5/13/2015

"Hayalan Sutradara Film Barat dan India" VS Iman Umat islam

Oleh Firdaus Bin Musa

Bicara sutradara, adalah orang dibelakang layar dalam pembuatan film, namun saya lebih mengarahkan ia sekaligus penulis skenario, walau terkadang penulis skenario terpisah dengan sutradara, Melawan dengan Iman Umat Islam. Ya kira2 itulah kupasan yg bisa saya angkat semampu saya, kebetulan saya termasuk orang yg sedikit kritis dalam tontonan baik dalam skenario maupun dalam melihat shot pershot film, dimana kamera yg bocor dan mana yg imajinatif (memakai after effek), itupun tidak begitu banyak. Akhir2 ini banyak film Barat dan Film India yg membawa misi2 yg agak jelas dan terang benderang, Film barat mengandalkan teknologi sedang india mengandalkan Kepercayaan Umat Hindu dalam film yg ditayangkan, namun keduanya sama2 menggiring umat islam pada ketidak yakinan pada Allah sebagai Pencipta, saya teringat akan film ROBOCOP (Film Barat) dimana film lebih menonjolkan peran robot dalam perang, sebab sering kali tentara amerika kalah dalam perang akhirnya timbul ide untuk menjadikan robot sebagai tentara perang, ternyata setelah diciptakan robot, rupanya robot ini tidak bisa membedakan mana yg patut ditembak dan mana yg tidak boleh ditembak, hal itu membuat masyarakat menolak menjadikan robot sebagai tentara, lalu ada ide bagaimana manusia dijadikan robot, di pilihlah tentara2 yg sudah cacat lalu dimasukkan dalam pakaian besi, jika dipreteli satu persatu hanya kepala dan usus2 manusia saja yg ada dalam pakaian besi tersebut, makanan manusia tsbpun hanya cairan yg disuntikkan melalui kepalanya, secara tidak langsung penonton diajak meyakini bahwa manusia tanpa badan bisa hidup, yg penting ada kepala dan organ yg di dalam perut, apakah benar cara berfikir demikian? tapi ada pelajaran menarik dari film ini, karena ini manusia yg mengendalikan besi tsb ia masih punya perasaan sebagaimana normalnya manusia, saat ia ingin menemui anak dan istrinya ia tidak bisa lagi sebab ia bukan lagi manusia, sekarang kita tengok lagi khayalan sutradara film india yg menganggap dewanya menikah, punya istri dan anak dan setiap benda bumi ada dewanya anehnya lagi ada dewa baik dan dewa jahat, namun tidak jauh berbeda dengan karya indonesia yg ditonjolkan disana adalah percintaan, masa iya tuhan jatuh cinta, jatuh cinta sebagaimana manusia dan ada lagi film india yg itu amat aneh dan sangat tidak masuk akal, yg mana film ini berkisah tentang hantu yg ikut mencalonkan diri sebagai presiden, kebetulan ia bisa dilihat oleh anak kecil namun suaranya bisa di dengar oleh manusia manapun, pemain film tersebut amitabchan sebagai hantu saat dia di usir dari geng hantu lalu ia rekarnasi kebumi, untuk menghindari ia jadi bahan tertawaan teman hantunya ia musti membuktikan bahwa ia ditakuti oleh manusia, jika hantu tidak ditakuti manusia maka ia akan jadi bahan tertawaan, akhirnya bertemulah dengan anak miskin, anak miskin ini tinggal ditempat kumuh dan kebetulan saat itu musim pemilu, singkat cerita bertemanlah hantu ini dengan anak kecil tsb, melihat keadaan ibu anak kecil ini hantu ini tidak tega, akhirnya ia mencari cara agar bisa mengasihnya uang, lalu ia curi uang ternyata anak kecil ini tidak mau uang curian, sebab jika uang curian telah ia lakukan dari dahulu, lalu si hantu ini ada ide, temui pengusaha2 yg sedang membangun, yg bangunannya terbengkalai lantaran ada gangguan makhluk halus (hantu bangunan), jika ia bisa mengusir maka ia diaksih uang, ternyata saat ia mendapat proyek mengusir hantu, hantu yg menjaga itupun berkisah, kenapa ia bertahan tinggal disitu lantaran orang yg membangun tersebut mengambil paksa tenahnya tersebut sampai ia terbunuh, intinya banyak bangunan yg dikuasai hantu semua itu lantaran ada masalah dengan pemilik tanah tsb yg kemudian menjadi hantu pula, selidik punya selidik ternyata yg menguasai tenah dan bangunan tsb orang2 yg duduk dipemerintahan yg kerjasama dengan pengusaha, akhirnya ada ide agar hantu tsb jadi calon presiden sebab dalam demokrasi tidak ada aturan atau larangan hantu jadi presiden, hantu ini mengetahui siapa lawan politiknya yg tidak jujur ia bisa memaksa yg tidak jujur dan pegawai pemerintahan yg pemalas dengan ilmunya, jika saudaraku menontonnya dari segi ide penulis skenario berkeinginan agar bawahan pemerintah main paksa untuk menjadikan pegawainya bekerja keras, ndak talok lai menulis do sanak, akhir kata mato takantuak, lalok lai....

0 komentar: