu ada usul teman-teman bagaiaman kalau lita catat saja dulu pelajaran yang diajarkan biasanya, bukankah kalau guru qur'an hadits itu datang dia juga mencatatkan dulu, kita tidak mungkin berharap terus pada guru, karena kita tahu bahwa ekolah kita ii swasta alias bukan negeri, jadi wajar guru sering tidak masuk sebab gajinya tidak memuaskan[8], lalu dijemputlah buku pegangan yang biasa dipakai guru tersebut kekantor oleh daus, kebetulan yang jadi ketua kelas pada masa itu dia, sekitar lima halaman baru dicatat dipapan tulis teman-teman sudah pada minta pulang.

Maka daus dan teman-temanpun pulang ketempat masing-masing, singkat cerita ujian terkahirpun akan di ikuti oleh firdaus dan teman-teman, maka guru-gurupun sibuk memberikan soal-soal tahun lalu, tidak terkecuali istri kepala sekolah, kebetulan dia juga mengajar disekolah tingkatan pertama negeri di surian tepatnya di SMPN 1 nanggalo surian, maka beliau meminta kepada teman-teman se profesi dengan beliau soal-soal tahun lalu sekaligus di isikan langsung sebagai panduan untuk mencari jawaban ketika dibahas oleh kami, begitu beliau bercerita pada kami saat sebagian soal sudah beliau berikan kepada kami, pesan yang sering diulang-ulang oleh istri kepala sekolah itu kepada kami adalah jangan gunakan sifat basi" yaitu basipakak(tidak menggubris setiap apa yang disampaikan oleh guru), basimada (nakal), basibanak(mencemoohkan nasihat orang lain), hingga sekarang masih belum ingatan dalam pikiran daus.

Pada hari pertama menjelang ujian nasional (UAN) daus dan teman-teman sibuk membahas soal yang telah dikasih oleh guru-guru yang mengjar, ketika belajar itu tidak sedikit teman-teman yang mencemooh, bilangnya "so' rajin"[9], kalian tahu tidak nilai kita sudah ada tidak perlu dipikirkan lagi, capek-caoek belajar mematahkan semangat kami belajar tetapi kami tidak menghiraukannya[10] dan akhirnya teman yang mengejek itu bosan sendiri lalu dia pergi Menonton, besoknya teman yang mengejek tersebut malah ikut berdiskusi dengan kami membahas soal, mungkin baru terasa sulitnya memnjawab soal karena tidak belajar, kami heran juga rupanya dibalik kecemburuannya seseorang teman itu, ada keinginan yang memotivasinya utuk mengakui akan ketekuanan kami, setelah beberapa hari selesai ujian hati kami merasa lega karena sudah mulai berkurang beratnya beban yang dipikul dalam bentuk perasaaan was-was, namun yang namanya manusia tidak akan pernah merasa tenang, sebelum mendengar kata lulus atau tidak, dua minggu kami menunggu hasil ujian itupun kami, Insya allah di sambung pada kesempatan lain




[1] Nama negeri tempat kakak tertua firdaus berada, dan berkeluarga disana
[2] Tempat orang mengadakan suluak atau tariqat, tepatnya didepan sekolah madrasah tarbiah islamiyyah surian dekat dari mesjid raya pasar surian dan biasanya tempat wudhu'nya itu diminum airnya dari tujuh pencuran, menurut keterangan sebagai obat
[3] Sebutan terhadap orang yang paham tentang hukum islam
[4] Kitab bahasa arab yang berwarna kuning tidak berbaris
[5] Pada zamannya kepala sekolah itu bernama Surya Muliarwan
[6] Ditulis pada hari kamis tanggal 21/01/2010M, tepatnya 5 safar 1431 H
[7] Aia malanca tempatnya didaerah ladang padi  ada batu besar yang panjangnya sekitar lima belas meter ditengah batu itu persis seperti dipahat mengalir air, kita bisa meluncur dari ketinggian
[8] Tambahan Sedangkan sudah digaji oleh pemerintah saja guru pada banyak malas masuk  mengajar apalagi tidak digaji pemerintah, dapat dimaklumi sajalah, tidak tahu entah bagaimana hasil gajinya itu akan dimakan anak istri
[9] So istilah untuk mencemooh dalam bahasa minang, kalau diartikan dalam bahasa indonesia tumben, biasanya tidak sekarang kok …
[10] Kami disitu saya firdaus dan mario efendi yang tinggalnya dikayu manang, dia datang ke kos saya, tiap belajar kelompok dia terus membawa buah jambu biji, dirumahnya banyak buah jambu biji

SISTEM KAPITALISME, MENJADIKAN PEMERINTAHPUN RAKUS


Ada yg menarik yang disampaikan pengurus mesjid saat sholat jum’at di mesjid pasar raya padang tadi siang, dalam penyampaian tersebut pengurus mengutarakan maksud akan menjual mobil jenazah lama, karena sudah ada mobil jenazah baru, nanti uang mobil yg dijual tersebut akan di ambil sebagian untuk keuangan kongsi kematian, sebab sekarang baru terkumpul 12 juta,  jika ditambah dengan uang hasil penjualan mobil tsb, pengurus berencana akan membeli tanah pandam pekuburan.

Komentar : saya jadi teringat tulisan koran padeks beberapa bulan yg lalu, dimana jika ditunggul hitam (tempat khusus pemakaman dikota padang, bagian padang utara) tidak dibayar restribusi pemakaman maka pemerintah akan membongkar kuburan tersebut, beginilah jika hidup di sistem kapitalisme yang beranak demokrasi, semuanya jadi lahan bisnis, pandam kuburan saja jadi lahan bisnis, kreatif memang dalam mencari uang, saking kreatifnya semua fasilitas untuk rakyat harus jadi uang masuak, padahal dalam sistem pemerintahan islam tidak demikian, bagaimana rakyat mendapatkan seringan2nya biaya, dan pengambilan pendapatan dari milik umum yg dipakai rakyat, cukup hanya membantu uang produksi saja, itupun klo tidak mencukupi dari sumber daya alam yg ada saat produksi, baru di pungut, namun jika mencukupi rakyat akan digratiskan dari segala hal (jika kepemilikan itu, kepemilikan umum)

ada lagi yg mencolok jika parkir motor di tepi pantai harus bayar, katanya sih uang keamanan, namun jika hilang yg parkirnya gak tanggung jawab, hebatnya lagi ketika selesai main2 di pantai, tukang parkirnya sibuk menunggu pendatang baru, tidak mau tahu motor yg yg kejepit,

"KEJUJURAN " BERAT MEMANG TAPI ITU AJARAN ISLAM


Oleh : Firdaus Bin Musa

Awalnya 0000 menanyakan ke Mereka " Peserta Wirid Remaja ", lebih Kurang Bahasanya Begini, Apa sih Akibat dan Manfaat Kejujuran, Coba Bayangkan jika ada teman yg berjanji atau membuat kesepakatan lalu dia Ingkari / Dustai? Apa Akibatnya? ada yg jawab 1 ) Akan Kecewa, 2) TidaK akan dipercayai Lagi, 3) Dikucilkan dalam pergaulan, dll, Maka Hal yg sama akan kita dapati jika kita tidak menanamkan kejujuran, Kejujuran adalah Fitrah manusia yg tidak bisa dicabut / dihilangkan dari fitrah manusia, manusia manapun ia membutuhkan kejujuran, Allah itu tahu mana yg baik dan dibutuhkan buat hambanya, maka dalam islam ada perintah jujur itu, Berarti Jujur Itu Ajaran Islam, Walaupun Sebelum Islam datang Sifat Jujur juga telah ada, Namun perlu di ingat Bukan Bararti Islam itu mencontek atau meniru Ajaran Agama terdahulu, Sebab kalau ada kebiasaan ajaran agama terdahulu bertentangan dengan ajaran islam, Islam tidak memakainya malah menentang, Jadi Ajaran Islam ya ajaran Islam yg datang dari Perintah Sang Khaaliq (Pencipta Allah SWT) yg dibawa oleh malaikat Jibril dan diajarkan pula kepada Nabi Muhammad SAW, kembali kepada kejujuran, Kenapa manusia perlu jujur, Biar manusia hidup dalam keharmonisan. Namun Apakah kita jujur karena akibat tadi (yang telah disebutkan diatas ), Itu baru JUJUR jika kita lihat dari kebutuhan manusia, sebagai muslim kita tidak boleh melihat semata-mata perlu jujur karena ada akibat diatas, takut tidak dapat kepercayaan, khawatir dikucilkan dari pergaulan, Takut tidak dapat perhatian / Kepercayaan dari BOS, dll. Lalu apa yg membuat kita perlu jujur, KARENA JUJUR ITU PERINTAH ALLAH / Ajaran Islam, Kalau Jujur hanya sebatas ketakutan kehilangan Dunia, Kita tidak memperoleh pahala dari Allah,  Namun jika kita jujur lantaran kita meyakini ini adalah perintah Allah, Maka tatkala kita jujur kita tidak peduli orang memuji dan mencela kita, sebab adakalanya saat kita jujur terkadang malah dikucilkan teman, tatkala kita jujur malah ada kawan yg kecewa, Sebab tatkala kita jujur terkadang ada bos yg tidak senang, JADI Sebagai muslim kebaikan yg kita pakai dan pertahankan bukan karena takut AKIBATnya SEMATA, dalam kesempatan tersebut 0000 juga menyajikan materi Marah, Inti dari semua materi yg 0000 sampaikan Bagaimana  Marah, Benci, dan Fitrah apapun yg tidak bisa hilang / dicabut pada manusia semuanya karena ALLAH, Jika prinsip ini sudah kita pegang, Lalu apa sikap kita sebagai muslim, Yaitu menempatkan Marah, Benci, dll  Sesuai Perintah Allah, Untuk tidak mengurangi Pengetahuan KITA Tentang ajaran islam khususnya tentang kejujuran sengaja tidak saya tampilkan dalilnya, Biar makin Semangat kita menggali Sumber Rujukan Ajaran Islam (Al-Qur'an dan Hadits ), Sebab Bisa jadi saat anda mencari dalilnya ada Ajaran Islam lain yg bisa anda peroleh. Wassalam, Nabi Pernah Marah, Sahabat Pernah Marah, Marah nabi dan sahabat itu tabiat sebagai manusia, Namun Nabi dan Sahabat Beliau marah dan benci tertata sesuai dengan syari'ah.

BURUNG KIAI MATI, LALU BELIAU MENANGISI

Alkisah di sebuah pesantren, Seorang Ustadz memiliki burung sejenis Beo yang terlatih untuk berdzikir seperti: Assalamu'alaikum, Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar, dan lainnya, Suatu hari, pintu kurungan terbuka & burung itu terbang bebas. Sontak para santri mengejar burung milik guru mereka, sementara si burung terbang tidak terkontrol dan tertabrak kendaraan yang melintas dengan kencang hingga terkapar sekarat lalu meninggal
Sang Ustadz terlihat berbeda usai burungnya mati, nampak sekali sedih hingga seminggu lamanya. Para santri yang melihatnya pun mengira Ustadz nya bersedih karena burungnya mati, mereka berkata:
"Ustadz, jika hanya burung yang membuat ustadz sedih, kami sanggup menggantinya dengan yang bisa berdzikir juga. Tak perlu ustadz bermurung hingga sedemikian lamanya!" Sang Ustadz menjawab: "Aku bukan bersedih karena burung itu." Para Santri: "Lantas kenapa ustadz?" Sang Ustadz: " Burung itu Sudah terlatih berdzikir sedemikian rupa, namun saat maut menjemput, hanya perih yang terasa.  Padahal burung itu tidak diganggu setan saat sakaratul maut, sedangkan manusia diganggu setan saat sakaratul maut. Tidak ada yang tahu bagaimana keadaan kita mati, khusnul khotimah ataukah su'ul khotimah?"Para Santri pun terdiam dan membenarkan Sang Ustadz, dan mereka pun ikut murung memikirkan hal yang serupa dengan Ustadz-nya

Alkisah di sebuah pesantren, Seorang Ustadz memiliki burung sejenis Beo yang terlatih untuk berdzikir seperti: Assalamu'alaikum, Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar, dan lainnya, Suatu hari, pintu kurungan terbuka & burung itu terbang bebas. Sontak para santri mengejar burung milik guru mereka, sementara si burung terbang tidak terkontrol dan tertabrak kendaraan yang melintas dengan kencang hingga terkapar sekarat lalu meninggal
Sang Ustadz terlihat berbeda usai burungnya mati, nampak sekali sedih hingga seminggu lamanya. Para santri yang melihatnya pun mengira Ustadz nya bersedih karena burungnya mati, mereka berkata:
"Ustadz, jika hanya burung yang membuat ustadz sedih, kami sanggup menggantinya dengan yang bisa berdzikir juga. Tak perlu ustadz bermurung hingga sedemikian lamanya!" Sang Ustadz menjawab: "Aku bukan bersedih karena burung itu." Para Santri: "Lantas kenapa ustadz?" Sang Ustadz: " Burung itu Sudah terlatih berdzikir sedemikian rupa, namun saat maut menjemput, hanya perih yang terasa.  Padahal burung itu tidak diganggu setan saat sakaratul maut, sedangkan manusia diganggu setan saat sakaratul maut. Tidak ada yang tahu bagaimana keadaan kita mati, khusnul khotimah ataukah su'ul khotimah?"Para Santri pun terdiam dan membenarkan Sang Ustadz, dan mereka pun ikut murung memikirkan hal yang serupa dengan Ustadz-nya