6/10/2015

JALAN TOL TRANS SUMATERA DIBANGUN, SIAPA YANG DIUNTUNGKAN?

Oleh : Firdaus Bin Musa S. Sos.I

Sesuai Program pemerintah pusat dalam hal ini tentu atas kebijakan presiden Jokowi serta menteri kabinet Indonesia Hebat, Jokowi akan melaksanakan berbagai bentuk program, Baik Jangka Pendek maupun Jangka Panjang, Diantaranya program pembangunan Infrastruktur, baik darat maupun laut, Jika belum diwujudkan saja berita ini seakan membawa sikap optimis yang luar biasa bagi banyak kalangan, apalagi kalau sudah terwujud dalam bentuk bangunan, namun cobalah kita hukumi secara proporsional berdasarkan Politik Islam, sehingga layak kita mengatakan bahwa Rezim Jokowi, Mentri dan Pembantunya (Gubernur dan Bupati ) memang individu yang baik, Sebagaimana Padang ekspres (Jum’at / 01/05/2015) memberitakan dihalaman utama, Jalan Tol Trans Padang Sumatera dibangun, ada beberapa yang harus kita pertanyakan dari pembangunan ini, Pertama-tama terkait terkait sumber dana pembangunan, berdasarkan informasi media massa (kompas.com 25/04/2015) presiden jokowi mampu meyakinkan Tiongkok dan jepang agar bisa ikut andil dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia dalam bentuk investasi, kita musti memahami tidak mungkin sebuah investasi asing bisa masuk kecuali juga ada keuntungan bagi mereka sebagai pihak investor, artinya jika dana itu dalam bentuk investasi langsung, maka infrastruktur yang dibangun diharapkan memberikan keuntungan bagi investor, artinya setiap penikmat jalan tol mereka musti bayar, maka dalam hal ini negara menjadikan fasilitas umum sebagai ajang untuk mencari keuntungan, padahal islam tidak boleh fasilitas umum dijadikan lahan untuk menambah masukan bagi negara, karena itu akan memberatkan bagi rakyat, sebab semua yang terkait hajat orang banyak musti dia bayar, mobil / motor melewati jalan bayar, parkir bayar, dll.

Kedua jika dana itu langsung hanya dalam bentuk hutang, maka akan dipastikan berhubungan dengan bunga, padahal jelas dalam islam bunga itu Haram dalam islam, ini jugalah Barangkali kenapa Beberapa bangunan yang dibangun tidak ada yang tahan lama, sebab dananya diambil dengan cara Riba, walaupun di sisi lain kita tidak pungkiri ada pihak yang menyunat dana dan memakan bahan bangunan tersebut, bahan yang seharusnya dalam kaca arsitek pilihannya ukuran besinya 25 cm, tapi fakta dilapangan agar dapat untung besar diganti dengan bahan yang KW 2, Secara Imani Sumber dana itu rapuh dari Sudut Pandang Islam, Secara Prosesnya Pembangunan tersebut sering kali menjadi ladang korupsi bagi kontraktor, Hal inilah yang musti jadi catatan khusus bagi kita selaku muslim.

Berbeda dengan islam penghasilan pembangunan infrastruktur dari sumber daya alam yang dikelola negara, kalau tidak dari harta Fa’i, Zakat, dll. Sumber dana dipastikan bebas dari Riba, namun ini tidak mungkin diterapkan dalam sistem kapitalisme, sebab sumber daya alam telah dikuasai oleh sekelompok orang, notabennya mereka juga bangsa asing, maka apapun penghasilan yang diperoleh dari perut bumi Indonesia, sudah pasti akan diangkut keluar negeri.

0 komentar: