11/07/2014

KETIKA JAKARTA DIDIPIMPIN NON MUSLIM KALIMAT SARA KAH INI?

 Oleh : Firdaus Bin Musa
Akhir2 ini ada kejadian fenomenal di ibukota negeri indonesia, yakni penolakan akan Kemimpinan ahok menjadi gubernur, setelah jokowidodo mengundurkan diri dari kursi gubernur iapun berhasil menjadi presiden, kekhawatiran ini sebenarnya telah dimulai Bg Haji Rhoma Irama saat menjelang pemilihan gubernur terjadi juga, saat ia menyampaikan dakwah disalah satu mesjid (Lihat rekamannya di you tobe), ia dianggap kampanye hitam lantaran membawa sara dalam politik, akhirnya bg haji Rhoma Irama menjadi bulan-bulanan dalam pemberitaan beberapa hari pasca pemilihan Gubernur terdahulu, namun berkat kepandaian partai-partai sekuler dalam melobi-lobi, gubernurpun terpilih atas nama pasangan jokowidodo dan basuki cahya purnama atau sering disebut jokowi-ahok. Alasan H. Rhoma Irama, menyampaikan pidato tsb “Muslim tidak boleh dipimpin oleh non muslim, jokowi orang tuanya kristen meski ia muslim, wakilnya ahok non muslim, jika jokowi mundur maka yang akan naik ahok, kedua ketika ia kesingapura ada salah seorang temannya mengatakan, “Hati-hati, jangan sampai jakarta sama seperti singapura yang awalnya merupakan bagian wilayah melayu (malaysia), setelah ekonomi dan beberapa bidang dikuasai oleh orang “xxx”, Singapurapun mendirikan negara sendiri, ini bisa juga terjadi pada jakarta kalau tidak hati2. Itulah alasan kenapa ia berkata demikian.
Kini ahok (Pendapat penulis: setapak demi setapak telah menguasai simpul-simpul yang ) akan menjadikan ia dan orang dibelakangnya memiliki kekuasaan dalam menjadikan “xxx” mendominasi, bawahannyapun diganti yang tadinya muslim kini tidak, sedang orang2 yang dianggap berseberangan dengan pandangannya dicerca dengan kata-kata “goblok” termasuk DPR (ungkap ketua FPI Pusat saat dialog di ILC 14/10/2014 : 20.30) Dengan tema : FPI .........(lupa), ahok melawan, dalam dialog tersingkap kenapa ahok ditolak, Ia seorang nasrani, sedang Jakarta (betawi) mayoritas yang ada disana umat islam, dalam islam haram hukumnya menjadikan non muslim sebagai pemimpin, kedua karena kebijakan ahok yang selalu memprovokasi umat islam, seperti melarang umat islam menyemblih sapi dimesjid, dilapangan dan menjual sapi . itu dari pihak FPI, Lain lagi dari pengamat politik yang katanya penyeimbang (Muslim), Dalam konstitusi negara kesatuan republik indonesia, siapapun boleh menjadi pemimpin, issue sara jangan dibawa2 dalam ranah politik, dalam konstitusi dijelaskan bahwa ormas tidak begitu gampang saja dibubarkan dengan alasan berbuat kekerasan, apalagi aksi itu terjadi dilapangan, (tambahan saya : kalau gampang2 begitu kepolisian dan tentara tentu juga bisa dibubarkan, bukankah anggotanya juga pernah berbuat kekerasan), kalau sudah diluar syarat-syarat keormasan kalau bisa dibubarkan ya dibubarkan, tapi setelah bubar akan dibuat nama baru, jadi disini perlu kebijakan pemerintah untuk mengambil sebuah kebijakan.
Maka perlu kebijakan ahok untuk merangkul semua lapisan masyarakat, termasuk FPI, Karena FPI Merupakan rakyat jakarta juga, komunikasi itu penting, sehebat apapun pemimpin, jika rakyatnya tidak dirangkul, maka pemerintah manapun tidak akan mampu menjalankan roda pemerintahan (mantan gubernur jaketa, sutiyoso).
Komentar Penulis : Wahai kaum muslimin kenapa kini begitu berani kita kaum muslimin dianggap remeh oleh kaum lain, sebab kita tidak memiliki pemimpin yang akan menghimpun kekuatan, kekuatan yang dimaksud ialah kekuatan global dibawah daulah Khilafah islamiyah ( sebab hanya itulah satu2nya solusi), yang akan membuang sekat-sekat pembelaan kaum muslimin terhadap muslim lainnya, seharusnya sikap kaum muslimin dengan suara lantang pula mengatakan bahwa kenapa non muslim kini bisa menguasai simpul-simpul yang akan mengakibatkan kaum muslimin tunduk dan kagum akan kepemimpinannya, sebab kaum muslimin lemah dalam pemahaman islamnya, sehingga iapun mengatakan tidak apa2 non muslim mengusainya (memimpinnya), kedua, ini semua tidak lain adalah buah dari sistem demokrasi yang memberi peluang kepada siapa saja untuk memimpin, sebab aturan yang dijalankan produksi manusia, bukan syariat Allah, jika syariat Allah, tentu tidak akan mungkin non muslim mau menjalankannya. Kecuali setelah ia mengerti islam dan masuk islam, maka jangan anda malu-malu lagi mengatakan bahwa islam itu solusi dalam setiap persoalan, termasuk dalam berpolitik, kalau boleh meminjam kalimat imam samudra “wawancaranya menjelang dieksekusi matinya saat kasus BOM Bali, bagi saya memahami islam yang penting islam itu maunya apa, itu saja, kalau perempuan disuruh menutup aurat, ya menutup aurat. Kalau laki2 itu musti memimpin ya mimpin itu namanya islam, kalau disuruh nikah ya nikah, disuruh jihad ya kita jihad, kalau disuruh berbuat baik kita ya berbuat baik, ya itulah islam.
Yang dikatakan jihad adalah berperang melawan orang kafir yang memerangi islam, pengertian ini tidak bisa di otak-atik lagi, mungkin yang mau ngartiin jihad yang detail lagi ya ustadz, saya nggak ustadz tapi saya paham (Amrozi)
Selamanya musti ada dalam suatu kelompok yang berperang dijalan allah, ini sudah ketetapan (janji) dan orang ini mempunyai sifat-sifat, diantara sifatnya, Allah mencintai mereka dan mereka mencintai Allah, Dan puncaknya amal adalah jihad fisabilillah, jadi jihad adalah ibadah yang paling tinggi, tidak ada ibadah yang melebihi jihad mesji haji seribu kali, sholat seribu kali tidak ada yang ibadah melebihi jihad (Ali Gufron)
Diwajibkan bagi kamu berperang, sedang berperang itu suatu yang kamu benci, kita benci perang sebenarnya, kita nggak mau perang sebenarnya, maunya kita sebenarnya tidur, makan, kerja , tidur dan ngumpul sama anak istri, maunya gitu. islam itu mengajarkan kasih dan sayang, mengajarkan kesopanan dan budi pekerti dan akhlak mulia, pada masanya islam mengajarkan pembelaan dan perlawanan. Tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan, kalian semua tahu itu kan, tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan (Imam Samudra)
Kapan lagi kita akan bangkit dari semua yang telah membuat kita lemah dan dihinakan dimata musuh islam. Yuk kita segerakan perjuangan ini usai dengan ditegakkan daulah khilafah.

0 komentar: