4/17/2012

KASUS GENG MOTOR ANTARA POLISI DAN T.N.I


Oleh : Firdaus bin Musa

Sudah lama tak terdengar bertikaian antara polisi dan tentara, dengan adanya kasus geng motor yang membunuh Polisi, sebagaimana salah satu televisi swasta menginformasikan (20.00-22.00 / 17 April 2012) dalam acara dialog, hal tersebut membuat saya secara pribadi was-was, karena pihak yang seharusnya memberikan keamanan tidak lagi aman, harapan saya sih ini Cuma was-was dari shetan yang terkutuk saja, polisi sebenarnya telah banyak mengetahui titik lokasi yang menjadi tempat mereka beraksi, hanya saja polisi masih kikuk untuk melakukan penghentian, lantaran dalam geng motor tersebut juga terdapat anak-anak pejabat tinggi dan tentara bahkan ada anggota kepolisian itu sendiri, meskipun bahasa halusnya oknum,  jika ditangkap sebentar juga lepas.
Timbulnya masalah geng motor ini karena ada pembiaran yang tidak pernah tuntas diselesaikan, kalaupun dirazia setelah ditangkap, dibina lalu dilepaskan kembali tidak pernah ditahan.
Sebagai orang yang menginginkan rasa aman dan nyaman, harapan kita tentu tertumpu pada pihak kepolisian dan tentara, tetapi jika mereka sudah bersiteru sesama pihak pengaman kepada siapa akan berharap  untuk mendapat keamanan, semua orang pasti menginginkan kedamaian dan keharmonisan, jika anak pejabat, anggota tentara dan polisi dibiarkan berbuat semaunya, mau diapakan negeri ini, semua yang aku tulis diatas, hanyalah pengantar agar siapapun berbenah diri untuk saling menjaga keamanan, jangan biarkan lagi semua masalah criminal ditutup-tutupi, sebab ia bangkai busuk yang akan terbau juga oleh orang, jangan lagi mementingkan imej masing2 kelompok dan masing2 pribadi individu agar baik dimata orang lain.


BERWACANA TAK KARUAN CIEK LU…!!!


Oleh:Firdaus Bin Musa

Seorang kepala sekolah bilang sama guru-guru pengawas menjelang ujian pertama berlangsungbapak-bapak, ibu-ibu pengawas, bapak ibuk musti berpandai-pandai dalam mengawas ujian, ini menyangkut nama baik sekolah kami, kabupaten/kota kita,propivinsi kita, Jika membanggakan prestasi sekolah dan provinsi kita, maka yang baik kita bersama juga kok”, dan gurupun menterjemahkan ungkapan ditas dengan membiarkan anak-anak aksi contekan, bahkan memberikan jawaban, setelah murud keluar dari ujian pertama, iapun berfikir, besok aku tidak perlu lagi mengulang pelajaran dan belajar  repot-repot, karena saat ujian kita ditunjukkan oleh pengawas ujian, pemikiran itupun ia tularkan kegenerasi berikutnya, ketika ia duduk dilapau sambil minum air kopi dan makan goreng pisang satu piring, yang pada saat itu ada anak sekolahan lagi nongkrong, , kira2 begitulah ilustrasi yang terjadi dilapangan, jujur atau tidak hal ini hampir bisa dikatakan terjadi pada tiap-tiap kota diprovinsi, berpacu dalam prestasi untuk memperoleh lulus 100%, bayangkan lulus 100% lho…!!!
Sungguh amat sulit hari ini meyakinkan, bahwa ujian U.N murni atas prestasi belajar dan kemampuan siswa semata, kalaupun ada kira2 10% dari 100%, bahkan kurang, lalu pertanyaannya, kenapa ini bisa terjadi, apa sih solusinya?
Hal ini terjadi berawal dari kebijakan yang ditetapkan dalam undang-undang, bahwa untuk standarisasi dari sebuah bermutu atau tidaknya sekolah, di uji dari ujian akhir.  Padahal harusnya, kalau bisa berwacana, mustilah saat ini kita punya target menguasai satu bidang tertentu dari jurusan yang dianggap menjadi cita-cita, sebelum ia menguasai bidang tertentu, maka jangan diberikan sertifikat, namun hari ini segala bidang mata pelajaran seolah menjadi wajib dikuasai, tapi tidak satupun yang benar-benar matang, baik itu keterampilannya, maupun ke ilmuannya, hal inilah yang musti dikaji ulang lagi, buat apa banyak mengetahui sesuatu tapi tidak satupun yang benar terkuasai.
Kan sudah ada jurusan tertentu pada S.M.K dan perguruan tinggi? disinilah kritikan itu bermula, ilmu itu tidak bisa dikuasai semenjak dewasa saja, tapi musti dari dini dikenalkan apa yang musti di kuasai hingga ia dewasa.