2/17/2016

APA ITU CINTA?


 Cinta adalah Bagai ‘Ali ketika dia berbaring tidur menggantikan Rasulullah Saw di kasur Nabi, padahal dia tahu bahwa sekelompok orang telah berkumpul untuk membunuh Rasulullah Saw, dia juga tahu bahwa dia mungkin saja tewas di kasur yang sama!!
Cinta... Bagai Bilal ketika dia tidak lagi mengumandangkan azan setelah Rasulullah Saw wafat, lalu ketika Bilal mengumandangkan azan lagi atas permintaan ‘Umar saat penaklukan Baitul Maqdis. tidak pernah tangisan begitu membahana terlihat sebelumnya, saat Bilal mengucapkan “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullaah”
Cinta  Bagai Abu Bakar yang mengatakan: “saat kami berhijrah, aku heran dengan munculnya susu yang tercampur air, lalu aku berikan susu tersebut kepada Rasulullah, dan aku katakan: “Minumlah wahai Rasulullah” Abu Bakar mengatakan: “Maka Rasulullah pun minum sehingga hilanglah dahagaku”
Cinta Adalah Ketika Zubair yang mendengar kabar terbunuhnya Rasulullah, lalu dia pun keluar dengan menyeret pedangnya di jalan-jalan kota Makkah, padahal usianya baru 15 tahun. Agar pedangnya menjadi pedang pertama yang terhunus dalam sejarah Islam
Cinta Adalah Ketika Rabi’ah bin Ka’b saat Rasulullah Saw bertanya kepadanya “apa yang kamu butuhkan?” Rabi’ah pun menjawab: “aku meminta agar aku bisa mendampingimu di surga”
Cinta Adalah Ketika Rasulullah Saw bertanya kepada Tsauban : “apa yang membuat warna (wajahmu) berubah?” lalu Tsauban menjawab: “aku tidak sakit dan terluka, hanya saja jika aku tidak melihatmu aku menjadi sangat merindu kesepian sampai aku bertemu denganmu”
Cinta Adalah ketika Abu Bakar AS-Shiddiq berkata kepada Rasulullah Saw sebelum memasuki gua (Tsur): “Demi Allah, janganlah engkau masuk sampai aku masuk terlebih dahulu, jika ada sesuatu di dalam gua ini maka akulah yang terkena bukan engkau”
Cinta Adalah Abu Bakar yang menangisi RAsulullah Saw ketika tampak tanda-tanda telah dekat kewafatannya, lalu Rasulullah menenangkannya: “Janganlah kamu menangis! Jika saja aku boleh menjadikan seseorang kekasih dari golongan manusia, aku pasti menjadikan Abu Bakar kekasihku”

“KATAKANLAH : “ AKU CINTA PADAMU WAHAI RASULULLAH, KECINTAAN YANG DIDASARKAN KARENA KETAATANMU PADA PENCIPTA,  MENCINTAIMU MELEBIHI  CINTA PADA DIRIKU SENDIRI, ALLAHUMMA SHALLI ‘ALA MUHAMMAD, WA ‘ALI MUHAMMAD  

MENGUAK TABIR VALENTINE’S DAY


ASRI SUPATMIATI

Hari Valentine (St. Valentine’s Day) sangat populer di negara-negara Eropa dan Amerika. Kaum remaja merayakannya dengan hura-hura. Mereka datang ke pesta-pesta, berdansa semalam suntuk, saling memberi hadiah coklat, dan pergi bersama pasangannya ke tempat-tempat yang dianggap romantis. Bahkan hal-hal yang hanya boleh dilakukan oleh pasangan suami-istri juga mereka lakukan. Naudzubillah min dzalik.
Bagaimana di Indonesia? Aroma Hari Valentine kini juga sangat menyengat di tanah air. mereka yang notabene muslim-muslimah
ikut-ikutan merayakan hari kasih sayang. Mereka menjiplak habis-habisan perilaku permisif dan serba halal yang dilakukan orang Barat. Pasangan muda-mudi saling memberikan kartu berisi ungkapan-ungkapan cinta, puitis dan romantis. Sarat dengan ucapan yang membangkitkan syahwat.

Fenomena Valentine’s Day pun menjadi ajang bisnis menggiurkan. Seperti parcel valentine, pernak-pernik serba pink, berbentuk daun waru, dan kartu valentine dengan berbagai desain lengkap dengan kata-kata puitis penuh ungkapan cinta. Pusat perbelanjaan, hotel, restoran, kafe, outlet dan bahkan kantor-kantor juga dihiasi dengan nuansa valentine. Entah itu berupa spanduk berisi slogan-slogan, pita-pita, balon dan pernak-pernik serba pink. Bahkan mereka juga mengaitkan promosi produknya dengan Hari Valentine. Semisal dengan menggelar sale bertajuk ‘Memperingati Valentine’s Day, Sale Up to 70%’ atau ‘Ikuti Gebyar Undian Valentine’s Day.’
Tak kalah serunya, tempat hiburan seperti hotel, kafe atau restoran juga menggelar acara khusus bertajuk peringatan hari kasih sayang. Biasanya berupa acara dinner disertai hiburan live music, diiringi games yang diikuti pasangan muda-mudi, lalu dansa-dansi bersama, dan seterusnya.
Media massa pun cukup besar kontribusinya dalam ‘mempromosikan’
perayaan hari kasih sayang tersebut. Bagaimana tidak, pemberitaan pun dikait-kaitkan dengan Hari Valentine. Semisal dalam lead sebuah berita tertulis ‘Menjelang peringatan Hari Valentine, omzet coklat naik tajam.’ Atau ‘Artis Ayu Kemayu merayakan Valentine’s Day bersama kekasih barunya’ atau ‘Biar romantis, pasangan artis Dona dan Doni menikah di Hari Valentine.’ Dan masih banyak lagi pemberitaan di media massa yang dikait-kaitkan dengan Valentine’s Day.

Sementara iklan-iklan produk yang juga dikaitkan dengan Valentine’s Day takkalah semaraknya, baik di media cetak maupun televisi. Dengan gencarnya pemberitaan dan iklan semacam itu, tentu saja opini tentang adanya Valentine’s Day dan keharusan untuk merayakannya semakin menguat. Otomatis remaja semakin merasa penting untuk terlibat di dalamnya. Jika tidak, dirinya akan merasa kuper, kuno dan tidak trendy. Sebaliknya, dengan merayakan Valentine’s day mereka akan bangga karena menjadi remaja masa kini yang gaul dan tidak ketinggalan zaman.
Pada akhirnya orang tua akan semakin memberi kelonggaran kepada anak-anaknya untuk merayakan hari tersebut, karena menganggap sebagai hal yang lumrah. Sebagai orang tua yang hidup di zaman modern, mereka tidak mau disebut ortu yang kolot sehingga membebek mengikuti apa saja selera anaknya. Bahkan tidak sedikit orang tua semacam itu yang juga ikut merayakan hari kasih sayang. Mereka yang mengaku sebagai ortu ‘modern’, layaknya pasangan muda-mudi saja, saling memberi hadiah pada pasangannya, bahkan memanfaatkan momen tersebut untuk bulan madu kembali. Well, Velantine’s Day benar-benar sudah menjadi epidemi di tengah-tengah masyarakat, tak terkecuali kaum muslimin dan muslimah. Ini karena minimnya pemahaman umat Islam tentang hakikat hari tersebut. 

Muslim-muslimah
banyak yang tidak faham latar belakang dan sejarah munculnya Valentie’s Day yang notabene bukan dari Islam. Hal ini juga tidak terlepas dari longgarnya pengawasan ortu. Bahkan ortu malah memberikan dukungan kepada anaknya untuk merayakan hari tersebut. Misal dengan dukungan dana untuk merayakannya, diberi kelonggaran keluar pada tanggal 14 Februari, atau dibolehkan berdua-duaan dengan pasangannya.
Selain itu pola pendidikan yang tidak sesuai aturan agama menyebabkan anak mudah dipengaruhi oleh lingkungan yang kebanyakan melanggar norma-norma adat dan agama itu sendiri. Lengkaplah sudah dorongan bagi mereka untuk terjerumus ke dalam lembah kesalahan. Semua itu dilakukan dengan dalih modernitas, trendy dan gaul. Batasan halal-haram dan norma-norma agama dicampakkan begitu saja. Itulah potret umat di masa kini yang begitu memprihatinkan.
Perayaan Hari Kasih Sayang ini memiliki perpaduan sebuah tradisi yang bernuansa Kristiani dan Roma kuno. Dan memang ada beberapa versi yang menjelaskan asal muasal perayaan Valentine’s Day. Salah satu versi menyebutkan, dahulu ada seorang pemimpin agama Katolik bernama Valentine bersama rekannya Santo Marius yang secara diam-diam menentang kebijakan pemerintahan Kaisar Claudius II (268-270 M) kala itu. Pasalnya, kaisar tersebut menganggap bahwa seorang pemuda yang belum berkeluarga akan lebih baik performanya ketika berperang. Karena itu, ia melarang para pemuda untuk menikah demi menciptakan prajurit perang yang potensial. Nah, Valentine tidak setuju dengan peraturan tersebut. Ia secara diam-diam tetap menikahkan setiap pasangan muda-mudi yang berniat untuk mengikat janji dalam sebuah perkawinan. Hal ini dilakukannya secara rahasia. Namun ibarat pepatah sepandai-pandai
tupai melompat, ia akan jatuh juga. Demikian pula dengan aksi yang dilakukan Valentine, lambat laun pun tercium oleh Claudius II.

Valentine harus menanggung perbuatannya, dijebloskan ke penjara dan diancam hukuman mati. Dalam legenda ini, Valentine didapati jatuh hati kepada anak gadis seorang sipir, penjaga penjara. Gadis yang dikasihinya senantiasa setia untuk menjenguk Valentine di penjara kala itu. Tragisnya, sebelum ajal tiba bagi Valentine, ia meninggalkan pesan dalam sebuah surat untuknya. Ada tiga buah kata yang tertulis sebagai tanda tangannya di akhir surat dan menjadi populer hingga saat ini- “From Your Valentine.”
Ekspresi dari perwujudan cinta Valentine terhadap gadis yang dicintainya itu masih terus digunakan oleh orang-orang masa kini. Sementara itu, The Encyclopedia Britannica, Vol. 12 halaman 242 menyebutkan, kebiasaan mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan St. Valentine. Pada 1415 M ketika the Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja mengenang St.Valentine 14 Februari, ia mengirim puisi kepada istrinya di Perancis. Kemudian Geoffrey Chaucer, penyair Inggris mengkaitkannya dengan musim kawin burung dalam puisinya (lihat The World Book Encyclopedia, 1998).

Sejak itu mengirimkan kartu bertuliskan “Be My Valentine” menjadi tradisi mengikuti hari kasih sayang. Sekitar 200 tahun sesudah kisah di atas, Paus Gelasius meresmikan tanggal 14 Februari tahun 496 sesudah Masehi sebagai hari untuk memperingati Santo Valentine. Gelar Saint atau Santo diberikan karena kebaikan dan ketulusannya menolong muda-mudi yang jatuh cinta untuk melangsungkan pernikahan. Untuk mengagungkan St. Valentine yang dianggap sebagai simbol ketabahan, keberanian dan kepasrahan dalam menghadapi cubaan hidup, maka para pengikutnya memperingati kematian St. Valentine sebagai ‘upacara keagamaan’.
Tetapi sejak abad 16 M, ‘upacara keagamaan’ tersebut mulai berangsur-angsu
r hilang dan berubah menjadi ‘perayaan bukan keagamaan’. Hari Valentine kemudian dihubungkan dengan pesta jamuan kasih sayang bangsa Romawi kuno yang disebut “Lupercalia” yang jatuh pada tanggal 15 Februari. Ya, versi lain tentang Valentine menjelaskan bahwa hari itu berkaitan dengan tradisi kuno bangsa Romawi. Dimulai pada zaman Roma kuno tanggal 14 Febuari, yang merupakan hari raya untuk memperingati Dewi Juno. Ia merupakan ratu dari segala dewa dan dewi kepercayaan bangsa Roma. Orang Romawi pun mengakui kalau dewi ini merupakan dewi bagi kaum perempuan dan perkawinan. Dan sehari setelahnya yaitu tanggal 15 Februari merupakan perayaan Lupercalia.

Pada perayaan Lupercalia inilah, remaja-remaja lelaki dan perempuan harus dipisahkan satu sama lain. Namun, pada malam sebelum Lupercalia, nama-nama anak perempuan Romawi yang sudah ditulis di atas kertas dimasukkan ke dalam botol. Nah, setiap anak lelaki akan menarik sebuah kertas. Dan anak perempuan yang namanya tertulis di atas kertas itulah yang akan menjadi pasangannya selama festival Lupercalia berlangsung, keesokan harinya. Kadang-kadang, kebersamaan tersebut bertahan hingga lama. Lihat sambungannya dimading Remaja Mesjid Al-Jadid
Dalam legenda ini ada pula sosok yang disebut Cupid (berarti: the desire), yakni si bayi bersayap dengan panah yang digambarkan sebagai lambing cinta. Cupid ini adalah putra Nimrod The Hunter, dewa Matahari. Disebut Tuhan Cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri.
Setelah orang-orang Romawi itu masuk agama Nasrani, pesta Lupercalia kemudian dikaitkan dengan upacara kematian St. Valentine. Penerimaan upacara kematian St. Valentine sebagai ‘hari kasih sayang’ juga dikaitkan dengan kepercayaan orang Eropa bahwa waktu ‘kasih sayang’ itu mulai bersemi ‘bagai burung jantan dan betina’ pada tanggal 14 Februari.

Dalam bahasa Perancis Normandia, pada abad pertengahan terdapat kata “Galentine” yang berarti ‘galant atau cinta’. Persamaan bunyi antara galentine dan valentine menyebabkan orang berfikir bahwa sebaiknya para pemuda dalam mencari pasangan hidupnya pada tanggal 14 Februari. Namun dengan berkembangnya zaman, legenda tentang seorang martir bernama St. Valentino terus bergeser jauh dari pengertian sebenarnya.
Manusia pada zaman sekarang tidak lagi mengetahui dengan jelas asal usul hari Valentine. Di mana pada zaman sekarang ini orang mengenal Valentine melalui greeting card, pesta persaudaraan, tukar kado (bertukar-tukar
memberi hadiah) dan sebagainya tanpa ingin mengetahui latar belakang sejarahnya lebih dari 1.700 tahun yang lalu. Dan sayangnya, umat Islam pun turut serta mengikuti dan membebek saja. Padahal jelas-jelas sejarah perayaan itu sendiri sama sekali tidak ada hubungannya dengan Islam, dan bahkan sangat bertentangan dengan ajaran Islam karena justru bermula dari ajaran agama lain.
Terlepas dari sejarah lahirnya Valentine’s Day yang nyata-nyata bukan dari Islam, bila kita tilik perayaan Valentine’s Day, maka seluruhnya melanggar syara’. Tidak ada sedikitpun nilai kebaikan dari perayaan tersebut. Meskipun dengan alasan mengungkapkan kasih-sayang kepada sesama, tetap bukan alasan pembenaran bagi perayaan Hari Valentine. Tengok saja, Valentine’s Day umumnya dirayakan oleh pasangan muda-mudi. Seorang pemuda yang menyukai lawan jenisnya, akan mengirimkan kartu ucapan selamat, bunga mawar merah atau memberi hadiah coklat kepada cewek idamannya itu. Jelas ini aktivitas yang tidak dibenarkan dalam Islam karena dapat membangkitkat syahwat, sementara mereka belum terikat dengan tali pernikahan yang dapat menjadi penyalurannya.
Sementara pasangan muda-mudi yang sudah saling dimabuk asmara, lebih parah lagi. Mereka akan merayakannya berdua-duaan, menyepi, bermesra-mesraa
n dan tak jarang diakhiri dengan hubungan suami-istri. Na’udzubillahi min zalik. Jelas ini aktivitas yang diharamkan oleh Allah. Mereka sudah melakukan dosa berkhalwat (berdua-duaan dengan lawan jenis yang bukan mahram), mendekati zina dan bahkan berzina itu sendiri.
Padahal Allah Swt melarang keras umat-Nya untuk mendekati zina, apalagi sampai berzina beneran. Ingatlah firman Allah Swt yang artinya: “Dan janganlah kalian mendekati zina, sesungguhnya zina itu
perbuatan tercela dan jalan yang buruk.” (Al-Isra:32). Sebagian remaja lainnya membenarkan Hari Valentine karena toh merayakannya beramai-ramai dan nggak sampai berzina. Misalnya sekadar jalan-jalan bareng ke tempat wisata, makan-makan rame-rame di kafe atau nonton live music di hotel. Inipun tetap melanggar Islam karena Allah melarang kita untuk berikhtilat alias bercampur baur laki-laki perempuan yang tidak ada keperluan syar’i. Ini juga termasuk aktivitas hura-hura yang sangat dibenci Allah Swt.
Bagaimana dengan perayaan Valentine’s Day yang dilakukan sepasang suami istri? Setali tiga uang alias sama saja. Dalam hal ini mereka terkena hukum tasyabuh, yakni mengikuti kebiasaan orang kafir. Ya, sebab Valentine’s Day adalah hari raya milik orang kafir yang tidak boleh diikuti kaum muslimin. Perayaan hari besar adalah menyangkut masalah aqidah dan sama sekali tidak ada toleransi dalam hal ini.
Alquran maupun Sunnah secara syar’i melarang tasyabuh dalam segala bentuk dan sifatnya, baik masalah aqidah, ibadah, budaya, maupun tingkah laku. Allah berfirman dalam Surat An-Nisaa: 115 yang artinya: ”Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-burukny
a tempat kembali.”

Rasulullah juga bersabda “Man ‘amila ‘amalan laisa ‘alayhi amrunaa fa huwa raddun” yang artinya: “Siapa saja melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan tuntunanku, maka perbuatan itu akan tertolak” (HR Bukhari).
Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah ketika ditanya tentang Valentine s Day mengatakan: merayakan hari Valentine itu tidak boleh, karena: pertama, ia merupakan hari raya bid’ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syariat Islam. Kedua, ia dapat menyebabkan hati sibuk dengan perkara-perkara
rendahan seperti ini yang sangat bertentangan dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita) –semoga Allah meridhai mereka. Maka tidak halal melakukan ritual hari raya, baik dalam bentuk makan-makan, minum-minum, berpakaian, saling tukar hadiah ataupun lainnya.
Lebih dari itu, mengekornya kaum muslimin terhadap gaya hidup orang kafir akan membuat mereka senang serta dapat melahirkan kecintaan dan keterikatan hati pada mereke. Allah Swt telah berfirman yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimp
in(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Al-Maidah: 51)

Lalu bagaimana dengan ucapan Be My Valentine? Ken Sweiger dalam artikel Should Biblical Christians Observe It? (www.korrnet.org) mengatakan kata Valentine berasal dari Latin yang berarti “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa.” Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, Tuhannya bangsa Romawi. Maka disadari atau tidak, -tulis Ken Sweiger- jika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, hal itu berarti memintanya menjadi Sang Maha Kuasa dan menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Dalam Islam hal ini disebut syirik alias menyekutukan Allah Swt.

Kalau sekadar memberi ucapan selamat merayakan Hari Valentine? Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata, memberi selamat atas acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati haram hukumnya. Bagi yang mengucapkannya,
kalau pun tidak sampai pada kekafiran, paling tidak itu menunjukkan dukungan dan restunya pada ritual agama lain. Berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah. Bahkan perbuatan tersebut lebih besar dosanya di sisi Allah dan lebih dimurkai dari pada memberi selamat atas perbuatan minum khamar atau membunuh. Abu Waqid Radhiallaahu anhu meriwayatkan: Rasulullah Saw saat keluar menuju perang Khaibar, melewati sebuah pohon milik orang-orang musyrik, yang disebut dengan Dzaatu Anwaath. Biasanya mereka menggantungkan senjata-senjata mereka di pohon tersebut. Para sahabat Rasulullah berkata, “Wahai Rasulullah, buatkan untuk kami Dzaatu Anwaath, sebagaimana mereka mempunyai Dzaatu Anwaath.” Maka Rasulullah Saw bersabda, “Maha Suci Allah, ini seperti yang diucapkan kaum Nabi Musa, Buatkan untuk kami Tuhan sebagaimana mereka mempunyai tuhan-tuhan. Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang yang ada sebelum kalian.” (HR. At-Tirmidzi, ia berkata, hasan shahih).
Jelaslah, tidak ada sedikitpun kebolehan bagi umat Islam untuk mengikuti kebiasaan orang kafir. Menyerupai orang kafir sama halnya dengan ikut mempopulerkan ritual-ritual mereka sehingga terhapuslah

nilai-nilai Islam. Dampak buruk lainnya, bahwa dengan mengikuti mereka berarti memperbanyak jumlah mereka, mendukung dan mengikuti agama mereka, padahal seorang muslim dalam setiap rakaat shalatnya membaca, “Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.“(Al-Fati
hah:6-7)

Bagaimana bisa ia memohon kepada Allah agar ditunjukkan kepadanya jalan orang-orang yang mukmin dan dijauhkan darinya jalan golongan mereka yang sesat dan dimurkai, namun ia sendiri malah menempuh jalan sesat itu dengan sukarela. Di abad milenium ini, Valentine’s Day sejatinya sengaja dijajakan ke penjuru dunia sebagai bagian dari skenario liberalisasi (kebebasan). Hari Kasih Sayang sengaja dicekokkan ke benak umat Islam untuk melenakan mereka dengan aktivitas yang melanggar syara’. Dengan aktivitas ini, sedikit demi sedikit umat Islam diarahkan untuk semakin menjauh dari aqidah Islam.

Allah telah berfirman yang artinya: “Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (TQS Al-Baqaroh: 120) Jelas sudah bahwa mereka senantiasa benci kepada kita kecuali kita berpartisipasi pada acara ritual mereka, model pakaian dan pola pikir yang mereka miliki. Perayaan valentine adalah salah satu sarana mereka untuk memurtadkan kita secara perlahan tapi pasti, tanpa kita sadari. Karena itu, wahai kaum muslimin dan muslimah, jangan tertipu slogan kasih sayang yang menjerumuskan.[
]

Menelaah kasus artis dengan Menguji kesaktian pancasila

Oleh : Firdaus Bin Musa

" Ada Artis yang berupaya keras agar tidak main2 dengan dia dalam mengomentari tentang dia, sampai2 mencari orang yang telah menghinanya dg imbalan 10. juta bagi siapa yang menemukannya, setelah berhasil lalu dipamerkan fhoto orang tersebut sembari dg dia yg berbadan kekar (memperlihatkan dirinya, jangan main dengan saya ), ada yang menarik dari ucapan dia yang mustinya patut dikaji lagi, yakni standar dia mengatakan "Negara kita menjunjung tinggi Kesaktian PANCASILA.. Jangan kalian hancurkan dengan jari jari kotor kalian. Kamu mau main main? Silahkan dgn org lain atau artis lain. U want to play game with me? I have my OWN RULES. And u'r not gonna like it. Did I Say I Gonna Find You?

Pertanyaan kita, Apakah pancasila itu memang sakti ? sebab banyak undang2 dan hukum yang ada di indonesia membebek ke belanda dan amerika, dan mari kita lihat secara menyeluruh fakta rusak dari kesaktian pancasila yang dibangga2kan, apakah dari kesaktian pancasila tsb kebaikan yang dirasakan oleh banyak orang atau hanya sekelompok orang saja (penguasa dan pengusaha ), dan coba dimulai dengan mengikuti penjelasan tersebut dimana Bulan Ramadhan lalu, persisnya pada 10 Ramadhan yang bertepatan dengan tanggal 10 Agustus, ismail yusanto diundang sebagai pembicara untuk acara Bedah Buku Pancasila dan Syariat Islam karya Prof. Hamka Haq di Megawati Center, Jakarta. Pembicara lain adalah Dosen UIN Sahid Jakarta, Moqsith Ghazali, Habib Muhsin dari FPI dan tentu saja penulisnya sendiri. Hamka Haq adalah guru besar IAIN Alauddin Makassar, yang juga adalah Ketua Umum Baitul Muslimin, sayap ormas PDI-Perjuangan. Ormas itu dibentuk agaknya untuk menepis anggapan bahwa partai berlambang moncong banteng ini anti terhadap (umat) Islam. Terbitnya buku ini kiranya makin menegaskan bagaimana posisi partai ini dalam memandang Islam dalam konteks Pancasila.

Mengawali presentasi yang sangat singkat karena memang waktu sangat terbatas mengingat sore bulan puasa, saya menyampaikan bahwa di kalangan umat Islam memang ada yang sangat anti terhadap Pancasila, ada juga yang sangat mendukung, bahkan mengatakan bahwa Pancasila itu sesungguhnya adalah saripati dari ajaran Islam. Hamka Haq tentu termasuk kelompok yang kedua. Dalam buku ini, ia jelas sekali ingin menegaskan bahwa tidak ada yang salah dari Pancasila. Bahkan sesungguhnya telah banyak sekali yang dilakukan oleh negara yang berdasar Pancasila ini dalam apa yang disebut sebagai penerapan syariah baik melalui peraturan perundang-undangan seperti lahirnya UU Perkawinan, UU Zakat, UU Perbankan Syariah, UU Perlindungan Anak dan sebagainya; maupun melalui aneka ragam kebijakan pemerintah seperti kebolehan memakai jilbab bagi pelajar dan pegawai negeri dan sebagainya. Jadi tegasnya, penerapan syariah itu justru berjalan sangat subur di Bumi Pancasila.

Menanggapi uraian Prof Hamka dalam buku itu, saya mengatakan bahwa sesungguhnya Pancasila hanyalah set of philosophy atau seperangkat pandangan filosofis tentang ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan yang dijadikan sebagai dasar negara. Sebagai set of philosophy, Pancasila tidaklah mencukupi (not sufficient) untuk mengatur negara ini (to govern this country). Buktinya, di sepanjang Indonesia merdeka, dalam mengatur negara ini, rezim yang berkuasa—meski semua selalu mengaku dalam rangka melaksanakan Pancasila—ternyata menggunakan sistem dari ideologi yang berbeda-beda. Rezim Orde Lama misalnya, menggunakan Sosialisme. Rezim Orde Baru menggunakan Kapitalisme. Rezim sekarang oleh banyak pengamat disebut menggunakan sistem neo-liberal. Jadi, meski pada level filosofis semua mengaku melaksanakan Pancasila, underlying system atau sistem yang digunakan ternyata lahir dari ideologi sekularisme baik bercorak sosialis, kapitalis ataupun liberalis.

Mengapa hal itu bisa terjadi? Karena pada faktanya yang diberikan oleh Pancasila hanyalah sebatas gagasan-gagasan filosofis. Padahal untuk mengatur sebuah negara tidak hanya diperlukan gagasan filosofis, tetapi juga pengaturan yuridis yang mencakup apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Bila ideologi yang bahasa Arabnya mabda’—sebagaimana disebut oleh Syaikh Muhammad Muhammad Ismail dalam kitab Al-Fikr al-Islami (1958)—didefinisikan sebagai ‘aqidah ‘aqliyah yang memancarkan sistem atau nizhâm untuk mengatur kehidupan manusia dalam seluruh aspek baik politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan sebagainya, maka Pancasila bukanlah sebuah ideologi. Itulah sebabnya hingga sekarang, misalnya, tidak pernah lahir rumusan tentang Ekonomi Pancasila meski sejumlah orang seperti Guru Besar FE UGM, Prof. Mubyarto semasa hidupnya sudah bersusah-payah berusaha menyusunnya. Yang berjalan di negara ini hingga sekarang tetap saja ekonomi kapitalis.

Oleh karena itu, dalam tataran praktis banyak sekali peraturan perundangan dan kebijakan pemerintah yang layak dipertanyakan kesesuaiannya dengan Pancasila. Misalnya, apakah UU Penanaman Modal (yang memungkinkan kekuatan asing melakukan investasi di segala bidang nyaris tanpa hambatan), UU Migas (yang amat merugikan peran Pertamina sebagai BUMN yang notabene milik rakyat dalam pengelolaan migas), atau UU Sumber Daya Air (yang secara fatal telah mentransformasi air bukan hanya dalam fungsi sosial tetapi juga komersial) dan banyak lagi UU yang sangat berbau neo-liberal, itu semua adalah Pancasialis? Apakah kebijakan pemerintah seperti menjual Indosat kepada pihak asing dan menyerahkan blok kaya minyak di Cepu kepada Exxon Mobil, bukan kepada Pertamina, adalah juga sebuah kebijakan yang Pancasilais? Adapun peraturan perundangan dan kebijakan pemerintah yang disebut Prof. Hamka sebagai penerapan syariah itu hanyalah sebatas aspek-aspek yang menyangkut al-ahwal asy-syakhsiyyah, seperti aspek ibadah, pakaian atau NTCR (nikah-talak-rujuk-cerai). Kalau ada UU yang terkait muamalah, seperti UU perbankan syariah, tetap saja ia hanyalah merupakan bagian dari sistem perbankan ribawi.

Di akhir uraian, saya menyentak hadirin dengan pertanyaan, sekarang tunjukkan bahwa perjuangan penerapan syariah itu bertentangan dengan Pancasila? Sila yang mana? Sebaliknya, saya bisa katakan bahwa menolak penerapan syariah itu bertentangan dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Sebab, Tuhan yang mana yang dimaksud bagi rakyat Indonesia yang mayoritas Muslim bila bukan Allah SWT. Allah SWT telah memerintahkan untuk menerapkan aturan-aturan-Nya secara kaffah. Nah, Hizbut Tahrir Indonesia melalui rangkaian kegiatan dakwahnya tidak lain bertujuan untuk menegakkan syariah secara kaffah menggantikan sistem yang lahir dari ideologi sekular tadi. Hanya dengan penerapan syariah, prinsip-prinsip tentang ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan, kerakyatan dan keadilan sosial itu benar-benar dapat diwujudkan.

Tambahan lagi, dalam konteks Indonesia, ide khilafah yang substansinya adalah syariah dan ukhuwah, yang diperjuangkan HTI, sesungguhnya merupakan bentuk perlawanan terhadap penjajahan baru (neo-imperialisme) yang nyata-nyata sekarang tengah mencengkeram negeri ini yang dilakukan oleh negara adikuasa. Hanya melalui kekuatan global, penjajahan global bisa dihadapi secara sepadan. Adapun syariah akan menggantikan sekularisme yang telah terbukti memurukkan negeri ini. Karena itu, perjuangan HTI dalam berbagai bentuknya itu harus dibaca sebagai bentuk kepedulian yang amat nyata dari HTI dalam berusaha mewujudkan Indonesia lebih baik di masa datang, termasuk guna meraih kemerdekaan hakiki negeri ini atas berbagai bentuk penjajahan yang ada.


Kita tidak boleh lupa, secara politik, Pancasila oleh tiap rezim di masa lalu memang acap digunakan untuk membungkam lawan-lawan politiknya atau menutup pintu bagi lahirnya gagasan atau ide baru meski ide itu sangat diperlukan untuk perbaikan negeri ini. Dulu, rezim Orde Baru selalu menyatakan bahwa siapa saja yang menentang Pemerintah, termasuk yang memperjuangkan Islam, sebagai menentang Pancasila, dan siapa saja yang sudah dicap menentang Pancasila kala itu absah untuk dihabisi. Kini, Pancasila agaknya juga akan kembali digunakan untuk menghentikan laju dukungan terhadap ide syariah dan Khilafah yang mulai marak di tengah masyarakat.
Jelas hal ini patut dicurigai. Mengapa isu Pancasila tidak dimunculkan, misalnya saat maraknya kasus korupsi yang melibatkan banyak pejabat negara dan anggota parlemen dari tingkat daerah hingga tingkat pusat? Mengapa isu Pancasila tidak muncul saat penguasa negeri ini menyerahkan kekayaan alamnya ke pihak asing atas nama privatisasi? Mengapa isu Pancasila juga tidak muncul saat negeri ini secara membabibuta menerapkan ekonomi neoliberalisme? Bukankah semua itu malah lebih pantas dianggap sebagai antitesis terhadap Pancasila, bukan syariah dan Khilafah? Mengapa?! []
kompas.com dan http://hizbut-tahrir.or.id/2011/10/03/pancasila/

MEDIA SEKULER PRO KAPITALISME

Kasihan saya sama rakyat saat dengar pak jokowi bilang dalam wawancara eklusif TV One dengan Karni Ilyas (17 / 02 /2016 ) bahwa semua investasi strategis di indonesia nggak ada jaminan kok, Nggak memakai dari APBN dan tidak pula dijadikan hutang oleh Negara, Tapi murni investasi layaknya seperti orang berdagang infrastruktur, termasuk kereta cepat, yang dikasih kepastian hukum, apa nggak mikir sebagaimana islam menetapkan, bahwa tidak boleh kebutuhan orang banyak (strategis) dijadikan ladang bisnis oleh negara, sebab akan mengancam dan menambah penderitaan terhadap rakyat, Hanya Khalifahlah yang bisa mengerti kebutuhan rakyat.

Suara MUI Hanya dianggap celoteh Kadai (Lapau) Jika ditetapkan dalam sistem demokrasi, dan hanya dalam sistem khilafahlah LGBT Bisa dihilangkan https://www.nahimunkar.com/mui-terbitkan-fatwa-hukuman-mati-untuk-pelaku-homoseksual-gay-dan-lesbi-2/


Ternyata inilah Kenapa Metro TV Mati-Matian BELA Kebijakan AHOK, Skenario BOS Metro TV rupanya, Ahok yang telah melaksanakan kebijakan diktatornya kini berupaya terpilih kembali, Dia berani demikian karena orang yang membekinginya tentu tidak orang sembarangan, termasuk didalamnya adalah Surya Paloh Bos Metro TV (Ketua Partai Nasdem) Coba Baca berita Nasdem Serahkan Nama Cawagub di Tangan Ahok
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Nasdem mengaku percaya sepenuhnya untuk mengusung Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai calon gubernur DKI Jakarta. Ketua DPP sekaligus Koordinator Wilayah DKI Jakarta Partai Nasdem, Viktor Laiskodat mengatakan, tujuan dukungan Nasdem ke Ahok untuk menjadikannya kembali menduduki jabatan gubernur DKI Jakarta.
Nasdem mengaku hanya akan mendukung Ahok di pilkada serentak tahun 2017 nanti. Bahkan, untuk menentukan calon wakil gubernur DKI yang akan mendampingi Ahok, Nasdem menyerahkan sepenuhnya ke mantan Bupati Belitung Timur ini.............

PENGARUH HUTANG NEGARA BAGI AYAH DAN IBU KITA

 Oleh : Firdaus Bin Musa

Pertanyaan yang sering saya lontarkan kegenerasi muda jika tampil di depan sebagai pembicara, Sebenarnya ada tidak pengaruh berhutangnya negara bagi bapak ibu kita ? kedua, sudah tahu nggak mana saja hak kita / kewajiban negara pada rakyatnya?, dalam hal hutang saya menjelaskan, sesungguhnya sumber pendapatan negara untuk membayar hutang kenegara lain adalah dengan menaikkan pembayaran pajak yang dibayar orang tua kita.

Kedua dengan memperluas pendapatan pajak, yang tadinya belum ada pajaknya besok akan dikenai pajak, ketiga dengan memudahkan negara lain berinvestasi di indonesia sebab disitulah balas budi terjadi, jika dibiarkan bapak dan ibu kita nanti pakai jalan raya bayar, berobat musti bayar mahal sebab pemerintah nggak mau lagi melayani kesehatan rakyat, karena itulah kini ada bpjs, sakit kita yang biayai sendiri tidak lagi negara, beda dengan islam semua kebutuhan orang banyak (pokok) seperti rumah sakit (kesehatan), pendidikan, jalan raya wajib digratiskan, shg rakyat tidak terbebani dan itu hanya dalam sebuah negara islam, itulah yang namanya khilafah sebagaimana dulu kita pernah dengar khalifaah rasyidin, negaranya disebut khilafah. 

lalu kewajiban negara sayapun menjawab, negara Harusnya menjamin kebutuhan dasar masyarakat seperti harga barang stabil, pendidikan gratis, kesehatan gratis, keamanan terjamin, yang wajib itu bukan pajak, tapi zakat, itupun kalau sudah terpenuhi nishab dan haul, lalu dari mana dapat dananya dari negara, ya dari sumber daya alam yang dikuasai oleh nagara serta pendapatan lain (lebih kurang ada 9 macam ) dan pajak itu hanya pilihan terakhir, itupun kalau negara benar2 sudah kolap, dan yang diminta hanya pada orang2 tertentu, bukan semua orang. kini coba lihat, kita dituntut bayar pajak, pelayanan negara nggak maksimal, kepemilikan umum diserahkan kepada swasta, bagaimana negara nggak akan sempoyongan dengan berhutang kesana kemaari, sembari berzina, maksudnya makai riba, riba dalam islam sama dengan zina dengan ibu kandung.

SUDUT UNDANGAN DAURAH HTI KOTA PADANG








FORMAT UNDANGAN DAURAH HTI KOTA PADANG

Nomor : B-921/DPD-II/II/2016    Padang,  28 Rabiul Akhir 1437 H
Hal      : Daurah Dirasah Islamiyyah                 08 Februari 2016
                 

Kepada Yth,
Bapak / Ustadz / Tokoh / Ulama
Di
Tempat

Assalamu’alaikum Warahmatullah wabarakatuh
Segala puji bagi Allah SWT. yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk (al-Qur’an) dan agama yang haq (Dienul Islam) untuk mengatur seluruh aspek kehidupan kita. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. beserta keluarganya, para sahabatnya, dan siapa saja yang senantiasa mengikuti sunnahnya hingga hari kiamat.

Dengan ini kami DPD II Hizbut Tahrir Indonesia Kota Padang mengundang Bapak / Saudara / Ulama dan Tokoh Masyarakat dalam acara DAURAH DIRASAH ISLAMIYYAH dengan tema “ Kokohkan Aqidah, Amalkan Syari’ah”,  yang insya Allah akan diadakan Pada :

Hari / Tanggal                     : Ahad / 14 Februari 2016
Jam                                        : 09. 00 – Ba’da Dzuhur
Tempat                                : Komplek Masjid Al-Hidayah PT.KAI Sawahan Kota Padang


Demikianlah Undangan ini kami sampaikan, atas Kehadiran Bapak / Saudara / Ulama dan Tokoh, Kami ucapkan terima kasih. Jazakumullah khairan Katsiran

2/02/2016

ORMAS ANARKIS, POLISI MUSTI TEGAS JUGA SEPERTI PADA YG LAIN


Oleh : Firdaus Bin Musa

Mengenai Anarkisnya Ormas Kepemudaan di Medan yg mana Ormas yg Anarkis tersebut Memakai Baju seperti Tentara, bedanya warna Orange, terus terang saya tidak tahu Latar Belakang kasusnya, namun sepintas Ormas ini telah membuat ketidak nyamanan ditengah2 masyarakat, kalau tidak salah mereka menamakan Pemuda Pancasila, Masyarakat malah tidak begitu srek dengan keberadaan mereka, karena seringkali keberadaan mereka dijadikan alat untuk mendukung pengusaha2 dan elit politik yg memberikan jaminan Vinansial kemereka, Saya terkadang berfikir sebenarnya apa sih latar belakang berdirinya ORMAS Ini dan dalam rangka apa, Dilihat dari Bajunya, mereka seolah ingin ditakuti ditengah2 masyarakat, hal yg sama juga terlihat dari orang yg menjadi anggotanya tidak orang yg berbadan kurus, tapi tegap2 dan memberi kesan seolah sangar, diharapkan dengan adanya kasus ini, Polisi dan siapapun tidak boleh lagi membeda-bedakan dalam penindakan, Saya masih ingat ketika Anggota FPI yg bergerak memberantas Tempat2 Maksiat pemberitaannya berminggu-minggu tapi Kalau ormas ini bagaimana ya? bukan bermaksud mendukung FPI, karena bagi saya apapun kekerasan harus ditindak, tapi lihatlah kebelakang, kekeerasan itu terjadi karena ketidak mampuan sistem demokrasi mewadahi kemaslahatan bagi yg mengakuinya sebagai aturan terbaik, tapi kenyataannya melahirkan kerunyaman, maka sudah saatnya kita mengatakan " Hanya Sistem khilafahlah yg bisa memberi keamanan total pada penduduknya "